Father and son bonding on the couch, dressed in red, enjoying a football moment together.

Bagaimana Cara Menjaga Hubungan Baik Dengan Anak Hiperaktif?

Mempertahankan hubungan yang baik dengan anak hiperaktif melibatkan memahami kebutuhan unik mereka dan menerapkan strategi yang mendorong interaksi positif. Anak-anak hiperaktif, sering didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), menunjukkan perilaku seperti kurangnya perhatian, impulsif, dan hiperaktif, yang dapat menekan dinamika dan hubungan keluarga. Manajemen yang efektif membutuhkan kombinasi intervensi terapeutik, strategi pengasuhan yang konsisten, dan komunikasi terbuka. Berikut adalah beberapa pendekatan kunci untuk menjaga hubungan yang sehat dengan anak hiperaktif:

Memahami dan Mengelola Perilaku

  • Terapi Perilaku: Teknik seperti penguatan positif, prosedur kepunahan, dan rutinitas terstruktur dapat membantu mengelola perilaku hiperaktif. Metode-metode ini berfokus pada menghargai perilaku yang diinginkan dan meminimalkan perhatian pada perilaku yang tidak diinginkan (Murray, 1980) (Phillips & Wright-Saunders, 1979).
  • Terapi Interaksi Orangtua-Anak (PCIT) : Terapi ini melibatkan orang tua belajar dan mempraktikkan teknik membangun hubungan, seperti memuji perilaku yang sesuai dan merefleksikan perasaan anak, yang dapat mengurangi stres keluarga dan meningkatkan interaks i(Johnson et al., 2000).
  • Strategi Perilaku Kognitif: Ini melibatkan pengajaran keterampilan pengaturan diri anak-anak dan membantu mereka mengembangkan mekanisme koping untuk mengelola perilaku mereka (Meichenbaum, 1979).

Parenting yang Konsisten dan Mendukung

  • Konsistensi dan Struktur: Membangun rutinitas harian yang konsisten membantu anak-anak hiperaktif merasa aman dan memahami harapan. Aturan dan konsekuensi yang konsisten sangat penting untuk mengelola perilaku (Laver-Bradbury et al., 2010) (Murray, 1980).
  • Waktu dan Keterlibatan Berkualitas: Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak melalui permainan dan kegiatan lainnya memperkuat ikatan orangtua-anak dan memberikan peluang untuk penguatan positif (Johnson et al., 2000) (Laver-Bradbury et al., 2010).
  • Program Pelatihan Orang Tua: Program-program ini mendidik orang tua tentang teknik manajemen perilaku yang efektif dan pentingnya konsistensi dan tindak lanjut. Mereka sering menyertakan latihan praktis dan pekerjaan rumah untuk menerapkan strategi yang dipelajari (Johnson et al., 2000) (Laver-Bradbury et al., 2010)].

Komunikasi dan Kolaborasi

  • Komunikasi Terbuka: Mempertahankan jalur komunikasi terbuka dengan anak membantu dalam memahami kebutuhan dan tantangan mereka. Ini juga melibatkan mendengarkan secara aktif dan memvalidasi perasaan mereka (Abidin, 2023) (Lee, 2007).
  • Kolaborasi dengan Sekolah: Bekerja sama dengan guru dan staf sekolah memastikan bahwa anak menerima dukungan yang konsisten di berbagai lingkungan. Kolaborasi ini dapat mencakup pengembangan rencana pendidikan individual dan strategi manajemen perilaku (Abidin, 2023) (Nugraha et al., 2024).

Dukungan Emosional dan Pemahaman

  • Empati dan Kesabaran: Memahami perspektif anak dan bersabar dengan kemajuan mereka sangat penting. Anak-anak hiperaktif sering berjuang dengan harga diri dan kecemasan, dan dukungan empatik dapat membantu mengurangi masalah ini (Johnson et al., 2000) (Lee, 2007).
  • Perawatan Diri Orangtua: Orang tua juga harus fokus pada kesejahteraan mereka untuk mengelola stres secara efektif. Kelompok pendukung dan konseling dapat memberi orang tua alat yang diperlukan dan dukungan emosional (Johnson et al., 2000) (Lee, 2007).

Meskipun strategi ini efektif, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Selain itu, sementara pengobatan dapat menjadi bagian dari rencana perawatan, obat ini harus digunakan dengan bijaksana dan bersamaan dengan strategi perilaku (Schmitt, 1977). Memahami kebutuhan individu anak dan mempertahankan fleksibilitas dalam pendekatan dapat mengarah pada hasil yang lebih sukses dalam mengelola hiperaktif dan membina hubungan orangtua-anak yang positif.

Murray, M. E. (1980). Behavioral management of the hyperactive child. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. https://doi.org/10.1097/00004703-198009000-00004
Phillips, D. R., & Wright-Saunders, M. H. (1979). Behavior therapy with hyperactive children. International Journal of Mental Health. https://doi.org/10.1080/00207411.1979.11448823
Johnson, B. D., Franklin, L. C., Hall, K., & Prieto, L. R. (2000). Parent Training Through Play: Parent-Child Interaction Therapy with a Hyperactive Child: The Family Journal. https://doi.org/10.1177/1066480700082013
Meichenbaum, D. (1979). Application of Cognitive-Behavior Modification Procedures to Hyperactive Children. International Journal of Mental Health. https://doi.org/10.1080/00207411.1979.11448822
Laver-Bradbury, C., Thompson, M., Weeks, A., Daley, D., & Sonuga-Barke, E. (2010). Step by Step Help for Children with ADHD: A Self-Help Manual for Parents.
Abidin, M. (2023). Analysis of hyperactive child behavior and handling efforts in education. Al-Iltizam. https://doi.org/10.33477/alt.v8i1.4489
Lee, P.-C. (2007). Parent-child Interaction of Children with ADHD: Research and Clinical Implications. https://doi.org/10.6594/JTOTA.2007.25(1).03
Nugraha, R. P., Wikansari, A., Dewanti, S. A., Anggraeni, D. E., Prabowo, S. N., Haningsih, S., Qurdani, F. A., Hanifah, S. N., Ramadhani, D., Ernawati, S., & Manungsong, F. T. (2024). Upaya guru dalam mengelola perilaku hiperaktif di Kelas: studi deskriptif kualitatif. Deleted Journal. https://doi.org/10.62385/literal.v2i01.106
Schmitt, B. S. (1977). Guidelines for living with a hyperactive child. Pediatrics. https://doi.org/10.1542/PEDS.60.3.387
Scroll to Top