A young boy pouting while holding a Christmas gift above his head with a decorated tree in the background.

Mengapa Anak Hiperaktif Mudah Bosan Saat Belajar Membaca?

Anak-anak dengan hiperaktif, sering didiagnosis dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), sering mengalami kebosanan ketika belajar membaca karena kombinasi faktor kognitif, perilaku, dan emosional. Faktor-faktor ini termasuk kesulitan dengan perhatian, impulsif, dan fungsi eksekutif, yang sangat penting untuk akuisisi dan pemahaman membaca. Interaksi elemen-elemen ini dapat menyebabkan tantangan dalam mempertahankan keterlibatan dan minat dalam tugas membaca, yang mengakibatkan rasa bosan. Bagian berikut menyelidiki alasan spesifik mengapa anak-anak hiperaktif mungkin kesulitan dengan keterlibatan membaca.

Gangguan Kognitif

  • Defisit Perhatian: Anak-anak dengan ADHD sering menunjukkan kurangnya perhatian yang signifikan, yang secara langsung memengaruhi kemampuan mereka untuk fokus pada tugas membaca. Kurangnya perhatian berkelanjutan ini dapat menghambat perolehan keterampilan membaca dan menyebabkan kebosanan karena mereka berjuang untuk terlibat dengan materi (“The impact of ADHD on reading.”, 2023) (Cain & Bignell, 2014).
  • Keterbatasan Memori Kerja: Defisit memori kerja sering terjadi pada anak-anak dengan ADHD, mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyimpan dan memproses informasi saat membaca. Hal ini dapat membuat membaca menjadi aktivitas yang membuat frustrasi dan tidak memuaskan, berkontribusi pada kebosanan (Miller et al., 2013) (Mahone, 2011).
  • Kecepatan Pemrosesan: Kecepatan pemrosesan yang lebih lambat pada anak-anak dengan ADHD dapat menyebabkan kesulitan dalam kelancaran dan pemahaman membaca, membuat tugas membaca melelahkan dan kurang menyenangkan (Mahone, 2011).

Faktor Perilaku dan Emosional

  • Impulsivitas: Anak hiperaktif sering menunjukkan perilaku impulsif, yang dapat mengganggu proses membaca. Impulsif ini dapat menyebabkan melewatkan kata atau baris, semakin memperumit pemahaman dan mengurangi minat untuk membaca (Martin & Flatt, 2018) (Halperin et al., 1984).
  • Perkembangan Emosional: Disregulasi emosional, umum pada anak-anak hiperaktif, dapat menyebabkan frustrasi dan kurangnya motivasi ketika dihadapkan dengan tugas membaca yang menantang. Respons emosional ini dapat bermanifestasi sebagai kebosanan (S & Purnama, 2024).

Tantangan Pemahaman Membaca

  • Decoding and Fluency: ADHD dapat memengaruhi keterampilan decoding dan kelancaran membaca, sehingga sulit bagi anak-anak untuk membaca dengan lancar dan akurat. Perjuangan ini dapat menyebabkan pelepasan dan kebosanan karena mereka gagal menemukan hadiah bacaan (“The impact of ADHD on reading.”, 2023) (Mahone, 2011).
  • Kesulitan Pemahaman: Anak-anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan membangun representasi mental teks yang koheren, yang sangat penting untuk pemahaman. Defisit sentralitas ini dapat membuat membaca kurang berarti dan lebih membosankan, berkontribusi pada kebosanan (Miller et al., 2013).

Pengaruh Pendidikan dan Lingkungan

  • Pendekatan Pengajaran: Metode pengajaran tradisional mungkin tidak memenuhi kebutuhan unik anak-anak yang hiperaktif, yang mengarah pada pelepasan keterlibatan. Intervensi dan strategi pengajaran yang disesuaikan diperlukan untuk mempertahankan minat dan motivasi mereka dalam membaca (Silva et al., 2024) (Faktor et al., 2024).
  • Faktor Lingkungan: Lingkungan belajar, termasuk dinamika kelas dan dukungan guru, memainkan peran penting dalam melibatkan anak-anak yang hiperaktif. Kurangnya lingkungan belajar yang mendukung dan adaptif dapat memperburuk perasaan bosan (Faktor et al., 2024).

Sementara anak-anak hiperaktif menghadapi tantangan yang signifikan dalam membaca, penting untuk menyadari bahwa kesulitan ini tidak dapat diatasi. Dengan intervensi yang tepat, seperti strategi pengajaran individual dan lingkungan belajar yang mendukung, anak-anak dengan ADHD dapat meningkatkan keterampilan membaca mereka dan mengurangi perasaan bosan. Selain itu, memahami akar penyebab pelepasan mereka dapat membantu pendidik dan pengasuh mengembangkan pendekatan yang lebih efektif untuk mendukung anak-anak ini dalam perjalanan membaca mereka.

[The impact of ADHD on reading]. (2023).
Cain, K., & Bignell, S. (2014). Reading and listening comprehension and their relation to inattention and hyperactivity. British Journal of Educational Psychology. https://doi.org/10.1111/BJEP.12009
Miller, A. C., Keenan, J. M., Betjemann, R. S., Willcutt, E. G., Pennington, B. F., Olson, R. K., & Olson, R. K. (2013). Reading comprehension in children with ADHD: cognitive underpinnings of the centrality deficit. Journal of Abnormal Child Psychology. https://doi.org/10.1007/S10802-012-9686-8
Mahone, E. M. (2011). The Effects of ADHD (Beyond Decoding Accuracy) on Reading Fluency and Comprehension.
Martin, M. R., & Flatt, H. (2018). Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) and Reading Abilities: A Comprehensive Review.
Halperin, J. M., Gittelman, R., Klein, D. F., & Rudel, R. G. (1984). Reading-disabled hyperactive children: a distinct subgroup of attention deficit disorder with hyperactivity? Journal of Abnormal Child Psychology. https://doi.org/10.1007/BF00913458
S, A. S. K., & Purnama, R. L. (2024). Analisis Perkembangan Perilaku Dan Emosional ABK Hiperaktif Yang Mengalami Gangguan Konsentrasi Di Sekolah Ra Al-Hidayah. Student Scientific Creativity Journal. https://doi.org/10.55606/sscj-amik.v2i1.2782
Silva, B. M. da, Guabira, M. E. da S. S., Brito, M. J. da S., Souza, L. G. de, Pereira, E. C., & Silva, I. D. M. (2024). Literacy and hyperactivity in early early education. Revista Gênero e Interdisciplinaridade. https://doi.org/10.51249/gei.v5i01.1814
Faktor, A., Dampak, D., Hiperaktif, P., Sekolah, S., Kelas, D., Terhadap, R., Belajar, H., Rizqi, A. M., Permana, B. S., Reygita, H., Rostika, D., & Sudarmansyah, R. (2024). Analisis Faktor Dan Dampak Perilaku Hiperaktif Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah Terhadap Hasil Belajar. Khatulistiwa (Pontianak). https://doi.org/10.55606/khatulistiwa.v4i1.2723
Scroll to Top