Anak-anak dengan ADHD sering mengalami kebosanan ketika belajar menulis karena kombinasi faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan. Anak-anak ini biasanya menghadapi tantangan dalam mempertahankan perhatian, mengatur pikiran, dan melaksanakan tugas menulis, yang dapat menyebabkan frustrasi dan pelepasan. Kesulitan dalam menulis tidak semata-mata karena kurangnya pengetahuan tetapi sangat berakar pada defisit fungsi eksekutif yang terkait dengan ADHD. Hal ini mengakibatkan ketidakcocokan antara kemampuan kognitif mereka dan tuntutan tugas menulis, yang menyebabkan kebosanan dan kurangnya motivasi. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci yang berkontribusi terhadap fenomena ini:
Defisit Fungsi Eksekutif
- Anak-anak dengan ADHD sering berjuang dengan fungsi eksekutif, yang sangat penting untuk perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan tugas-tugas seperti menulis. Defisit ini dapat menyulitkan mereka untuk menyusun pikiran mereka dan mempertahankan fokus pada tugas menulis, yang menyebabkan kebosanan dan frustrasi (Re & Cornoldi, 2010) (Kožárová, 2017).
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian dan mengendalikan impuls dapat mengakibatkan penulisan yang tidak lengkap atau tidak terorganisir dengan baik, yang selanjutnya menghambat keterlibatan dalam kegiatan menulis (Re et al., 2007) (Graham et al., 2016).
Tantangan Menulis
- Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan ADHD menghasilkan tulisan yang kualitasnya lebih rendah, panjangnya lebih pendek, dan mengandung lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan teman sebayanya. Ini termasuk kesulitan dengan ejaan, tata bahasa, dan struktur teks secara keseluruhan, yang dapat membuat menulis menjadi tugas yang membosankan dan tidak bermanfaat bagi mereka (Re et al., 2007) (Graham et al., 2016).
- Meskipun memiliki pengetahuan deklaratif yang memadai tentang menulis, anak-anak dengan ADHD sering gagal menerapkan pengetahuan ini secara efektif karena tantangan fungsi eksekutif mereka, yang menyebabkan hasil penulisan yang buruk dan peningkatan kebosanan (Re & Cornoldi, 2010).
Kurangnya Keterlibatan dan Motivasi
- Tugas menulis tradisional dalam pengaturan pendidikan mungkin tidak selaras dengan gaya belajar anak-anak dengan ADHD, yang mendapat manfaat dari metode yang lebih interaktif dan menarik. Kurangnya permainan dan eksplorasi dalam tugas menulis dapat berkontribusi pada ketidaktertarikan dan kebosanan mereka (Smith & Jackson, 2018).
- Anak-anak hiperaktif mungkin juga kurang memanfaatkan waktu belajar mereka, karena mereka berjuang untuk mempertahankan fokus dan perhatian, yang dapat diperburuk tanpa adanya obat stimulan yang membantu meningkatkan perhatian dan keterlibatan (Dalby et al., 1977).
Strategi Pendidikan
- Menerapkan strategi seperti Pengembangan Strategi yang Diatur Sendiri (SRSD) telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan keterampilan menulis anak-anak dengan ADHD dengan memberikan bimbingan terstruktur dan mempromosikan pengaturan diri, yang dapat meningkatkan keterlibatan mereka dan mengurangi kebosanan (Reid & Lienemann, 2006).
- Guru dan pendidik perlu mengadopsi metode pengajaran yang lebih interaktif dan mendukung yang memenuhi kebutuhan unik anak-anak hiperaktif, seperti menggabungkan alat bantu visual dan kegiatan langsung untuk mempertahankan minat dan motivasi mereka dalam tugas menulis (Silva et al., 2024) (Kurniawati, 2018).
Sementara tantangan yang dihadapi oleh anak-anak hiperaktif dalam menulis sangat signifikan, penting untuk menyadari bahwa kesulitan ini tidak dapat diatasi. Dengan intervensi dan strategi pengajaran yang tepat, anak-anak dengan ADHD dapat meningkatkan keterampilan menulis mereka dan mengurangi kebosanan yang terkait dengan tugas menulis. Memahami faktor kognitif dan perilaku yang mendasari dapat membantu pendidik dan orang tua menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung yang mendorong keterlibatan dan motivasi dalam kegiatan menulis.