A young child creatively drawing with colored pencils at home, showcasing artistic expression.

Bagaimana Cara Menjelaskan Disgrafia Kepada Anak Tanpa Membuatnya Merasa Berbeda Atau Kurang Mampu?

Menjelaskan disgrafia kepada seorang anak dengan cara yang mendukung dan tidak menstigmatisasi melibatkan penekanan pemahaman dan empati. Disgrafia adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi tulisan tangan dan dapat dikaitkan dengan tantangan belajar lainnya, tetapi tidak mencerminkan kecerdasan atau potensi anak. Kuncinya adalah untuk berkomunikasi bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan tantangan yang unik, dan disgrafia hanyalah salah satu dari banyak cara orang dapat berbeda. Berikut adalah beberapa strategi untuk menjelaskan disgrafia kepada anak:

Memahami Disgrafia

  • Disgrafia adalah suatu kondisi yang membuat menulis dengan tangan menjadi sulit. Ini dapat mempengaruhi bagaimana huruf terbentuk dan kecepatan penulisan, tetapi itu tidak berarti seorang anak kurang pintar atau cakap (Gary et al., 2023) (Moonsamy, 2023).
  • Ini sering dikaitkan dengan kondisi lain seperti disleksia atau ADHD, tetapi itu bukan gangguan dengan sendirinya. Ini adalah bagian dari bagaimana otak beberapa orang bekerja secara berbeda (Lu et al., 2024).
  • Anak-anak dengan disgrafia mungkin merasa sulit untuk menuliskan ide-ide mereka di atas kertas, tetapi ini tidak berarti mereka tidak memiliki ide hebat (Kalenjuk et al., 2023).

Menekankan Kekuatan dan Dukungan

  • Sorot bahwa setiap orang memiliki hal-hal yang mereka anggap mudah dan hal-hal yang mereka temukan sulit. Beberapa orang hebat dalam olahraga, yang lain dalam menggambar, dan beberapa mungkin merasa menulis agak meleluk (Shevchenko et al., 2024).
  • Jelaskan bahwa ada alat dan strategi untuk membantu menulis, seperti menggunakan komputer atau pena khusus, dan bahwa alat ini seperti menggunakan kacamata untuk membantu melihat lebih baik (Sumathi et al., 2024).
  • Dorong anak dengan berfokus pada kekuatan dan minat mereka, apakah itu mendongeng, membangun sesuatu, atau memecahkan teka-teki (Gargot et al., 2021).

Mendorong Pola Pikir Positif

  • Gunakan seni atau kegiatan kreatif lainnya untuk membantu anak mengekspresikan diri dan membangun kepercayaan pada kemampuan mereka (Kalenjuk et al., 2023).
  • Yakinkan mereka bahwa dengan latihan dan dukungan yang tepat, mereka dapat meningkatkan keterampilan menulis mereka. Sangat penting untuk merayakan keberhasilan kecil di sepanjang jalan (Shevchenko et al., 2024).
  • Biarkan mereka tahu bahwa banyak orang sukses memiliki tantangan yang sama dan telah menemukan cara untuk bekerja dengan mereka (Suhartono, 2016).

Memberikan Perspektif yang Lebih Luas

Meskipun sangat penting untuk mengatasi disgrafia dengan sensitivitas, penting juga untuk mengakui bahwa hal itu dapat memengaruhi pengalaman akademis anak. Identifikasi dan intervensi dini adalah kunci untuk membantu anak-anak mengelola disgrafia secara efektif. Ini dapat mencakup strategi pendidikan yang disesuaikan dan penggunaan teknologi untuk membantu tugas menulis (Kunhoth et al., 2024) (Gemelli et al., 2023). Dengan membingkai disgrafia sebagai tantangan yang dapat dikelola daripada batasan, anak-anak dapat didorong untuk mengembangkan ketahanan dan keterampilan advokasi diri.

Gary, A., Moore, A., Hilliard, W., Day, M., Boswell, B., & Barnhill, M. (2023). Understanding Dysgraphia. Nursing Made Incredibly Easy. https://doi.org/10.1097/01.nme.0000920520.26260.94
Moonsamy, S. (2023). Understanding Dysgraphia. https://doi.org/10.4018/978-1-6684-5800-6.ch008
Lu, Y., Quinton, J., Jolly, C., & Brault, V. (2024). A statistical procedure to assist dysgraphia detection through dynamic  modelling of handwriting. https://doi.org/10.48550/arxiv.2408.02099
Kalenjuk, E., Wilson, S., Subban, P., & Laletas, S. (2023). Art‐based research to explore children’s lived experiences of dysgraphia. Children & Society. https://doi.org/10.1111/chso.12709
Shevchenko, Y., Dubiaha, S., SAIENKO, Y., Huz, V., & Svyrydenko, H. (2024). Exploring dysgraphia in elementary school students: assessment and tailored intervention strategies from a psycholinguistic perspective. Multidisciplinary Science Journal. https://doi.org/10.31893/multiscience.2024ss0714
Sumathi, S., Pavithra, R., T, S. P., & S, Y. P. (2024). Graphibabot-An Aiding Device for Dysgraphia. https://doi.org/10.1109/icpects62210.2024.10780051
Gargot, T., Asselborn, T., Zammouri, I., Brunelle, J., Johal, W., Dillenbourg, P., Archambault, D., Chetouani, M., Cohen, D., & Anzalone, S. M. (2021). “It Is Not the Robot Who Learns, It Is Me.” Treating Severe Dysgraphia Using Child-Robot Interaction. Frontiers in Psychiatry. https://doi.org/10.3389/FPSYT.2021.596055
Suhartono, S. (2016). Pembelajaran Menulis Untuk Anak Disgrafia di Sekolah Dasar. https://doi.org/10.31002/TRANSFORMATIKA.V12I1.204
Kunhoth, J., Al-Maadeed, S., Kunhoth, S., Akbari, Y., & Saleh, M. (2024). Automated systems for diagnosis of dysgraphia in children: a survey and novel framework. International Journal on Document Analysis and Recognition. https://doi.org/10.1007/s10032-024-00464-z
Gemelli, A., Marinai, S., Vivoli, E., & Zappaterra, T. (2023). Deep-learning for dysgraphia detection in children handwritings. https://doi.org/10.1145/3573128.3609351
Scroll to Top