Ketika seorang anak dengan autisme mengalami intimidasi di sekolah, itu dapat memiliki efek mendalam pada kesehatan mental dan perkembangan sosial mereka. Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sangat rentan terhadap intimidasi karena tantangan komunikasi sosial mereka dan sering ditargetkan lebih dari rekan-rekan neurotipikal mereka. Mengatasi masalah ini membutuhkan pendekatan beragam yang mencakup pengajaran keterampilan perlindungan diri, menerapkan intervensi di seluruh sekolah, dan memberikan dukungan psikologis. Bagian berikut mengeksplorasi strategi ini secara rinci.
Keterampilan Perlindungan Diri
- Mengajarkan keterampilan perlindungan diri kepada anak-anak dengan ASD dapat memberdayakan mereka untuk menangani situasi intimidasi dengan lebih efektif. Pelatihan keterampilan perilaku (BST) telah terbukti efektif dalam mengajar anak-anak dengan ASD bagaimana menanggapi intimidasi, seperti melaporkan ancaman dan menggunakan pernyataan yang tidak setuju terhadap komentar yang tidak baik (Fallon et al., 2025) (Love, 2024).
- Pendekatan pembelajaran aktif, termasuk bermain peran dan skenario simulasi, dapat membantu anak-anak mempraktikkan keterampilan ini di lingkungan yang aman, yang mengarah pada peningkatan kepercayaan diri dan kompetensi dalam situasi kehidupan nyata (Fallon et al., 2025)].
Intervensi Berbasis Sekolah
- Program anti-intimidasi di seluruh sekolah, seperti program PEERS®, telah disesuaikan untuk mengurangi intimidasi dan meningkatkan keterampilan sosial di kalangan remaja autis. Program-program ini berfokus pada peningkatan komunikasi sosial dan interaksi, yang dapat membantu mengurangi intimidasi dan efek buruknya (Hsiao et al., 2024).
- Menugaskan spesialis di sekolah untuk memantau dan mencegah intimidasi, serta memberikan sesi pelatihan untuk anak-anak dengan ASD dan orang tua mereka, adalah intervensi yang telah menerima persetujuan tingkat tinggi dari orang tua dan dianggap menjanjikan dalam mengatasi intimidasi sekolah (Khamis & Jabery, 2024)].
Dukungan Psikologis dan Emosional
- Viktimisasi intimidasi dikaitkan dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi di kalangan remaja autis. Pemeriksaan kesehatan mental secara teratur dan manajemen klinis untuk anak-anak autis yang diintimidasi direkomendasikan untuk mengatasi masalah ini (Accardo et al., 2024).
- Sangat penting bagi evaluasi psikiatri anak-anak dengan ASD untuk memasukkan pertanyaan tentang pengalaman intimidasi, karena banyak orang tua mungkin tidak menyadari viktimisasi anak mereka (Gündüz et al., 2024).
Faktor dan Kesadaran Sosiodemografi
- Faktor-faktor seperti memiliki orang tua tunggal, pendidikan ibu yang lebih tinggi, dan pendidikan ayah yang lebih rendah telah dikaitkan dengan peningkatan viktimisasi di antara anak-anak dengan ASD (Gündüz et al., 2024).
- Kesadaran dan pemahaman tentang jenis dan tingkat keparahan intimidasi, serta peran korban dan pelaku, sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif. Penelitian menyoroti perlunya inklusi pendidikan dan langkah-langkah pencegahan khusus di sekolah (Pincay et al., 2024) (Manzoor et al., 2024).
Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk mengatasi intimidasi di antara anak-anak dengan autisme, penting untuk mempertimbangkan konteks intimidasi yang lebih luas di sekolah. Bullying adalah masalah sosial kompleks yang mempengaruhi semua siswa, dan upaya untuk memeranginya harus melibatkan seluruh komunitas sekolah, termasuk pendidik, orang tua, dan teman sebaya. Menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan mendukung sangat penting untuk mengurangi intimidasi dan mempromosikan kesejahteraan semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus (Malisiova & Folia, 2024).