Free stock photo of beach activites, monochromatic, monochromatic tones

Mengapa Anak Dengan Autisme Lebih Suka Bermain Sendiri?

Anak-anak dengan autisme sering lebih suka bermain sendiri karena kombinasi faktor sosial, kognitif, dan lingkungan. Preferensi ini dipengaruhi oleh cara-cara unik di mana anak-anak dengan autisme memandang dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Sementara permainan soliter dapat menjadi sumber kenyamanan dan fokus, itu juga dibentuk oleh tantangan dalam interaksi sosial dan komunikasi. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek ini secara rinci.

Tantangan Interaksi Sosial

  • Anak-anak dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam komunikasi sosial, yang dapat membuat permainan sosial kurang menarik atau lebih menantang. Kesulitan-kesulitan ini termasuk memahami isyarat sosial, terlibat dalam interaksi timbal balik, dan mempertahankan perhatian bersama dengan rekan-rekan (Papoudi, 2015) (Kasari & Chang, 2014).
  • Preferensi untuk bermain soliter juga dapat dikaitkan dengan stres dan kecemasan yang dapat dipicu oleh interaksi sosial. Anak-anak autis mungkin menemukan permainan sosial yang luar biasa karena ketidakpastian dan kompleksitas dinamika sosial (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023) (Kangas et al., 2012).

Preferensi Kognitif dan Sensorik

  • Anak-anak autis mungkin memiliki preferensi kognitif dan sensorik yang berbeda yang membuat permainan soliter lebih menyenangkan. Mereka sering terlibat dalam kegiatan berulang atau terfokus yang selaras dengan minat mereka, memberikan rasa kontrol dan prediktabilitas (Kasari & Chang, 2014) (Bai et al., 2013).
  • Permainan soliter memungkinkan anak-anak dengan autisme untuk terlibat dalam kegiatan dengan kecepatan mereka sendiri, tanpa tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan sosial. Ini bisa sangat penting bagi anak-anak yang mengalami kepekaan sensorik atau membutuhkan lebih banyak waktu untuk memproses informasi (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023) (Huang et al., 2021).

Hambatan Lingkungan dan Struktural

  • Lingkungan fisik dan sosial dapat menghadirkan hambatan untuk bermain inklusif untuk anak-anak dengan autisme. Dukungan dan akomodasi yang tidak memadai dalam pengaturan bermain dapat membatasi peluang untuk interaksi sosial dan partisipasi dalam kegiatan kelompok (Coughlan & Lynch, 2024) (Kangas et al., 2012).
  • Anak-anak autis mungkin juga menghadapi tantangan dalam mengakses peluang bermain yang dirancang untuk anak-anak yang biasanya berkembang, yang dapat memperkuat preferensi untuk bermain soliter (Huang et al., 2021).

Peran Dukungan Orang Dewasa

  • Intervensi dan dukungan orang dewasa dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi permainan sosial untuk anak-anak dengan autisme. Aktivitas bermain terstruktur, pelatihan keterampilan sosial, dan penggunaan teknologi bantu dapat membantu menjembatani kesenjangan antara permainan soliter dan sosial (Kasari & Chang, 2014) (Bai et al., 2013).
  • Mendorong permainan paralel, di mana anak-anak bermain bersama teman sebaya tanpa interaksi langsung, dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk bentuk permainan yang lebih interaktif (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023) (Kangas et al., 2012).

Sementara permainan soliter sering disukai oleh anak-anak dengan autisme, penting untuk mengenali nilai dan manfaat potensial dari permainan sosial. Bermain sosial dapat meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan perkembangan emosional, tetapi membutuhkan pertimbangan yang cermat terhadap kebutuhan individu dan preferensi anak-anak autis. Menciptakan lingkungan bermain yang mendukung dan inklusif, bersama dengan intervensi yang disesuaikan, dapat membantu menyeimbangkan manfaat dari pengalaman bermain soliter dan sosial.

Papoudi, D. (2015). The intersubjective motives of play: The case of autism.
Kasari, C., & Chang, Y.-C. (2014). Play Development in Children With Autism Spectrum Disorders: Skills, Object Play, and Interventions. https://doi.org/10.1002/9781118911389.HAUTC11
Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults. (2023). https://doi.org/10.31234/osf.io/2gq3y
Kangas, S., Määttä, K., & Uusiautti, S. (2012). Alone and in a group: ethnographic research on autistic children’s play. International Journal of Play. https://doi.org/10.1080/21594937.2012.656920
Bai, Z., Blackwell, A. F., & Coulouris, G. (2013). Through the looking glass: Pretend play for children with autism. International Symposium on Mixed and Augmented Reality. https://doi.org/10.1109/ISMAR.2013.6671763
Huang, C.-C., Kang, L.-J., & Kang, L.-J. (2021). Participation in Play and Leisure Activities of Young Children with Autism Spectrum Disorder and Typically Developing Children in Taiwan: A Preliminary Study. International Journal of Environmental Research and Public Health. https://doi.org/10.3390/IJERPH18115787
Coughlan, M., & Lynch, H. (2024). “Can I Play Too?” A Qualitative Study of Outdoor Play and Participation Among Autistic Preschoolers. American Journal of Occupational Therapy. https://doi.org/10.5014/ajot.2024.050732
Scroll to Top