Ketika seorang anak lebih lambat dalam memahami angka daripada teman sebayanya, itu bisa menjadi sumber perhatian bagi orang tua dan pendidik. Kesulitan ini mungkin berasal dari berbagai faktor, termasuk gangguan belajar spesifik seperti diskalkulia, perbedaan dalam pemrosesan kognitif, atau bahkan pengaruh lingkungan. Memahami penyebab yang mendasari dan menerapkan intervensi yang ditargetkan dapat secara signifikan membantu dalam meningkatkan pemahaman numerik anak. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek ini secara rinci.
Desain Pembelajaran Berbasis Kognisi Matematika
- Sebuah studi oleh Fauzan dan Yanti menunjukkan bahwa desain pembelajaran berbasis kognisi matematika dapat meningkatkan rasa angka pada pelajar yang lambat. Intervensi meningkatkan kemampuan untuk menilai dan membandingkan jumlah besar, menunjukkan bahwa strategi pendidikan yang disesuaikan dapat efektif dalam mengatasi masalah pemahaman numerik (Fauzan & Yanti, 2023).
Dyscalculia dan Implikasinya
- Dyscalculia adalah gangguan belajar spesifik yang secara signifikan mengganggu kemampuan anak untuk memahami konsep matematika. Ini mempengaruhi sekitar 6% populasi dan ditandai dengan kesulitan dalam pemrosesan numerositas nonsimbolik dan pemetaan besaran angka-(Wong et al., 2017).
- Anak-anak dengan diskalkulia sering menunjukkan keterlambatan dalam pemahaman angka rasional dibandingkan dengan teman sebayanya, yang tidak semata-mata karena keterlambatan umum dalam pencapaian matematika tetapi juga karena defisit kognitif spesifik(Hoof et al., 2016).
Kekurangan Sistem Angka Perkiraan (ANS)
- ANS, yang mendukung representasi numerik nonverbal, sangat penting untuk keterampilan berhitung awal. Kekurangan ketajaman ANS telah dikaitkan dengan ketidakmampuan belajar matematika, menunjukkan bahwa intervensi yang menargetkan ANS dapat menguntungkan (Mazzocco et al., 2011).
- Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak tunarungu, yang mungkin memiliki keterlambatan dalam keterampilan berhitung, juga menunjukkan perbedaan dalam tugas terkait ANS, menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor sensorik dan kognitif dalam pembelajaran numerik (Ribeiro et al., 2022).
Faktor Kognitif dan Neuropsikologis
- Studi neurokognitif telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan diskalkulia sering memiliki memori kerja yang buruk dan defisit perhatian, yang dapat mempengaruhi kinerja matematika mereka. Perbedaan struktur otak juga telah diamati, menunjukkan dasar neurobiologis untuk kesulitan ini (Pappas et al., 2018).
- Anak-anak dengan IQ rendah, dibandingkan dengan rekan-rekan IQ rata-rata mereka, menunjukkan defisit dalam memori kerja dan kecepatan artikulasi yang lebih lambat, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk memproses informasi numerik (Hoard et al., 1999).
Pengaruh Pendidikan dan Lingkungan
- Faktor lingkungan, seperti kualitas pengajaran matematika dan ketersediaan bahan pembelajaran yang mendukung, dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar matematika. Menyesuaikan kurikulum untuk mengakomodasi kemampuan belajar yang berbeda dapat membantu mengurangi tantangan ini (Molise & Kakoma, 2024).
Sementara gangguan belajar spesifik seperti diskalkulia merupakan kontributor signifikan terhadap kesulitan dalam memahami angka, penting untuk mempertimbangkan pendekatan holistik yang mencakup faktor kognitif, lingkungan, dan pendidikan. Identifikasi dan intervensi dini, bersama dengan lingkungan belajar yang mendukung, dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan ini dan meningkatkan keterampilan numerik mereka.