Kurangnya minat anak dalam belajar calistung (membaca, menulis, dan berhitung) dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk kesiapan perkembangan, metode pengajaran, dan tekanan eksternal. Calistung adalah seperangkat keterampilan dasar yang sangat penting untuk keberhasilan akademik, namun banyak anak menghadapi tantangan dalam terlibat dengan kegiatan ini. Memahami tantangan ini dan konteks di mana mereka terjadi dapat membantu dalam mengatasi masalah secara efektif.
Kesiapan Perkembangan dan Lingkungan Belajar
- Anak-anak mungkin tidak siap secara perkembangan untuk terlibat dalam kegiatan calistung, terutama jika mereka diperkenalkan terlalu dini. Kurikulum taman kanak-kanak sering menekankan bermain dan membangun karakter daripada pengajaran langsung dalam calistung, yang dapat menyebabkan ketidakcocokan ketika anak-anak memasuki sekolah dasar di mana keterampilan ini diharapkan untuk dikuasai (Juliantara, 2022)] (Nasir, 2018).
- Lingkungan belajar yang nyaman dan mendukung sangat penting. Kurangnya konsentrasi dan dukungan orang tua yang tidak mencukupi merupakan hambatan signifikan untuk belajar calistung (Purnaningtyas & Sukartono, 2024).
Metode Pengajaran dan Keterlibatan
- Metode pengajaran yang inovatif, seperti menggunakan permainan edukatif dan media interaktif, dapat secara signifikan meningkatkan minat dan keterlibatan anak dalam pembelajaran calistung. Metode ini dapat membuat belajar lebih menyenangkan dan kurang stres, sehingga meningkatkan motivasi (Rozi & Arini, 2022)] (Masniladevi et al., 2018).
- Guru memainkan peran penting dalam mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan berbagai metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa individu dan menciptakan lingkungan kelas yang mendukung (Purnaningtyas & Sukartono, 2024)].
- Tekanan untuk menguasai keterampilan calistung sejak dini dapat menyebabkan stres dan penurunan minat belajar. Tekanan ini sering berasal dari ekspektasi kurikulum dan tuntutan masyarakat, yang dapat mengakibatkan fenomena yang dikenal sebagai “kesibukan mental,” di mana anak-anak merasa kewalahan dan kehilangan minat untuk belajar (Juliantara, 2022)].
- Ketidakkonsistenan antara kurikulum TK dan SD mengenai calistung dapat menimbulkan kebingungan dan ketidaktertarikan di kalangan anak. Sementara taman kanak-kanak fokus pada kegiatan pengantar, sekolah dasar mengharapkan kemahiran, yang mengarah ke kesenjangan yang dapat mencegah anak-anak (Juliantara, 2022) (Nasir, 2018).
Dampak Pandemi dan Kehilangan Belajar
- Pandemi COVID-19 telah memperburuk kesulitan belajar di calistung karena pergeseran ke pembelajaran jarak jauh, yang menurut banyak siswa menantang. Hal ini mengakibatkan hilangnya pembelajaran, terutama dalam keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan aritmatika, yang semakin mengurangi minat dan kemahiran di bidang ini (Mahendra et al., 2022).
Sementara faktor-faktor ini menyoroti tantangan dalam melibatkan anak-anak dengan calistung, penting untuk mempertimbangkan konteks pendidikan yang lebih luas. Penekanan pada penguasaan awal calistung terkadang dapat menutupi pentingnya kesesuaian perkembangan dan kebutuhan akan pendekatan seimbang yang mencakup permainan dan interaksi sosial. Mengatasi masalah ini membutuhkan upaya kolaboratif dari pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan sesuai perkembangan.