A father lovingly holds his child on a sofa, capturing a tender moment of parenthood indoors.

Bagaimana cara menjelaskan Kepada Anak Bahwa Ia Mengalami Diskalkulia Tanpa Membuatnya Merasa Rendah Diri?

Menjelaskan diskalkulia kepada anak dengan cara yang mendukung dan tidak merendahkan sangat penting untuk harga diri mereka dan pemahaman tentang perbedaan belajar mereka. Dyscalculia adalah ketidakmampuan belajar spesifik yang mempengaruhi kemampuan anak untuk memahami angka dan melakukan tugas aritmatika, meskipun memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata di bidang lain(Sudha et al., 2014)] (Shalev, 2004). Kuncinya adalah untuk mengkomunikasikan bahwa kondisi ini bukanlah cerminan dari kecerdasan atau potensi mereka secara keseluruhan, melainkan cara unik otak mereka memproses informasi matematika. Berikut adalah beberapa strategi yang perlu dipertimbangkan ketika mendiskusikan diskalkulia dengan seorang anak:

Memahami Dyscalculia

  • Definisi dan Karakteristik: Dyscalculia sering digambarkan sebagai ‘buta angka’ dan melibatkan kesulitan dengan operasi aritmatika dasar, memahami angka, dan konsep visual-spasial (Sudha et al., 2014) (Bugden & Ansari, 2014). Penting untuk menjelaskan kepada anak bahwa ini adalah kondisi yang diakui yang mempengaruhi banyak orang, dan itu bukan kesalahan mereka.
  • Prevalensi dan Normalisasi: Sekitar 5-6% anak usia sekolah memiliki diskalkulia, menjadikannya perbedaan pembelajaran yang umum (Shalev, 2004). Menekankan hal ini dapat membantu anak merasa kurang terisolasi dan lebih dipahami.

Berkomunikasi dengan Empati

  • Pembingkaran Positif: Sorot bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan tantangan. Jelaskan bahwa meskipun mereka mungkin menemukan matematika sulit, mereka kemungkinan unggul di bidang lain, seperti seni, membaca, atau olahraga (Nelissen, 2024).
  • Penggunaan Analogi: Bandingkan diskalkulia dengan membutuhkan kacamata untuk membaca. Sama seperti kacamata membantu orang melihat lebih baik, strategi dan alat tertentu dapat membantu mereka dengan matematika (Venketsamy & Hu, 2023).

Dukungan dan Strategi

  • Intervensi dan Alat: Diskusikan ketersediaan intervensi dan alat, seperti materi pembelajaran yang digamifikasi dan strategi pendidikan yang dipersonalisasi, yang dapat membantu mereka meningkatkan keterampilan matematika mereka (Jadhav et al., 2023) (Ramadhan et al., 2023).
  • Dukungan Emosional: Atasi perasaan frustrasi atau ketidakmampuan dengan meyakinkan mereka bahwa dengan dukungan yang tepat, mereka dapat belajar dan berhasil dalam matematika (Butterworth & Yeo, 2004).

Mendorong Harga Diri

  • Fokus pada Kekuatan: Dorong anak untuk mengejar kegiatan yang mereka sukai dan unggul, memperkuat harga diri dan kepercayaan mereka(Venketsamy & Hu, 2023).
  • Model Peran dan Kisah Sukses: Bagikan kisah individu sukses yang memiliki diskalkulia, ilustrasikan bahwa itu tidak membatasi potensi mereka untuk mencapai hal-hal besar (Noël & Karagiannakis, 2022).

Saat menjelaskan diskalkulia, penting juga untuk mengakui aspek emosional dan psikologis ketidakmampuan belajar. Anak-anak dengan diskalkulia mungkin mengalami kecemasan atau harga diri rendah karena perjuangan mereka dengan matematika (Butterworth & Yeo, 2004). Oleh karena itu, sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang mendukung yang menumbuhkan ketahanan dan pola pikir pertumbuhan. Dengan berfokus pada kekuatan mereka dan memberikan intervensi yang tepat, anak-anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif dan motivasi untuk belajar matematika, terlepas dari tantangan mereka (Venketsamy & Hu, 2023).

Sudha, P., Shalini, A., & Vihar, V. (2014). Dyscalculia: A Specific Learning Disability Among Children.
Shalev, R. S. (2004). Developmental Dyscalculia. Journal of Child Neurology. https://doi.org/10.1177/08830738040190100601
Bugden, S., & Ansari, D. (2014). When Your Brain Cannot Do 2 + 2: A Case of Developmental Dyscalculia. Frontiers for Young Minds. https://doi.org/10.3389/FRYM.2014.00008
Nelissen, J. M. C. (2024). Dyscalculia in Learning Mathematics. Curriculum and Teaching. https://doi.org/10.7459/ct/390206
Venketsamy, R., & Hu, Z. (2023). Understanding Dyscalculia. https://doi.org/10.4018/978-1-6684-5800-6.ch006
Jadhav, D., Chettri, S. K., Tripathy, A. K., Ghate, O., Chaudhari, R., & Avhad, S. (2023). Unlocking Math Potential: EDSense – A Personalized Intervention Tool for Children with Dyscalculia. https://doi.org/10.1109/icacta58201.2023.10393795
Ramadhan, M. M., Valenda, C., Renzaputri, S. B., Sabiq, A., Putra, V. H. C., Hilman, D., & Dewi, K. (2023). Development of Gamified Mathematics Learning Material for Treating Children With Dyscalculia at Age 4 – 6 Years Old. https://doi.org/10.1109/conmedia60526.2023.10428235
Butterworth, B., & Yeo, D. (2004). Dyscalculia Guidance: Helping Pupils with Specific Learning Difficulties in Maths.
Noël, M.-P., & Karagiannakis, G. (2022). Effective Teaching Strategies for Dyscalculia and Learning Difficulties in Mathematics. https://doi.org/10.4324/b22795
Scroll to Top