Anak-anak dengan autisme sering terlibat dalam gerakan berulang seperti mengepakkan atau mengayun, yang dikategorikan sebagai gerakan motorik stereotip (SMM) dan merupakan gejala inti dari gangguan spektrum autisme (ASD). Perilaku ini kompleks dan beragam, melayani berbagai fungsi dan berasal dari penyebab mendasar yang berbeda. Memahami gerakan-gerakan ini membutuhkan pemeriksaan dimensi neuroanatomi, psikologis, dan sosial mereka, serta peran mereka dalam kehidupan sehari-hari anak-anak dengan ASD.
Faktor Neuroanatomi dan Fisiologis
- Perilaku berulang pada anak-anak dengan autisme dikaitkan dengan struktur neuroanatomi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini, terutama perilaku berulang yang digerakkan oleh motor, terkait dengan putamen dan amigdala, menunjukkan dasar neurologis untuk tindakan ini (Lefebvre et al., 2023).
- Studi EEG telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan ASD menunjukkan pola aktivitas otak yang berbeda ketika mengamati dan meniru gerakan, yang mungkin berhubungan dengan fungsi sistem neuron cermin. Sistem ini kurang aktif pada anak-anak dengan ASD, berpotensi berkontribusi pada prevalensi gerakan berulang sebagai bentuk stimulasi diri atau pengaturan diri (Portugalskaya et al., 2024).
Aspek Psikologis dan Perilaku
- Gerakan berulang dapat dikategorikan ke dalam berbagai jenis, termasuk perilaku stereotip, melukai diri sendiri, kompulsif, dan ritualistik. Perilaku ini dapat berfungsi sebagai mekanisme penanggulangan untuk mengelola kecemasan, memberikan masukan sensorik, atau mempertahankan rasa prediktabilitas dan kontrol di lingkungan mereka (Fatima et al., 2022).
- Ketekunan dan perubahan perilaku ini dari waktu ke waktu telah didokumentasikan, dengan beberapa anak menunjukkan penurunan perilaku sensorimotor berulang seiring bertambahnya usia, sementara yang lain mungkin mengalami peningkatan perilaku berulang verbal (Masjedi et al., 2024).
Pengaruh Sosial dan Lingkungan
- Lingkungan sosial, termasuk keluarga dan lingkungan sekolah, memainkan peran penting dalam manifestasi dan pengelolaan perilaku berulang. Intervensi seperti Terapi Perilaku Kognitif dan kegiatan terstruktur dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas gerakan ini dengan memberikan strategi koping alternatif (Ji, 2024)].
- Perbedaan gender dalam perilaku berulang telah diamati, dengan anak perempuan menunjukkan perilaku yang lebih melukai diri sendiri dan anak laki-laki menunjukkan perilaku yang lebih terbatas, meskipun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik di semua jenis perilaku berulang (Behin et al., 2024).
Kemajuan Teknologi dan Diagnostik
- Kemajuan teknologi, seperti pengembangan algoritma AI, telah meningkatkan kemampuan untuk mengukur dan menganalisis gerakan stereotip secara objektif pada anak-anak dengan ASD. Alat-alat ini memberikan penilaian yang lebih akurat tentang tingkat keparahan dan keragaman perilaku ini, membantu dalam strategi intervensi yang dipersonalisasi (Barami et al., 2024).
Sementara gerakan berulang pada anak-anak dengan autisme sering dipandang negatif, mereka juga dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi diri atau komunikasi. Gerakan-gerakan ini mungkin memiliki nilai pribadi bagi anak, berfungsi sebagai cara untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka atau mengekspresikan emosi yang tidak dapat mereka ungkapkan secara verbal. Memahami makna dan fungsi individu dari perilaku ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang mendukung dan efektif (Petty & Ellis, 2024).