Orang tua dari anak-anak autis menghadapi tantangan unik yang dapat menekan hubungan perkawinan, namun banyak pasangan menemukan cara untuk mempertahankan dan bahkan memperkuat ikatan mereka. Penelitian ini menyoroti beberapa strategi dan faktor yang berkontribusi untuk mempertahankan hubungan perkawinan yang sehat sambil mengasuh anak dengan autisme. Ini termasuk menumbuhkan rasa kemitraan, komunikasi yang efektif, kemampuan beradaptasi, dan memanfaatkan sistem dukungan sosial. Bagian berikut mempelajari aspek-aspek ini secara rinci.
Pengalaman Psikologis dan Emosional
- Orang tua sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi yang meningkat, yang dapat memengaruhi kepuasan pernikahan. Namun, kompetensi emosional dan cinta kasih sayang, terutama dari suami, dapat mengurangi efek ini dengan menumbuhkan lingkungan yang mendukung (Gur & Bayazy, 2024)] (Desiningrum et al., 2021).
- Model Adaptasi Stres Kerentanan (VSA) menunjukkan bahwa kerentanan internal dan stresor eksternal mempengaruhi kualitas hubungan. Proses adaptif, seperti pemecahan masalah dan manajemen stres, sangat penting untuk menjaga stabilitas perkawinan (Schiltz & Hecke, 2021).
Rasa Kemitraan dan Komunikasi
- Rasa kemitraan yang kuat dan komunikasi terbuka sangat penting. Pasangan yang berbagi tanggung jawab dan berkomunikasi secara efektif lebih siap untuk menangani stres yang terkait dengan membesarkan anak dengan autisme (Gur & Bayazy, 2024) (Romney et al., 2024).
- Komunikasi secara konsisten diidentifikasi sebagai faktor kunci dalam menjaga kepuasan pernikahan. Pasangan yang memprioritaskan komunikasi dan berbagi ide dasar tentang pernikahan melaporkan hubungan yang lebih kuat (Ramisch et al., 2014).
Kemampuan Beradaptasi dan Ketahanan
- Kemampuan beradaptasi dan ketahanan sangat penting bagi pasangan untuk menavigasi tantangan mengasuh anak autis. Pasangan yang menunjukkan fleksibilitas dalam peran dan harapan mereka cenderung mempertahankan fungsi hubungan yang lebih baik (Romney et al., 2024).
- Terapi Keluarga Struktural Integratif dan Model ABCX Ganda telah terbukti meningkatkan penyesuaian perkawinan dan mengurangi stres pengasuhan anak, menyoroti pentingnya kemampuan beradaptasi dalam pengaturan terapeutik (AlHorany et al., 2024).
Sistem Dukungan Sosial
- Sistem pendukung formal, seperti terapi dan sumber daya masyarakat, memainkan peran penting dalam membantu pasangan mengelola stres dan mempertahankan hubungan mereka. Sumber daya ini memberikan dukungan emosional dan praktis, yang dapat meringankan beberapa tekanan orangtua (Gur & Bayazy, 2024) (AlHorany et al., 2024).
- Dukungan sosial suami sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan emosional ibu, sehingga berkontribusi pada hubungan perkawinan yang lebih harmonis (Desiningrum et al., 2021).
Bekerja Sama dan Stres Mengasuh Anak
- Konflik bersama dan stres pengasuhan anak adalah mediator signifikan dari konflik perkawinan. Mengatasi masalah ini melalui intervensi yang ditargetkan dapat meningkatkan kualitas perkawinan dengan mengurangi stres dan meningkatkan kerja sama antar pasangan (Chan & Leung, 2020).
- Kehadiran gejala autis anak dapat memperburuk stres ini, tetapi strategi manajemen yang efektif dapat mengurangi dampaknya pada hubungan perkawinan (Chan & Leung, 2020).
Sementara banyak pasangan menghadapi peningkatan konflik perkawinan dan penurunan kepuasan karena tuntutan membesarkan anak autis, beberapa berhasil memperkuat hubungan mereka melalui komunikasi yang efektif, kemampuan beradaptasi, dan sistem pendukung. Penting untuk menyadari bahwa pengalaman setiap pasangan itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Penelitian di masa depan dapat mengeksplorasi proses dan intervensi adaptif tambahan yang lebih lanjut dapat mendukung keluarga-keluarga ini dalam mempertahankan hubungan perkawinan yang sehat.