Anak-anak dengan hiperaktif, sering didiagnosis dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), menghadapi tantangan yang signifikan dalam membentuk dan mempertahankan persahabatan. Kesulitan-kesulitan ini berasal dari kombinasi faktor perilaku, kognitif, dan sosial yang melekat pada gangguan tersebut. Gejala inti ADHD, seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif, secara langsung berdampak pada interaksi sosial, yang mengarah pada penolakan teman sebaya dan persahabatan yang tidak stabil. Selain itu, defisit dalam keterampilan sosial, regulasi emosi, dan pengenalan emosi wajah semakin memperburuk tantangan ini. Di bawah ini, aspek-aspek kunci yang berkontribusi terhadap kesulitan persahabatan anak-anak hiperaktif dieksplorasi secara rinci.
Gejala ADHD dan Defisit Keterampilan Sosial
- Anak-anak dengan ADHD sering menunjukkan perilaku yang intens atau tidak pantas untuk situasi sosial, seperti mengganggu percakapan, terlalu banyak bicara, dan gagal mematuhi norma sosial, yang dapat menyebabkan penolakan teman sebaya (Jijina & Sinha, 2016).
- Mereka juga berjuang dengan regulasi emosional, menampilkan perilaku yang tidak dapat diprediksi dan eksplosif yang dapat mengasingkan teman sebaya (Jijina & Sinha, 2016).
- Defisit dalam keterampilan sosial, seperti komunikasi yang buruk dan kurangnya timbal balik, lazim di antara anak-anak dengan ADHD, sehingga sulit bagi mereka untuk membentuk dan mempertahankan persahabatan (Miller & Arnold, 2023) (Jijina & Sinha, 2016).
Faktor Neurofisiologis dan Kognitif
- Studi neurofisiologis menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dan impulsif, yang diukur dengan aktivitas kortikal, terkait dengan kesulitan sosial pada anak-anak dengan ADHD (Arnett & Peisch, 2023).
- Anak-anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan mengenali emosi wajah, yang mengganggu kemampuan mereka untuk menafsirkan isyarat sosial dan merespons dengan tepat, semakin mempersulit interaksi teman sebaya (Dede & White, 2023).
Penolakan Teman sebaya dan Stabilitas Persahabatan
- Anak-anak dengan ADHD secara signifikan lebih mungkin ditolak oleh teman sebayanya dibandingkan dengan anak-anak neurotipikal, dengan penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak dengan ADHD mengalami penolakan teman sebaya (Soucisse et al., 2015).
- Persahabatan, ketika terbentuk, cenderung kurang stabil dan berkualitas lebih rendah, sering melibatkan teman sebaya yang jauh lebih muda atau yang juga memiliki masalah perilaku (Wiener, 2023).
Pengaruh Aktivitas Fisik dan Intervensi Perilaku
- Partisipasi dalam aktivitas fisik telah dikaitkan dengan peningkatan hubungan teman sebaya pada anak-anak dengan ADHD, menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan keterampilan sosial dan mengurangi kesulitan pertemanan (LeDoyen & Garcia, 2023).
- Perawatan perilaku, termasuk pelatihan keterampilan sosial dan intervensi yang dibantu orang tua, menunjukkan harapan dalam mengatasi beberapa tantangan sosial yang dihadapi oleh anak-anak dengan ADHD, meskipun intervensi ini sering tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah hubungan teman sebaya (Jijina & Sinha, 2016) (Mikami & Normand, 2015)].
Sementara tantangan yang dihadapi oleh anak-anak hiperaktif dalam berteman adalah signifikan, penting untuk mempertimbangkan konteks sosial yang lebih luas. Dinamika kelompok sebaya dan persepsi masyarakat tentang ADHD juga dapat berkontribusi pada kesulitan yang dihadapi anak-anak ini. Intervensi yang hanya berfokus pada perubahan perilaku anak-anak dengan ADHD dapat mengabaikan peran faktor-faktor eksternal ini. Penelitian dan intervensi masa depan harus bertujuan untuk mengatasi faktor individu dan lingkungan untuk meningkatkan pengalaman sosial anak-anak dengan ADHD.