Peningkatan kasus autisme selama beberapa dekade terakhir dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, terutama perubahan kriteria diagnostik, peningkatan kesadaran, dan peningkatan praktik pelaporan. Sementara prevalensi gangguan spektrum autisme (ASD) memang meningkat, ini tidak selalu menunjukkan peningkatan sebenarnya dalam kejadian autisme. Sebaliknya, ini mencerminkan kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan lebih banyak individu didiagnosis. Bagian berikut akan mengeksplorasi faktor-faktor ini secara rinci.
Perubahan Kriteria dan Praktik Diagnostik
- Perluasan kriteria diagnostik telah memainkan peran penting dalam peningkatan diagnosis autisme. Dimasukkannya gejala dan perilaku yang lebih luas di bawah spektrum autisme telah menyebabkan lebih banyak individu diidentifikasi memiliki ASD( Dyer, 2015) (Zirkel, 2011).
- Pengenalan autisme ke dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) dan pembaruan selanjutnya telah memperluas pemahaman dan klasifikasi autisme, berkontribusi pada peningkatan diagnosis (Farmer et al., 2018).
Meningkatkan Kesadaran dan Pengakuan
- Ada peningkatan yang signifikan dalam kesadaran dan pengakuan autisme di kalangan profesional kesehatan dan masyarakat umum. Kesadaran yang meningkat ini telah menyebabkan skrining yang lebih sering dan diagnosis sebelumnya (Farmer et al., 2018) (Marcos, 2021).
- Liputan media dan kampanye kesehatan masyarakat telah meningkatkan kesadaran tentang autisme, yang menyebabkan lebih banyak orang tua dan pendidik mengenali gejala dan mencari diagnosis untuk anak-anak (Rosanoff et al., 2015)].
Peningkatan Pelaporan dan Pengumpulan Data
- Metode pengumpulan data yang ditingkatkan dan praktik pelaporan telah berkontribusi pada peningkatan nyata dalam kasus autisme. Sistem pengawasan yang lebih komprehensif, seperti yang digunakan oleh CDC, telah meningkatkan akurasi perkiraan prevalensi (McCarthy, 2014).
- Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan diagnosis autisme sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam bagaimana kasus dilaporkan dan diklasifikasikan, bukan peningkatan sebenarnya dalam jumlah individu dengan autisme (Dyer, 2015) (Marcos, 2021).
Faktor Sosiokultural dan Lingkungan
- Faktor sosiokultural, seperti perubahan harapan orang tua dan norma sosial, dapat mempengaruhi kemungkinan mencari diagnosis (Victor et al., 2024).
- Faktor lingkungan, termasuk gangguan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, telah dikaitkan dengan peningkatan diagnosis autisme, mungkin karena perubahan akses perawatan kesehatan dan kewaspadaan orang tua selama periode ini (Victor et al., 2024).
Sementara peningkatan kasus autisme sering dipandang sebagai penyebab kekhawatiran, penting untuk mempertimbangkan konteks yang lebih luas. Peningkatan diagnosis mencerminkan kemajuan dalam memahami dan mengenali autisme, yang mengarah pada dukungan dan sumber daya yang lebih baik untuk individu dengan ASD. Namun, sangat penting untuk melanjutkan penelitian untuk memahami prevalensi autisme yang sebenarnya dan mengatasi kesenjangan dalam diagnosis, terutama pada populasi yang kurang terlayani. Selain itu, sementara fokus pada autisme telah meningkat, penting untuk menyeimbangkan perhatian dengan kondisi perkembangan dan kesehatan mental lainnya yang juga membutuhkan sumber daya dan kesadaran (Rosanoff et al., 2015).
