A group of happy students and a teacher clapping together in a school classroom.

Bagaimana Jika Anak Merasa Lebih Nyaman Belajar Calistung Dengan Orang Lain Daripada Dengan Orang Tua Sendiri?

Ketika seorang anak merasa lebih nyaman belajar Calistung (membaca, menulis, dan berhitung) dengan teman sebaya daripada dengan orang tua, itu menyoroti peran penting interaksi teman sebaya dalam pembelajaran dan perkembangan sosial anak. Preferensi ini dapat dikaitkan dengan dinamika unik lingkungan belajar sebaya, yang sering memberikan pengaturan yang lebih egaliter dan interaktif dibandingkan dengan interaksi orang tua-anak. Lingkungan seperti itu dapat meningkatkan keterampilan sosial, kompetensi emosional, dan perkembangan kognitif, yang sangat penting untuk pembelajaran yang efektif. Bagian berikut mengeksplorasi manfaat pembelajaran sebaya, peran keterampilan sosial, dan implikasi untuk keterlibatan orang tua.

Manfaat Peer Learning

  • Pengembangan Keterampilan Sosial: Interaksi teman sebaya sangat penting untuk mengembangkan keterampilan sosial. Anak-anak belajar untuk bekerja sama, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik, yang penting untuk kompetensi sosial. Studi menunjukkan bahwa keterikatan teman sebaya secara signifikan mempengaruhi kompetensi sosial anak, dengan hubungan teman sebaya yang aman meningkatkan keterampilan emosional dan sosial (Suatin & Wijayanti, 2020) (Brown & Crossley, 2000).
  • Pertumbuhan Kognitif dan Emosional: Lingkungan belajar sebaya mendorong anak-anak untuk terlibat dalam perbandingan sosial dan reproduksi interpretatif, yang sangat penting untuk perkembangan kognitif dan emosional. Teori sosiokultural Vygotsky mendukung gagasan bahwa anak-anak belajar secara efektif melalui kerja sama dengan teman sebaya, karena memungkinkan mereka untuk membangun persepsi diri dan pemahaman sosial (Marjanen et al., 2018).
  • Lingkungan Belajar Egalitar: Tidak seperti interaksi orangtua-anak, interaksi teman sebaya lebih egaliter, memungkinkan anak-anak untuk mempraktikkan dinamika memberi dan menerima. Pengaturan ini menumbuhkan rasa kesetaraan dan saling menghormati, yang dapat lebih kondusif untuk belajar bagi beberapa anak (Brown & Crossley, 2000).

Peran Keterampilan Sosial

  • Pembelajaran Kooperatif: Menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dalam pengaturan pendidikan dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan keterampilan sosial yang lebih rendah dapat memperoleh manfaat dari berada dalam kelompok sebaya yang terampil secara sosial, karena mereka dapat mengadopsi dan belajar dari perilaku rekan mereka (Hank & Huber, 2024).
  • Aktivitas Kolaborasi: Kegiatan seperti pemetaan pikiran dalam pengaturan kelompok telah terbukti meningkatkan keterampilan sosial di antara anak-anak prasekolah. Pendekatan kolaboratif semacam itu mendorong interaksi dan komunikasi, yang sangat penting untuk perkembangan sosial (“Collaborative Learning with Mind Mapping in the Development of Social Skills of Children”, 2022).

Implikasi untuk Keterlibatan Orang Tua

  • Dukungan dan Kolaborasi Orangtua: Meskipun pembelajaran sebaya bermanfaat, keterlibatan orang tua tetap penting. Orang tua dapat mendukung pembelajaran anak mereka dengan berkolaborasi dengan alat pendidikan, seperti robot pendamping belajar, untuk meningkatkan pengalaman belajar di rumah. Kolaborasi ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara lingkungan belajar di rumah dan teman sebaya (Ho et al., 2024).
  • Menyeimbangkan Peran: Orang tua harus bertujuan untuk menyeimbangkan peran mereka dengan memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi peluang untuk interaksi teman sebaya. Mendorong partisipasi dalam kegiatan kelompok dan membina lingkungan rumah yang mendukung dapat melengkapi manfaat pembelajaran sebaya (Burleson & Kunkel, 2002).

Sementara pembelajaran sebaya menawarkan banyak manfaat, penting untuk mengenali kontribusi unik dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua memainkan peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan bimbingan, yang dapat meningkatkan pengalaman belajar anak. Selain itu, beberapa anak mungkin mendapat manfaat dari kombinasi lingkungan belajar teman sebaya dan orang tua, di mana setiap pengaturan melengkapi yang lain. Pendekatan ganda ini dapat memastikan perkembangan menyeluruh, melayani kebutuhan sosial dan emosional anak.

Suatin, W., & Wijayanti, N. T. (2020). Peer Attachment and Child’s Social Competence. https://doi.org/10.2991/ASSEHR.K.200120.068
Brown, L., & Crossley, S. A. (2000). Delayed Children’s Social Interactions Focus for Intervention: Australian Journal of Early Childhood. https://doi.org/10.1177/183693910002500406
Marjanen, P., Ojajärvi, O., Kumar, S., & Kumar, A. (2018). Game for children to support social skills. https://doi.org/10.21125/INTED.2018.0647
Hank, C., & Huber, C. (2024). Do Peers Influence the Development of Individuals’ Social Skills? The Potential of Cooperative Learning and Social Learning in Elementary Schools. International Journal of Applied Positive Psychology. https://doi.org/10.1007/s41042-024-00151-8
Collaborative Learning with Mind Mapping in the Development of Social Skills of Children. (2022). Participatory Educational Research. https://doi.org/10.17275/per.22.25.9.1
Ho, H.-R., Hubbard, E., & Mutlu, B. (2024). “It’s Not a Replacement:”Enabling Parent-Robot Collaboration to Support In-Home Learning Experiences of Young Children. https://doi.org/10.1145/3613904.3642806
Burleson, B. R., & Kunkel, A. (2002). Parental and Peer Contributions to the Emotional Support Skills of the Child: From Whom Do Children Learn to Express Support? Journal of Family Communication. https://doi.org/10.1207/S15327698JFC0202_02
Scroll to Top