A mother and daughter happily embrace on a comfy bed, showcasing love and connection indoors.

Mengapa Anak Autis Sering Menutup Telinga Atau Menghindari Suara Keras?

Anak-anak autis sering menutup telinga mereka atau menghindari suara keras karena kondisi yang dikenal sebagai hiperreaktivitas pendengaran atau hiperakusis, yang lazim di antara individu dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Sensitivitas yang meningkat terhadap suara ini dapat menyebabkan tekanan yang signifikan dan perilaku permusuhan ketika terkena rangsangan pendengaran tertentu. Penyebab yang mendasari sensitivitas ini kompleks dan beragam, melibatkan faktor fisiologis dan persepsi. Bagian berikut mengeksplorasi alasan di balik perilaku ini dan intervensi yang telah dikembangkan untuk mengatasinya.

Hiperreaktivitas Pendengaran pada Autisme

  • Prevalensi dan Dampak: Hiperakusis terutama lebih sering terjadi pada individu autis, dengan prevalensi hingga 60% dibandingkan dengan 17,1% pada populasi umum. Kondisi ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk interaksi akademik dan sosial, karena tekanan yang disebabkan oleh suara tertentu (Carson et al., 2024).
  • Perbedaan Pemrosesan Pendengaran: Anak-anak autis sering menunjukkan pemrosesan pendengaran atipikal, yang mencakup hiper- dan hiposensitivitas terhadap suara. Perbedaan-perbedaan ini dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dalam memahami ucapan di lingkungan yang bising dan berkurangnya kemampuan untuk membiasakan diri dengan rangsangan pendengaran berulang (Lau et al., 2024) (Dwyer et al., 2023).

Mekanisme Di Balik Sensitivitas Suara

  • Respon Saraf dan Perilaku: Studi menggunakan elektroensefalografi (EEG) telah menunjukkan bahwa anak-anak autis memiliki respons saraf yang berbeda terhadap rangsangan pendengaran, yang dapat berkontribusi pada sensitivitas mereka yang meningkat. Anak-anak ini sering memiliki persepsi bicara yang lebih buruk di lingkungan yang bising dan lebih sedikit pelepasan spasial dari masking, yang merupakan kemampuan untuk fokus pada satu sumber suara di lingkungan yang bising (Lau et al., 2024).
  • Pengurangan Habituasi: Individu autis mungkin memiliki kemampuan yang berkurang untuk membiasakan diri dengan rangsangan pendengaran, yang berarti respons otak mereka terhadap suara tetap kuat dari waktu ke waktu alih-alih berkurang. Kurangnya pembiasaan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang terus-menerus ketika terkena suara tertentu (Dwyer et al., 2023).

Intervensi dan Solusi

  • Teknologi Peredam Kebisingan: Headphone peredam bising yang disesuaikan telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pendengaran khusus anak-anak autis. Perangkat ini dirancang untuk menargetkan frekuensi yang paling tidak menyenangkan bagi anak-anak ini, seperti 250 Hz dan 8 kHz, dan telah terbukti meningkatkan respons persepsi pendengaran mereka (Kwong et al., 2024) (Kwong & Choy, 2024) (Kwong et al., 2024).
  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Pendekatan CBT yang dimodifikasi telah digunakan untuk membantu anak-anak autis mengelola hiperakusis. Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi kesusahan yang terkait dengan suara keras dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan sehari-hari (Carson et al., 2024)].
  • Intervensi Realitas Virtual: Intervensi realitas virtual berbasis rumah, seperti SoundFields, telah dikembangkan untuk membantu anak-anak autis secara bertahap meningkatkan toleransi mereka terhadap rangsangan pendengaran dunia nyata. Intervensi ini mengintegrasikan teknik terapi berbasis paparan dan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi hipersensitivitas pendengaran (Parkinson et al., 2023).

Sementara hiperreaktivitas pendengaran merupakan tantangan yang signifikan bagi anak-anak autis, penting untuk dicatat bahwa tidak semua individu dengan autisme mengalami sensitivitas suara dengan cara yang sama. Heterogenitas dalam persepsi pendengaran di antara individu autis berarti bahwa intervensi perlu disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap anak. Selain itu, sementara intervensi seperti headphone peredam bising dan CBT telah menunjukkan efektivitas, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi terapi potensial lainnya dan untuk lebih memahami mekanisme saraf yang mendasari perbedaan pemrosesan pendengaran pada autisme.

Carson, T. B., Guerrero, L. A., Niebles, M., & Gayle, C. (2024). Modified cognitive behavioral therapy approach reduces loudness discomfort levels for an autistic child with hyperacusis: case report. Frontiers in Psychiatry. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2024.1440624
Lau, B. K., John, T. St., Estes, A., & Dager, S. R. (2024). Auditory processing in neurodiverse children. Berkeley Program in Law & Economics. https://doi.org/10.1121/10.0026855
Dwyer, P., Williams, Z. J., Vukusic, S., Saron, C. D., & Rivera, S. M. (2023). Habituation of auditory responses in young autistic and neurotypical children. Autism Research. https://doi.org/10.1002/aur.3022
Kwong, T. C., Mung, S. W. Y., & Choy, Y. S. (2024). Development of hybrid active noise cancellation system for the children with autism spectrum disorder. NOISE-CON Proceedings. https://doi.org/10.3397/in_2024_3421
Kwong, T. C., & Choy, Y. S. (2024). A customized approach to hybrid active noise cancellation system design to address auditory hyperreactivity for children with autism spectrum disorder. Journal of the Acoustical Society of America. https://doi.org/10.1121/10.0034953
Kwong, T. C., Yuan, H.-L., Mung, S. W.-Y., Chu, H. K. H., Chan, C. C. H., Lun, D. P. K., Yu, H. M., Cheng, L., & Choy, Y. S. (2024). Healthcare headset with tuneable auditory characteristics control for children with Autism spectrum disorder. Applied Acoustics. https://doi.org/10.1016/j.apacoust.2024.109876
Parkinson, S., Taylor, A., Fenton, C. H., Kearney, G., Garside, M., & Johnston, D. (2023). SoundFields: A Virtual Reality Home-Based Intervention for Auditory Hypersensitivity Experienced by Autistic Children. Applied Sciences. https://doi.org/10.3390/app13116783
Scroll to Top