Anak-anak dengan autisme sering menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap suara atau cahaya karena pemrosesan sensorik atipikal, yang merupakan karakteristik umum dari gangguan spektrum autisme (ASD). Sensitivitas yang meningkat ini, terutama terhadap rangsangan pendengaran dan visual, dapat menyebabkan kelebihan sensorik dan tekanan yang signifikan. Mekanisme yang mendasarinya kompleks dan melibatkan faktor neurologis dan psikologis. Bagian berikut mengeksplorasi alasan di balik sensitivitas ini, didukung oleh temuan penelitian.
Dasar Neurologis Sensitivitas Sensorik
- Pemrosesan Sensorik Atipikal: Anak-anak dengan autisme memproses informasi sensorik secara berbeda, yang dapat menyebabkan sensitivitas yang meningkat. Pemrosesan atipikal ini terbukti dalam berbagai modalitas sensorik, termasuk sistem pendengaran dan visual (Bukva, 2023) (Rajuan et al., 2024).
- Gairah berlebihan terhadap Stimulus: Studi menggunakan pupilometri telah menunjukkan bahwa anak-anak autis menunjukkan gairah yang berlebihan terhadap rangsangan pendengaran yang tidak menyenangkan dan mengejutkan, menunjukkan respons awal yang meningkat terhadap input sensori (Ci et al., 2024).
- Hiperreaktivitas pendengaran: Hiperreaktivitas pendengaran adalah masalah umum, di mana suara tertentu dianggap tidak dapat ditoleransi, yang mengarah ke perilaku permusuhan. Hal ini sering ditangani dengan menggunakan headphone peredam bising yang disesuaikan dengan persepsi pendengaran unik anak-anak autis (Kwong & Choy, 2024) (Kwong et al., 2024).
Implikasi Psikologis dan Perilaku
- Masalah Internalisasi dan Eksternalisasi: Perbedaan pemrosesan sensorik dikaitkan dengan masalah internalisasi (misalnya, kecemasan, depresi) dan eksternalisasi (misalnya, agresi). Hipersensitivitas terhadap rangsangan pendengaran dan visual sangat terkait dengan masalah ini, mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku individu autis (Chen et al., 2024).
- Kelebihan Sensorial: Individu autis sering mengalami kelebihan sensorik, yang dapat menyebabkan respons ‘Melawan, Penerbangan, Beku’. Kelebihan beban ini disebabkan oleh tantangan pemrosesan tingkat tinggi dan tingkat rendah, yang mengakibatkan kelelahan dan kesulitan fungsional (Millington & Simmons, 2024).
Intervensi dan Strategi Manajemen
- Solusi Peredam Kebisingan yang Disesuaikan: Headphone peredam bising yang disesuaikan telah dikembangkan untuk mengatasi hiperreaktivitas pendengaran dengan mempertimbangkan persepsi pendengaran spesifik anak-anak autis, yang mengarah ke peningkatan respons persepsi aural (Kwong & Choy, 2024) (Kwong et al., 2024).
- Intervensi Realitas Virtual: Intervensi berbasis rumah menggunakan realitas virtual telah menunjukkan harapan dalam mengurangi hipersensitivitas pendengaran. Intervensi ini menggabungkan teknik terapi berbasis paparan untuk secara bertahap meningkatkan toleransi terhadap rangsangan dunia nyata (Parkinson et al., 2023).
- Pendekatan Terapeutik: Terapi perilaku kognitif (CBT) dan metode desensitisasi efektif dalam mengelola gejala hiperakusis dan meningkatkan pemrosesan sensorik pada anak-anak dengan autisme (“Auditory Sensitivity in Autism Spectrum Disorder: Assessment, Challenges, and Therapeutic Approaches”, 2023).
Sementara sensitivitas yang meningkat terhadap suara dan cahaya pada anak-anak dengan autisme didokumentasikan dengan baik, penting untuk mempertimbangkan variabilitas individu dalam pemrosesan sensorik di antara individu autis. Tidak semua anak dengan autisme akan mengalami tingkat sensitivitas yang sama, dan tanggapan mereka terhadap intervensi dapat bervariasi. Selain itu, sementara kepekaan pendengaran dan visual menonjol, modalitas sensorik lainnya seperti pemrosesan sentuhan dan penciuman juga dapat memainkan peran penting dalam pengalaman sensorik anak-anak autis (Bang et al., 2024). Memahami nuansa ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif dan dipersonalisasi.