Menilai pemahaman membaca pada anak-anak dengan keterbelakangan mental melibatkan pemahaman tantangan unik dan kendala kognitif yang dihadapi anak-anak ini. Proses penilaian harus disesuaikan untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik mereka, dengan fokus pada keterampilan linguistik dan non-linguistik. Berbagai strategi dan kerangka kerja telah dieksplorasi untuk secara efektif mengevaluasi dan meningkatkan pemahaman bacaan dalam populasi ini. Bagian berikut menguraikan aspek-aspek kunci dalam menilai pemahaman membaca pada anak-anak dengan keterbelakangan mental.
Pendekatan Penilaian Individu
- Buku Terkomputerisasi dan Pengujian Individual: Menggunakan buku terkomputerisasi dengan pertanyaan yang memerlukan identifikasi fakta eksplisit, membuat kesimpulan, dan mengidentifikasi tema dapat membantu menilai pemahaman. Aplikasi individual memungkinkan untuk menghormati waktu dan kebutuhan setiap peserta, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah penelitian di mana dua siswa dengan cacat intelektual menunjukkan tingkat pemahaman yang bervariasi ketika terkena materi tersebut (Muto & Postalli, 2020).
- Penilaian Multi-Metode: Sebuah studi percontohan pada anak-anak dengan sindrom Down menggunakan empat ukuran paralel pemahaman mendengarkan dan membaca, termasuk respons non-verbal dan prosedur penutupan, untuk mengevaluasi validitas konstruk. Pendekatan multi-metode ini membantu dalam mengidentifikasi metode penilaian yang paling efektif untuk anak-anak dengan disabilitas intelektual (Prahl & Schuele, 2022).
Strategi Pemahaman Membaca yang Efektif
- Analisis Eksperimental Singkat: Metode ini membantu menentukan strategi pemahaman bacaan yang paling efektif. Sebuah studi menemukan bahwa strategi multi-elemen, yang menggabungkan memprediksi dan mendiskusikan cerita, paling efektif untuk siswa dengan keterbelakangan mental (Güler & Özmen, 2010).
- Instruksi Membaca Komprehensif : Studi longitudinal telah menunjukkan bahwa instruksi membaca yang konsisten, eksplisit, dan komprehensif dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan membaca pada siswa penyandang cacat intelektual. Ini termasuk kesadaran fonemik, fonik, dan instruksi bahasa lisan (Allor et al., 2010).
Pertimbangan Kognitif dan Linguistik
- Pandangan Sederhana Kerangka Membaca: Kerangka kerja ini menyatakan bahwa pemahaman bacaan dipengaruhi oleh decoding dan pemahaman mendengarkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa cacat intelektual dapat mempengaruhi pemahaman membaca melalui keterampilan linguistik seperti kosakata dan tata bahasa, serta keterampilan non-linguistik seperti penalaran nonverbal (Wingerden et al., 2018) (Roch et al., 2021).
- Peran Memori Kerja dan Keterampilan Metalinguistik: Memori kerja dan kesadaran metalinguistik sangat penting untuk pemahaman membaca. Anak-anak dengan cacat intelektual sering mengandalkan keterampilan decoding, tetapi meningkatkan keterampilan metalinguistik lebih lanjut dapat mendukung pemahaman (Woolley, 2011) (Peristeri et al., 2024).
Tantangan dan Pertimbangan
- Penggunaan Strategi Menghafal yang Terlalu Berlebih: Anak-anak dengan keterbelakangan mental mungkin sangat bergantung pada strategi menghafal, yang dapat mengganggu pemahaman bacaan yang efektif. Ini menyoroti perlunya strategi pengajaran yang berfokus pada pemahaman daripada menghafal sampah (Mason, 1977).
- Studi Perbandingan dengan Disabilitas Lainnya: Penelitian yang membandingkan anak-anak dengan sindrom Down dan Autism Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan bahwa kedua kelompok menghadapi tantangan dalam pemahaman membaca, seringkali karena keterampilan bahasa lisan yang buruk. Ini menunjukkan bahwa intervensi juga harus membahas perkembangan bahasa lisan (Laws et al., 2016) (Roch et al., 2021).
Sementara strategi dan kerangka kerja ini memberikan pendekatan komprehensif untuk menilai pemahaman membaca pada anak-anak dengan keterbelakangan mental, penting untuk mempertimbangkan perbedaan individu dan kebutuhan spesifik setiap anak. Penelitian di masa depan harus terus mengeksplorasi dan menyempurnakan metode ini untuk memastikannya efektif dan inklusif. Selain itu, memahami konteks yang lebih luas dari kesulitan pemahaman membaca, seperti yang dihadapi oleh anak-anak dengan ASD atau sindrom Down, dapat memberikan wawasan berharga untuk mengembangkan intervensi yang lebih bertarget.