A young girl sits alone in a classroom, depicting isolation and contemplation.

Bagaimana Jika Anak Dengan Retardasi Mental Lebih Tertarik Pada Aktivitas Lain Daripada Berhitung?

Ketika seorang anak dengan keterbelakangan mental menunjukkan lebih banyak minat pada kegiatan selain menghitung, penting untuk mengenali dan mendukung preferensi mereka sambil juga mendorong pengembangan keterampilan yang seimbang. Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering terlibat dalam permainan berulang, yang dapat bersifat konstruktif dan melayani tujuan yang sama seperti halnya untuk anak-anak tanpa penundaan. Namun, penting untuk mengevaluasi kapan permainan tersebut harus dialihkan untuk menumbuhkan keterampilan dan minat yang lebih luas (Lender et al., 1998). Mendorong partisipasi dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan rekreasi dan atletik, dapat secara signifikan menguntungkan kesehatan fisik dan emosional mereka (Thornton et al., 1974).

Pentingnya Beragam Aktivitas

  • Aktivitas Rekreasi dan Atletik: Terlibat dalam aktivitas fisik sangat penting bagi anak-anak cacat intelektual karena membantu meningkatkan kebugaran fisik, koordinasi, dan kesehatan secara keseluruhan. Kegiatan ini juga memberikan peluang untuk interaksi sosial dan pertumbuhan pribadi (Thornton et al., 1974).

  • Anak-anak dengan cacat intelektual sering menghadapi pengucilan dari kegiatan tersebut, yang dapat memperburuk masalah seperti obesitas dan koordinasi yang buruk. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan pengawasan dan dorongan yang tepat untuk partisipasi mereka (Thornton et al., 1974).

  • Kegiatan rekreasi telah terbukti meningkatkan partisipasi dan kesenangan di antara anak-anak dengan sindrom Down, menyoroti pentingnya kegiatan informal dan sosial (MacDonald et al., 2016).

  • Bermain Berulang dan Tidak Berulang: Meskipun permainan berulang adalah hal biasa di antara anak-anak dengan sindrom Down, penting untuk menyeimbangkannya dengan jenis permainan lain untuk mempromosikan perkembangan yang menyeluruh. Pendidik dan pengasuh harus menilai kapan mengizinkan permainan berulang dan kapan harus memperkenalkan kegiatan baru (Lender et al., 1998).

Strategi untuk Mendorong Kepentingan yang Lebih Luas

  • Intervensi Terstruktur: Menerapkan intervensi terstruktur, seperti posting tanda dan petunjuk bergambar, dapat secara signifikan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan rekreasi. Metode-metode ini telah efektif dalam mendorong anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan bermain yang beragam, sehingga memperluas minat mereka (Katz & Singh, 1986).

  • Program yang dirancang untuk meningkatkan keragaman kegiatan dan minat telah menunjukkan keberhasilan pada anak-anak dengan diagnosis ganda, seperti PDD-NOS dan sindrom Down, dengan meningkatkan variasi interaksi mainan (Zeug, 2008).

  • Pemberdayaan dan Pengambilan Keputusan: Memberdayakan anak-anak penyandang cacat intelektual untuk membuat keputusan tentang kegiatan rekreasi mereka dapat meningkatkan partisipasi dan kepuasan mereka. Memberikan pilihan dan menghormati preferensi mereka sangat penting untuk pengembangan dan integrasi mereka ke dalam masyarakat (Bullock & Mahon, 1992).

Hambatan dan Fasilitator

  • Hambatan: Anak-anak penyandang cacat intelektual sering menghadapi hambatan seperti pengucilan sosial dan kurangnya sumber daya, yang dapat menghambat partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan (Huus et al., 2021).
  • Fasilitator: Faktor-faktor yang memfasilitasi partisipasi termasuk kemampuan pribadi, inklusi, dan akses ke sumber daya. Memastikan elemen-elemen ini hadir dapat secara signifikan meningkatkan partisipasi anak-anak penyandang cacat intelektual dalam kegiatan sehari-hari (Huus et al., 2021).

Meskipun penting untuk mendorong anak-anak dengan keterbelakangan mental untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan, sama pentingnya untuk menghormati minat dan preferensi mereka. Menyediakan lingkungan yang mendukung yang menyeimbangkan minat mereka dengan kebutuhan perkembangan dapat mengarah pada peningkatan hasil baik dalam domain pribadi maupun sosial. Pendekatan ini tidak hanya mendorong pengembangan keterampilan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka dan integrasi ke dalam masyarakat.

Lender, W. L., Goodman, J. F., & Linn, M. I. (1998). Repetitive Activity in the Play of Children With Mental Retardation. Journal of Early Intervention. https://doi.org/10.1177/105381519802100405
Thornton, M. L., Diamond, E. F., Garvin, J. P., Heffelfinger, J. C., Kennell, J. H., Poncher, J. R., Schell, N. B., Shackleford, E. C., & Shaffer, T. E. (1974). Athletic Activities for Children Who Are Mentally Retarded: Joint Committee on Physical Fitness, Recreation and Sports Medicine. Pediatrics. https://doi.org/10.1542/PEDS.54.3.376
MacDonald, M., Leichtman, J., Esposito, P., Cook, N. M., & Ulrich, D. A. (2016). The Participation Patterns of Youth with Down Syndrome. Frontiers in Public Health. https://doi.org/10.3389/FPUBH.2016.00253
Katz, R. C., & Singh, N. N. (1986). Increasing recreational behavior in mentally retarded children. Behavior Modification. https://doi.org/10.1177/01454455860104008
Zeug, N. M. (2008). Increasing activities and interests in a child dually diagnosed with PDD-NOS and DS.
Bullock, C. C., & Mahon, M. J. (1992). Decision Making in Leisure. Empowerment for People with Mental Retardation. The Journal of Physical Education, Recreation & Dance. https://doi.org/10.1080/07303084.1992.10609948
Huus, K., Morwane, R., Ramaahlo, M., Balton, S., Pettersson, E., Berglund, I. G., & Dada, S. (2021). Voices of children with intellectual disabilities on participation in daily activities. African Journal of Disability. https://doi.org/10.4102/AJOD.V10I0.792
Scroll to Top