A girl in activewear jogging on an outdoor track, showcasing a healthy lifestyle.

Mengapa Anak Hiperaktif Mudah Bosan Saat Belajar Berhitung?

Anak-anak hiperaktif sering mengalami kebosanan ketika belajar berhitung karena kombinasi faktor kognitif, emosional, dan lingkungan. Anak-anak ini biasanya menunjukkan kesulitan dalam mempertahankan perhatian dan fokus, yang sangat penting untuk terlibat dalam tugas-tugas berulang dan terstruktur seperti menghitung. Interaksi antara hiperaktif dan kebosanan sangat kompleks, melibatkan karakteristik intrinsik anak dan pengaruh eksternal dari lingkungannya. Jawaban ini akan mengeksplorasi alasan di balik fenomena ini, memanfaatkan wawasan dari makalah penelitian yang disediakan.

Defisit Kognitif dan Perhatian

  • Anak-anak hiperaktif sering berjuang dengan defisit perhatian, yang dapat menyebabkan kebosanan selama tugas yang membutuhkan fokus berkelanjutan, seperti menghitung. Anak-anak ini mungkin merasa sulit untuk terlibat dengan tugas-tugas yang tidak memberikan stimulasi atau kepuasan langsung, yang mengarah pada rasa bosan dan pelepasan (Keogh, 1971) (Hsu et al., 2020).
  • Ketidakmampuan untuk menekan jaringan mode default otak (DMN) selama tugas terkait dengan peningkatan variabilitas waktu respons dan penyimpangan perhatian pada anak-anak dengan ADHD, berkontribusi pada pengalaman kebosanan mereka (Hsu et al., 2020).

Faktor Emosional dan Perilaku

  • Disregulasi emosional sering terjadi pada anak-anak hiperaktif, yang dapat bermanifestasi sebagai perilaku berlebihan dan kesulitan dalam mengelola emosi seperti frustrasi dan ketidaksabaran. Tantangan emosional ini dapat memperburuk perasaan bosan ketika dihadapkan dengan tugas-tugas monoton seperti menghitung (S & Purnama, 2024).
  • Anak-anak hiperaktif sering menunjukkan impulsif, yang dapat menyebabkan hilangnya minat dengan cepat pada tugas-tugas yang tidak memberikan imbalan atau kegembiraan langsung, yang selanjutnya berkontribusi pada kebosanan (Keogh, 1971).

Pengaruh Lingkungan dan Sosial

  • Lingkungan belajar memainkan peran penting dalam tingkat keterlibatan anak-anak hiperaktif. Pengaturan kelas tradisional yang menekankan tugas terstruktur dan berulang mungkin tidak memenuhi kebutuhan anak-anak ini, yang menyebabkan peningkatan kebosanan dan pelepasan (Faktor et al., 2024) (Silva et al., 2024).
  • Perlindungan yang berlebihan dan penataan kegiatan yang berlebihan dapat membatasi kesempatan anak-anak untuk mengeksplorasi dan terlibat dalam pembelajaran mandiri, yang dapat berkontribusi pada perasaan bosan (Kunsch, 2014).

Kebosanan sebagai Mekanisme Mengatasi

  • Kebosanan pada anak hiperaktif terkadang bisa menjadi mekanisme penanggulangan dalam menanggapi tuntutan kognitif yang tinggi. Ketika tugas menjadi terlalu menantang atau gagal menangkap minat mereka, anak-anak ini mungkin menggunakan perilaku hiperaktif sebagai cara untuk mengatasi kelebihan beban kognitif (Burley et al., 2021).
  • Pengalaman kebosanan tidak semata-mata negatif; itu juga dapat mendorong anak-anak untuk mencari kegiatan yang lebih menarik dan merangsang, berpotensi mengarah pada pemecahan masalah dan eksplorasi kreatif (Begnaud et al., 2020).

Sementara anak-anak hiperaktif mungkin mengalami kebosanan selama tugas-tugas seperti menghitung, penting untuk menyadari bahwa ini bukan cacat yang melekat melainkan cerminan dari kebutuhan kognitif dan emosional mereka yang unik. Dengan memahami faktor-faktor yang mendasari ini, pendidik dan pengasuh dapat mengembangkan strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan mendukung yang memenuhi kekuatan dan tantangan anak-anak hiperaktif. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi kebosanan dan meningkatkan hasil belajar untuk anak-anak ini.

Keogh, B. K. (1971). Hyperactivity and Learning Disorders: Review and Speculation. Exceptional Children. https://doi.org/10.1177/001440297103800201
Hsu, C.-F., Hsu, C.-F., Eastwood, J. D., Toplak, M. E., Liang, J.-C., Hwang-Gu, S.-L., Chen, V. C.-H., & Chen, V. C.-H. (2020). Trait and state boredom: Associations with attention failure in children with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Psychiatry Research-Neuroimaging. https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2020.112861
S, A. S. K., & Purnama, R. L. (2024). Analisis Perkembangan Perilaku Dan Emosional ABK Hiperaktif Yang Mengalami Gangguan Konsentrasi Di Sekolah Ra Al-Hidayah. Student Scientific Creativity Journal. https://doi.org/10.55606/sscj-amik.v2i1.2782
Faktor, A., Dampak, D., Hiperaktif, P., Sekolah, S., Kelas, D., Terhadap, R., Belajar, H., Rizqi, A. M., Permana, B. S., Reygita, H., Rostika, D., & Sudarmansyah, R. (2024). Analisis Faktor Dan Dampak Perilaku Hiperaktif Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah Terhadap Hasil Belajar. Khatulistiwa (Pontianak). https://doi.org/10.55606/khatulistiwa.v4i1.2723
Silva, B. M. da, Guabira, M. E. da S. S., Brito, M. J. da S., Souza, L. G. de, Pereira, E. C., & Silva, I. D. M. (2024). Literacy and hyperactivity in early early education. Revista Gênero e Interdisciplinaridade. https://doi.org/10.51249/gei.v5i01.1814
Kunsch, C. K. (2014). Excesso de atividades, consumo e superproteção: possíveis fatores de tédio em crianças Excess of activities, consumption and overprotection: possible reasons of child boredom.
Burley, D. T., Anning, K. L., & Goozen, S. H. M. V. (2021). The association between hyperactive behaviour and cognitive inhibition impairments in young children. Child Neuropsychology. https://doi.org/10.1080/09297049.2021.1976128
Begnaud, D., Coenraad, M., Jain, N., Patel, D., & Bonsignore, E. (2020). “It’s just too much”: exploring children’s views of boredom and strategies to manage feelings of boredom. Interaction Design and Children. https://doi.org/10.1145/3392063.3394414
Scroll to Top