Ketika anak-anak hiperaktif sering tidak mau mendengarkan perintah, itu menghadirkan tantangan yang signifikan bagi pendidik dan orang tua. Hiperaktif, sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), ditandai dengan impulsif, kegelisahan, dan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan terhadap perintah. Mengatasi masalah ini membutuhkan pendekatan beragam yang mencakup intervensi perilaku, strategi pendidikan, dan terkadang perawatan farmakologis. Bagian berikut mengeksplorasi strategi ini secara rinci.
Intervensi Perilaku
- Sistem Token: Teknik modifikasi perilaku, seperti Sistem Perangko, telah terbukti efektif dalam mengelola perilaku hiperaktif. Sistem ini menggunakan token sebagai bentuk penguatan positif untuk mendorong kepatuhan dan mengurangi perilaku mengganggu lebih efektif daripada terapi obat saja (“Comparative Techniques for the Control of a Hyperactive Child”, 2023).
- Pelatihan Orang Tua dan Anak: Program pelatihan yang berfokus pada mengubah fungsi perintah dan meningkatkan interaksi orang tua-anak dapat secara signifikan mengurangi ketidakpatuhan. Program-program ini mengajarkan anak-anak untuk mengartikan aturan tentang perintah dan konsekuensi, yang membantu dalam meningkatkan tanggung jawab mereka (Danforth, 2001).
- Manajemen Perilaku: Teknik seperti yang dijelaskan oleh Dr. Barkley fokus pada peningkatan kepatuhan anak melalui manajemen perilaku terstruktur, yang mencakup menetapkan harapan yang jelas dan konsekuensi yang konsisten untuk perilaku (Wender, 1982).
Strategi Pendidikan
- Peran Guru: Guru memainkan peran penting dalam mengelola anak-anak hiperaktif dengan menyediakan kegiatan terstruktur yang mempromosikan tanggung jawab dan keterlibatan. Teknik termasuk menetapkan tugas, menawarkan pujian untuk penyelesaian tugas, dan menggabungkan kegiatan pembelajaran aktif untuk menyalurkan energi berlebih secara positif (Jannah et al., 2024)].
- Kondisi Pedagogis: Menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung sangat penting. Ini melibatkan adaptasi ruang belajar untuk mengakomodasi siswa hiperaktif, membina pedagogi berbasis kemitraan, dan meningkatkan motivasi dan harga diri siswa (“Pedagogical conditions of educating hyperactive children in primary school”, 2022)].
- Terapi Bermain dan Musik: Memasukkan permainan dan terapi musik ke dalam proses pendidikan dapat membantu anak-anak hiperaktif lebih memahami dan mengelola perilaku mereka, sehingga meningkatkan fokus dan interaksi sosial mereka (Abidin, 2023).
Perawatan Farmakologis
- Terapi Obat: Sementara intervensi perilaku sering lebih disukai, perawatan farmakologis seperti Ritalin dapat digunakan untuk mengelola gejala hiperaktif. Namun, ini umumnya dianggap kurang efektif daripada strategi perilaku dalam menghasilkan perubahan perilaku jangka panjang (“Comparative Techniques for the Control of a Hyperactive Child”, 2023) (Abidin, 2023).
Tantangan dan Pertimbangan
Anak-anak hiperaktif sering menghadapi kesulitan dalam bersosialisasi dan memelihara hubungan, yang dapat menyebabkan konflik keluarga dan stres, terutama bagi orang tua. Ibu, khususnya, mungkin mengalami peningkatan stres dan kecemasan karena tuntutan mengelola anak dengan ADHD (Özdemir & Erginyavuz, 2019). Sangat penting untuk memberikan dukungan dan sumber daya kepada keluarga untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini. Selain itu, memahami faktor-faktor yang mendasari yang berkontribusi terhadap hiperaktif, seperti pengaruh genetik dan lingkungan, dapat membantu dalam mengembangkan intervensi yang lebih efektif (Faktor et al., 2024).
Kesimpulannya, sementara anak-anak hiperaktif mungkin kesulitan mendengarkan perintah, kombinasi intervensi perilaku, strategi pendidikan, dan, bila perlu, perawatan farmakologis dapat membantu mengelola tantangan ini. Penting untuk menyesuaikan pendekatan ini dengan kebutuhan individu setiap anak, memastikan lingkungan yang mendukung baik di rumah maupun di sekolah.