Kids collaborating on homework at a desk, using calculators and stationery indoors.

Siapa Yang Berwenang Mendiagnosis Anak Dengan Diskalkulia—Psikolog, Guru, Atau Dokter?

Diagnosis diskalkulia pada anak-anak adalah proses kompleks yang melibatkan banyak profesional, termasuk psikolog, guru, dan dokter. Masing-masing profesional ini memainkan peran yang berbeda dalam identifikasi dan diagnosis diskalkulia, menyumbangkan keahlian mereka untuk memastikan pemahaman yang komprehensif tentang kesulitan belajar anak. Keterlibatan para profesional ini sangat penting karena sifat diskalkulia yang beragam, yang dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk dan sering hidup berdampingan dengan ketidakmampuan belajar lainnya. Di bawah ini adalah eksplorasi peran psikolog, guru, dan dokter dalam mendiagnosis diskalkulia.

Peran Psikolog

  • Psikolog sering terlibat dalam diagnosis diskalkulia melalui pemberian penilaian kognitif dan neuropsikologis standar. Penilaian ini membantu mengidentifikasi defisit spesifik dalam kemampuan matematika dan proses kognitif yang terkait dengan kognisi numerik (“A novel approach to subtypes of developmental dyscalculia”, 2022) (Santos et al., 2022).
  • Mereka dapat menggunakan alat seperti Baterai Subtyping Dyscalculia UCSF, yang mengevaluasi defisit dalam domain matematika seperti pemrosesan angka dan prosedur aritmatika (“A novel approach to subtypes of developmental dyscalculia”, 2022).
  • Psikolog juga mempertimbangkan riwayat klinis anak dan gejala yang dilaporkan oleh orang tua dan guru untuk memberikan diagnosis yang komprehensif (“A novel approach to subtypes of developmental dyscalculia”, 2022).

Peran Guru

  • Guru memainkan peran penting dalam identifikasi awal diskalkulia dengan mengamati kinerja siswa dalam matematika dan mengidentifikasi mereka yang berjuang dengan tugas numerik dasar (“Diagnostics and identification of individual types of distortion of mathematical capacities”, 2023).
  • Guru pendidikan khusus, khususnya, dilatih untuk mengenali gejala diskalkulia dan dapat menggunakan alat diagnostik khusus dan lembar catatan untuk menilai kemampuan matematika (“Diagnostics and identification of individual types of distortion of mathematical capacities”, 2023).
  • Pengamatan dan laporan guru sangat berharga dalam proses diagnostik, karena memberikan wawasan tentang kinerja akademik sehari-hari anak dan tantangan belajar (“Dyscalculia”, 2022).

Peran Dokter

  • Dokter, terutama yang berspesialisasi dalam pediatri atau neurologi, mungkin terlibat dalam diagnosis diskalkulia ketika diduga menjadi bagian dari gangguan perkembangan saraf yang lebih luas (Aquil & Ariffin, 2020)].
  • Mereka dapat melakukan atau mengawasi administrasi tes komprehensif seperti Tes Pencapaian Woodcock-Johnson, yang digunakan untuk menentukan ketidakmampuan belajar, termasuk diskalkulia (Giri et al., 2020) (Subramanyam et al., 2019).
  • Dokter juga dapat menilai kondisi yang hidup berdampingan seperti ADHD atau disleksia, yang sering menyertainya diskalkulia, untuk memberikan diagnosis holistik (Aquil & Ariffin, 2020).

Pendekatan Kolaboratif

  • Pendekatan kolaboratif yang melibatkan psikolog, guru, dan dokter sering diperlukan untuk mendiagnosis diskalkulia secara akurat. Setiap profesional menyumbangkan wawasan dan keahlian unik, memastikan bahwa diagnosisnya menyeluruh dan mempertimbangkan semua aspek lingkungan belajar dan kemampuan kognitif anak (“Dyscalculia”, 2022) (Aquil & Ariffin, 2020).
  • Pendekatan multidisiplin ini sangat penting untuk mengembangkan strategi intervensi yang efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak (“A novel approach to subtypes of developmental dyscalculia”, 2022) (Santos et al., 2022).

Sementara psikolog, guru, dan dokter masing-masing memiliki peran berbeda dalam mendiagnosis diskalkulia, kolaborasi mereka sangat penting untuk pemahaman komprehensif tentang gangguan tersebut. Integrasi keahlian mereka membantu memastikan bahwa anak-anak dengan diskalkulia menerima diagnosis yang akurat dan intervensi yang tepat, yang pada akhirnya mendukung keberhasilan akademik dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

A novel approach to subtypes of developmental dyscalculia. (2022). https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-1922020/v1
Santos, F. H. dos, Ribeiro, F. S., Dias-Piovezana, A. L., Primi, C., Dowker, A., & Aster, M. von. (2022). Discerning Developmental Dyscalculia and Neurodevelopmental Models of Numerical Cognition in a Disadvantaged Educational Context. Brain Sciences. https://doi.org/10.3390/brainsci12050653
Diagnostics and identification of individual types of distortion of mathematical capacities. (2023). International Journal of Mathematics and Statistics. https://doi.org/10.53555/eijms.v5i1.38
Dyscalculia. (2022). https://doi.org/10.4018/978-1-6684-5360-5.ch015
Aquil, M. A. I., & Ariffin, M. M. (2020). The Causes, Prevalence and Interventions for Dyscalculia in Malaysia. Journal of Educational and Social Research. https://doi.org/10.36941/JESR-2020-0126
Giri, N., Saini, T., Bhole, K., Bhosale, A., Shetty, T., Subramanyam, A., & Shelke, S. (2020). Detection of Dyscalculia Using Machine Learning. International Conference on Communication and Electronics Systems. https://doi.org/10.1109/ICCES48766.2020.9137871
Subramanyam, A., Jyrwa, S., Bansinghani, J. M., Dadhakar, S. J., Dhingra, T. V., Ramchandani, U. R., & Sengupta, S. (2019). Dyscalculia Detection Using Machine Learning. https://doi.org/10.1007/978-3-030-34869-4_13
Scroll to Top