Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering mengalami kemarahan atau amukan yang tampaknya tanpa alasan karena kombinasi disregulasi emosional, lekas marah, dan masalah pemrosesan sensorik. Perilaku ini tidak acak tetapi terkait dengan tantangan mendasar dalam mengelola emosi dan menanggapi rangsangan lingkungan. Disregulasi emosional pada anak-anak autis dapat bermanifestasi sebagai lekas marah, agresi, dan amukan, yang sering diperburuk oleh kesulitan dalam memproses informasi sensorik dan mengelola stres. Interaksi faktor-faktor yang kompleks ini berkontribusi pada seringnya terjadinya ledakan emosi pada anak-anak autis. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci yang menjelaskan mengapa perilaku ini terjadi.
Disregulasi Emosional
- Disregulasi emosional merupakan tantangan yang signifikan bagi anak-anak dengan ASD, yang sering menyebabkan ledakan kemarahan dan amukan. Disregulasi ini sering disebabkan oleh kesulitan dalam memproses dan menanggapi rangsangan emosional, yang dapat mengakibatkan respons emosional yang meningkat terhadap pemicu yang tampaknya kecil (Sari et al., 2024) (Teixeira et al., 2024).
- Intervensi seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dan Program Manajemen Stres dan Kemarahan (STAMP) telah terbukti membantu meningkatkan regulasi emosional pada anak-anak dengan ASD, menunjukkan bahwa ledakan ini terkait dengan masalah pemrosesan emosional yang mendasarinya (Sari et al., 2024)] (Factor et al., 2019).
Iritabilitas dan Agresi
- Iritabilitas adalah gejala umum pada anak-anak autis, sering bermanifestasi sebagai agresi, perilaku melukai diri sendiri, dan amukan parah. Iritabilitas ini dapat bersifat tahan terhadap obat, yang berarti tidak merespon dengan baik terhadap perawatan farmakologis yang khas, menunjukkan etiologi yang mendasarinya yang kompleks (Aykutlu et al., 2024) (“Drug-Refractory Irritability and Related Factors in Autistic Children”, 2023).
- Faktor-faktor seperti disregulasi suasana hati dan iritabilitas kronis lazim terjadi pada anak-anak dengan ASD dan dapat menyebabkan perilaku yang mengganggu. Gejala-gejala ini berbeda dari gejala inti ASD dan memerlukan intervensi yang ditargetkan (Pan & Yeh, 2016).
Pemrosesan Sensorik dan Frustrasi
- Masalah pemrosesan sensorik lazim pada anak-anak dengan ASD, mempengaruhi hingga 87% individu. Masalah-masalah ini dapat menyebabkan disregulasi dan perilaku seperti agresif, karena anak-anak mungkin salah menafsirkan input sensorik sebagai ancaman, memicu respons fight-or-flight (Foley & Baz, 2021).
- Respons frustrasi pada anak-anak autis seringkali tidak adaptif, menyebabkan iritabilitas dan amukan. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak autis mungkin memiliki respons fisiologis yang meredam terhadap frustrasi, yang dapat memperburuk iritabilitas dan ledakan emosional (Leno et al., 2021).
Faktor Budaya dan Kontekstual
- Faktor budaya dapat mempengaruhi ekspresi ledakan emosi pada anak-anak dengan ASD. Sebuah studi lintas budaya di Amerika Latin menemukan bahwa lekas marah dan suasana hati merupakan pemicu signifikan untuk ledakan emosi, menyoroti peran faktor lingkungan dan kontekstual dalam perilaku ini (Teixeira et al., 2024).
Sementara fokus utamanya adalah pada tantangan yang dihadapi oleh anak-anak autis dalam mengatur emosi, penting untuk mempertimbangkan bahwa perilaku ini tidak semata-mata karena kondisi anak. Faktor lingkungan, seperti dinamika keluarga, pengaturan pendidikan, dan sikap masyarakat, juga dapat memainkan peran penting dalam memperburuk atau mengurangi perilaku ini. Memahami konteks yang lebih luas di mana anak-anak ini hidup dapat memberikan wawasan tentang intervensi dan sistem pendukung yang lebih efektif.