Anak-anak hiperaktif, sering didiagnosis dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), sering berjuang mengendalikan emosi mereka karena kombinasi faktor perkembangan saraf, kognitif, dan lingkungan. Kesulitan-kesulitan dalam regulasi emosional ini terkait erat dengan gejala inti ADHD, seperti impulsif dan kurangnya perhatian, dan diperburuk oleh defisit dalam fungsi eksekutif dan disregulasi emosional. Interaksi faktor-faktor ini menghasilkan tantangan yang mempengaruhi interaksi sosial mereka dan fungsi secara keseluruhan. Bagian berikut menyelidiki alasan spesifik mengapa anak-anak hiperaktif menghadapi tantangan regulasi emosional ini.
Faktor Perkembangan Saraf
- Struktur dan Fungsi Otak: Studi Neuroimaging telah menunjukkan perbedaan yang signifikan di daerah otak yang terkait dengan regulasi emosi pada anak-anak dengan ADHD. Ini termasuk korteks prefrontal, korteks orbitofrontal, amigdala, dan ventral striatum, yang sangat penting untuk memproses emosi dan kontrol impuls (Musella & Weyandt, 2022).
- Defisit Kontrol Penghambatan: Anak-anak dengan ADHD sering menunjukkan gangguan kontrol penghambatan, yang merupakan kemampuan untuk menekan perilaku dan emosi yang tidak pantas atau tidak diinginkan. Defisit ini terkait dengan disregulasi emosional, sebagaimana dibuktikan dengan waktu respons yang lebih lama dan akurasi yang lebih rendah dalam tugas yang membutuhkan hambatan (Li et al., 2024).
Mekanisme Kognitif dan Perilaku
- Fungsi Eksekutif: Defisit dalam fungsi eksekutif, terutama memori kerja dan kontrol impuls, lazim terjadi pada anak-anak dengan ADHD dan berkontribusi pada kesulitan dalam regulasi emosi. Defisit ini menghambat kemampuan untuk memproses dan merespons rangsangan emosional dengan tepat (Groves et al., 2021).
- Pengenalan dan Regulasi Emosi: Anak-anak hiperaktif sering berjuang untuk mengenali dan mengatur emosi, yang dapat menyebabkan kesulitan sosial. Gangguan pengenalan emosi dapat memperburuk disregulasi emosional, membuatnya menantang bagi anak-anak ini untuk menavigasi interaksi sosial secara efektif (McKay et al., 2022).
Pengaruh Lingkungan dan Sosial
- Pengasuhan dan Faktor Lingkungan: Lingkungan, termasuk gaya pengasuhan dan interaksi sosial, memainkan peran penting dalam perkembangan emosional anak-anak hiperaktif. Pengasuhan yang tidak konsisten atau negatif dapat memperburuk disregulasi emosional, sementara lingkungan yang mendukung dapat membantu mengurangi tantangan ini (S & Purnama, 2024).
- Gangguan Sosial dan Fungsional: Disregulasi emosional pada anak hiperaktif sering menyebabkan kesulitan sosial dan gangguan fungsional di berbagai domain kehidupan. Tantangan ini diperparah oleh dampak negatif gejala ADHD pada regulasi emosi dan fungsi sosial (Hosiri et al., 2024).
Korelasi dengan Masalah Perilaku
- Regulasi Emosional dan Masalah Perilaku: Ada korelasi positif antara kesulitan dalam regulasi emosional dan masalah perilaku pada anak-anak. Meningkatkan keterampilan regulasi emosional berpotensi mengurangi masalah perilaku, menyoroti pentingnya intervensi yang ditargetkan (Zaman et al., 2024).
Sementara fokus utamanya adalah pada tantangan yang dihadapi oleh anak-anak hiperaktif dalam mengendalikan emosi mereka, penting untuk mempertimbangkan potensi perbaikan melalui intervensi yang ditargetkan. Program yang berfokus pada peningkatan regulasi emosional dan fungsi eksekutif, seperti Resilience Builder Program®, telah menunjukkan harapan dalam mengurangi masalah internalisasi dan meningkatkan kompetensi sosial pada anak-anak dengan ADHD (Gallego & Rich, 2023). Selain itu, memahami peran memori kerja dan kontrol penghambatan dalam regulasi emosi dapat menginformasikan pengembangan strategi terapi yang lebih efektif (Groves et al., 2020).