Red and white wooden toy train with numbers displayed on a wooden shelf.

Bagaimana Jika Anak Merasa Takut Atau Cemas Saat Belajar Angka?

Anak-anak sering mengalami ketakutan atau kecemasan saat mempelajari angka, yang secara signifikan dapat memengaruhi kinerja matematika dan pengalaman belajar mereka secara keseluruhan. Kecemasan ini, yang dikenal sebagai kecemasan matematika, ditandai dengan perasaan tegang dan ketakutan yang mengganggu manipulasi angka dan pemecahan masalah. Berbagai penelitian telah mengeksplorasi penyebab, efek, dan intervensi untuk kecemasan matematika, memberikan wawasan tentang bagaimana hal itu dapat dikelola untuk meningkatkan keterampilan berhitung anak-anak.

Penyebab Kecemasan Matematika

  • Faktor Kognitif: Kecemasan matematika terkait dengan fungsi eksekutif, terutama kemampuan pergeseran, yang memengaruhi kinerja anak-anak dalam tugas pemrosesan ordinalitas numerik dan non-numerik. Ini menunjukkan bahwa kesulitan dalam proses eksekutif selama penilaian ordinalitas berkontribusi pada kecemasan matematika (Skagerlund et al., 2024).
  • Respons Emosional: Kecemasan matematika sering berkembang sebagai pendahulu kekhawatiran berhitung, dengan orang yang berprestasi rendah mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Respons emosional ini dapat menyebabkan penghindaran tugas-tugas yang berhubungan dengan matematika, yang selanjutnya mengganggu kinerja (Petronzi et al., 2019).
  • Persepsi dan Sikap: Persepsi negatif matematika sebagai subjek yang sulit berkontribusi pada kecemasan yang meningkat. Persepsi ini sering diperkuat oleh metode pengajaran tradisional dan tidak menarik, yang gagal menangkap minat siswa (Mangkuwibawa et al., 2024)].

Efek Kecemasan Matematika

  • Gangguan Kinerja: Tingkat kecemasan matematika yang tinggi berkorelasi dengan kinerja yang lebih rendah dalam tugas matematika. Anak-anak dengan kecemasan matematika yang tinggi cenderung berkinerja lebih buruk pada tugas-tugas yang membutuhkan pemrosesan ordinalitas numerik dan non-numerik (Skagerlund et al., 2024) (Petronzi et al., 2019).
  • Perilaku Penghindaran: Kecemasan matematika dapat menyebabkan penghindaran kegiatan terkait matematika, yang mencegah anak-anak mengembangkan keterampilan yang diperlukan dan semakin memperburuk kecemasan mereka (Guimarães et al., 2021).
  • Dampak pada Berhitung: Kecemasan matematika berdampak negatif pada berhitung dengan mengurangi kepercayaan dan akurasi dalam perhitungan. Ini bertindak sebagai mediator parSIAL dalam hubungan antara kecemasan matematika dan kinerja dalam tugas penalaran numerik (Mangkuwibawa et al., 2024).

Intervensi dan Strategi

  • Pendekatan Pembelajaran Hibrida: Menggabungkan pembelajaran berbasis game digital dengan kegiatan langsung telah terbukti mengurangi kecemasan matematika dan meningkatkan keterlibatan. Pendekatan ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi konsep matematika dengan kecepatan mereka sendiri, mendorong konstruksi pengetahuan independen (Jayaraman et al., 2024).
  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Teknik CBT, seperti relaksasi, restrukturisasi kognitif, dan pelatihan pemecahan masalah, telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan matematika. Intervensi ini membantu anak-anak mengelola kecemasan mereka dan meningkatkan kinerja yang dirasakan diri mereka (Guimarães et al., 2021).
  • Alat Penilaian: Pengembangan alat penilaian yang andal, seperti Skala Kecemasan Matematika Anak (CMAS-UK), membantu mengidentifikasi anak-anak dengan kecemasan matematika tinggi dan memprediksi kinerja mereka. Alat-alat ini sangat penting untuk intervensi dini (Petronzi et al., 2019).

Sementara kecemasan matematika menimbulkan tantangan yang signifikan, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak mengalaminya pada tingkat yang sama. Beberapa anak mungkin secara alami memiliki toleransi yang lebih tinggi untuk tugas-tugas matematika atau mendapat manfaat dari lingkungan belajar yang mendukung yang mengurangi kecemasan. Selain itu, peran orang tua dan pendidik dalam menumbuhkan sikap positif terhadap matematika tidak dapat dilebih-lebihkan. Dengan menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan mendukung, mereka dapat membantu mengurangi kecemasan matematika dan meningkatkan keterampilan berhitung di antara anak-anak.

Skagerlund, K., Skagenholt, M., & Träff, U. (2024). EXPRESS: Mathematics anxiety and number processing: The link between executive functions, cardinality, and ordinality. Quarterly Journal of Experimental Psychology. https://doi.org/10.1177/17470218241234041
Petronzi, D., Staples, P., Sheffield, D., & Hunt, T. E. (2019). Acquisition, development and maintenance of maths anxiety in young children. https://doi.org/10.4324/9780429199981-5
Mangkuwibawa, H., Ramdhan, D. F., Mahmud, M. R., Siswanto, C. R., & Supriyadi, E. (2024). Effect of Math Anxiety on Students’ Numeration Literacy Ability. https://doi.org/10.18326/mudarrisa.v16i1.924
Petronzi, D., Staples, P., Sheffield, D., Hunt, T. E., & Fitton-Wilde, S. (2019). Further development of the Children’s Mathematics Anxiety Scale UK (CMAS-UK) for ages 4–7 years. Educational Studies in Mathematics. https://doi.org/10.1007/S10649-018-9860-1
Guimarães, A. P. L., Haase, V. G., & Neufeld, C. B. (2021). Cognitive-behavioral intervention for math anxiety in childhood: a case report. Dementia & Neuropsychologia. https://doi.org/10.1590/1980-57642021DN15-020018
Jayaraman, V., Sundar, N., & Shankar, U. B. (2024). Breaking Math Anxiety: A Success Story From an Indian Government School. https://doi.org/10.34190/ecgbl.18.1.3000
Scroll to Top