Mendiagnosis keterbelakangan mental, sekarang lebih sering disebut sebagai cacat intelektual, melibatkan proses evaluasi komprehensif yang mencakup penilaian klinis, genetik, dan kadang-kadang neuropsikiatri.

Siapa Yang Dapat Mendiagnosis Retardasi Mental?

Mendiagnosis keterbelakangan mental, sekarang lebih sering disebut sebagai cacat intelektual, melibatkan proses evaluasi komprehensif yang mencakup penilaian klinis, genetik, dan kadang-kadang neuropsikiatri. Diagnosis biasanya dibuat oleh tim profesional kesehatan, termasuk dokter anak, ahli genetika, ahli saraf, dan psikolog, yang bekerja sama untuk menilai fungsi intelektual dan perilaku adaptif anak. Pendekatan multidisiplin ini memastikan pemahaman menyeluruh tentang kondisi anak dan membantu dalam merencanakan intervensi dan dukungan yang tepat.

Evaluasi Klinis dan Genetik

  • Penilaian Klinis: Pemeriksaan klinis menyeluruh sangat penting untuk mendiagnosis cacat intelektual. Ini termasuk riwayat medis pribadi dan keluarga yang terperinci, pemeriksaan fisik lengkap, dan penilaian perkembangan anak (Daily et al., 2000) (Dhande & Chhatre, 2013).
  • Pengujian Genetik: Ahli genetika memainkan peran penting dalam mendiagnosis cacat intelektual, terutama ketika penyebab genetik dicurigai. Teknik seperti analisis kromosom, hibridisasi fluoresensi in situ (FISH), dan hibridisasi genom komparatif array (CGH) digunakan untuk mendeteksi kelainan kromosom (Rost & Klein, 2005) (Milà-Racasens et al., 2006). Pengujian genetik dapat mengkonfirmasi diagnosis sindrom tertentu dan menilai risiko kekambuhan pada keluarga (Rost & Klein, 2005).

Peran Spesialis

  • Dokter Anak dan Ahli Saraf: Spesialis ini sering kali menjadi yang pertama mengevaluasi seorang anak untuk cacat intelektual. Mereka melakukan penilaian awal dan merujuk anak untuk evaluasi genetik atau neuropsikiatri lebih lanjut jika diperlukan (Munnich et al., 2000) (Daily et al., 2000).
  • Psikolog: Mereka menilai fungsi intelektual anak menggunakan tes standar untuk mengukur IQ dan perilaku adaptif. American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD) mendefinisikan kecacatan intelektual sebagai keterbatasan signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif, yang berasal sebelum usia 18 (Dhande & Chhatre, 2013) (Spruill et al., 2005).

Pendekatan Multidisiplin

  • Konsultasi Neuropsikiatrisi: Dalam beberapa kasus, evaluasi neuropsikiatri diperlukan untuk mengidentifikasi gangguan kejiwaan yang hidup berdampingan, yang dapat mempersulit diagnosis dan manajemen disabilitas intelektual (Verhoeven & Tuinier, 1997).
  • Tim Interdisipliner: Diagnosis sering melibatkan tim profesional yang berkolaborasi untuk memberikan evaluasi komprehensif. Tim ini mungkin termasuk konselor genetik, yang menawarkan panduan tentang risiko genetik dan opsi diagnosis pranala (Milà-Racasens et al., 2006) (Khattak et al., 2011).

Sementara diagnosis disabilitas intelektual adalah proses kompleks yang membutuhkan masukan dari berbagai spesialis, penting untuk mempertimbangkan konteks kehidupan dan lingkungan anak yang lebih luas. Faktor-faktor seperti riwayat keluarga, pengaruh lingkungan, dan adanya kondisi medis lainnya semuanya dapat mempengaruhi diagnosis dan manajemen cacat intelektual. Terlepas dari kemajuan dalam pengujian genetik dan teknik diagnostik, sejumlah besar kasus tetap tidak terdiagnosis, menyoroti perlunya penelitian dan pengembangan berkelanjutan di bidang ini (M et al., 1999) (Daily et al., 2000).

Daily, D. K., Ardinger, H. H., & Holmes, G. E. (2000). Identification and Evaluation of Mental Retardation. American Family Physician.
Dhande, S., & Chhatre, U. (2013). Detection of mental retardation by facial features extraction using emd method.
Rost, I., & Klein, H.-G. (2005). Genetische Diagnostik bei mentaler Retardierung Genetic testing for diseases associated with mental retardation. Laboratoriumsmedizin-Journal of Laboratory Medicine. https://doi.org/10.1515/JLM.2005.024
Milà-Racasens, M., Bodi, L. R.-R., & Madrigal-Bajo, I. (2006). Diagnosis of genetic mental retardation. Protocol of study. Revista De Neurologia.
Munnich, A., Nolen, M. C., & Lena, J. (2000). Diagnostic des retards mentaux et des troubles du comportement d’origine génétique chez l’enfant.
Spruill, J., Oakland, T., & Harrison, P. L. (2005). Assessment of Mental Retardation. https://doi.org/10.1016/B978-012564931-5/50010-4
Verhoeven, W. M. A., & Tuinier, S. (1997). Neuropsychiatric consultation in mentally retarded patients: a clinical report. European Psychiatry. https://doi.org/10.1016/S0924-9338(97)83298-1
Khattak, N. A., Khan, M. A., & Raza, A. (2011). Mental retardation. The Professional Medical Journal. https://doi.org/10.29309/tpmj/2011.18.04.2573
M, T., A, M., A, F., E, M., A, B., & A, C. (1999). The usefulness of a diagnostic study of mental retardation. Revista De Neurologia. https://doi.org/10.33588/RN.2812.98325
Scroll to Top