Membaca dapat secara signifikan membantu pengembangan empati pada anak-anak dengan mengekspos mereka pada perspektif, emosi, dan situasi sosial yang beragam. Melalui keterlibatan dengan cerita, anak-anak dapat belajar memahami dan berbagi perasaan orang lain, yang merupakan aspek fundamental dari empati. Proses ini difasilitasi oleh berbagai mekanisme, termasuk keterlibatan naratif, identifikasi karakter, dan praktik literasi kritis. Bagian berikut mengeksplorasi mekanisme ini secara rinci.
Keterlibatan Naratif dan Empati
- Pembacaan Keras Interaktif: Pembacaan interaktif telah terbukti menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan empati pada anak-anak. Dengan terlibat dengan cerita secara dinamis, anak-anak dapat lebih memahami emosi dan motivasi karakter, yang meningkatkan kemampuan empatik (Thompson & Melchior, 2020).
- Sastra Fiksi: Membaca literatur fiksi mengaktifkan area otak yang terkait dengan empati, seperti korteks prefrontal medial anterior. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan teratur dengan cerita dapat meningkatkan kemampuan anak-anak untuk mendeteksi dan merespons situasi secara empati (Learn & Cueto, 2018).
Identifikasi Karakter
- Empati Dalam Kelompok dan Luar Kelompok: Buku cerita anak-anak dapat menumbuhkan empati dengan mendorong identifikasi dengan karakter yang berbeda dari pembaca. Ini membantu meminimalkan bias dan meningkatkan empati kognitif, memungkinkan anak-anak untuk memahami dan berhubungan dengan beragam perspektif (Kucirkova, 2019).
- Empati Naratif dalam Pembelajaran Bahasa: Dalam konteks belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, buku bergambar membantu siswa merefleksikan situasi naratif dan afektif, sehingga menumbuhkan empati melalui identifikasi karakter dan keterlibatan emosional (Berzal-Gracia et al., 2024).
Praktik Literasi Kritis
- Mengenali Ketidakadilan: Praktik literasi kritis, seperti membaca dengan lantang dan mendiskusikan literatur anak-anak yang membahas masalah sosial, dapat membantu anak-anak mengenali situasi penindasan dan ketidakadilan. Pengakuan ini merupakan langkah penting dalam mengembangkan empati dan keterampilan berpikir kritis (Trigos-Carrillo & Urrea-Hernández, 2024).
- Empati dan Pendidikan Perdamaian: Di daerah dengan ketidaksetaraan pendidikan, menumbuhkan empati melalui literasi kritis dapat berkontribusi pada pendidikan perdamaian dengan mempromosikan perilaku prososial dan pemahaman emosional di antara anak-anak kecil (Trigos-Carrillo & Urrea-Hernández, 2024).
Perkembangan Empati pada Populasi Khusus
- Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD): Biblioterapi yang dipimpin orang tua telah terbukti meningkatkan perilaku empatik dan prososial pada anak-anak dengan ASD. Intervensi ini menyoroti pentingnya pengalaman membaca interaktif dan suportif dalam mengembangkan empati pada anak-anak dengan tantangan perkembangan (Mendoza & Taylor, 2024).
Meskipun membaca adalah alat yang ampuh untuk mengembangkan empati, penting untuk menyadari bahwa empati adalah sifat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk interaksi sosial dan pengalaman pribadi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meskipun membaca dapat meningkatkan empati, itu mungkin tidak selalu mengarah pada internalisasi penuh perilaku empatik, menunjukkan perlunya keterlibatan dan penguatan berkelanjutan melalui beragam praktik pendidikan (Salay, 2018).