A heartwarming image of a mother and daughter lying together, smiling and bonding.

Bagaimana Cara Menghadapi Stigma Terhadap Anak Dengan Sindrom Down?

Mengatasi stigma terhadap anak-anak dengan sindrom Down membutuhkan pendekatan multifaset yang melibatkan peningkatan kesadaran, memberikan dukungan sosial, dan menerapkan kebijakan inklusif. Stigma bermanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk pengucilan sosial, diskriminasi, dan tekanan emosional, yang secara signifikan berdampak pada kesejahteraan psikologis dan integrasi sosial anak-anak dan keluarga mereka (Eleptico et al., 2024)]. Strategi yang efektif untuk memerangi stigma ini melibatkan pendidikan, keterlibatan masyarakat, dan perubahan kebijakan yang mendorong penerimaan dan pemahaman.

Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan

  • Pendidikan Komunitas: Meningkatkan kesadaran tentang sindrom Down melalui pendidikan masyarakat dapat membantu menghilangkan mitos dan mengurangi prasangka. Program pendidikan harus fokus pada kemampuan dan potensi anak-anak dengan sindrom Down, bukan keterbatasan mereka (Eleptico et al., 2024)] (Jain et al., 2002).
  • Program Berbasis Sekolah: Menerapkan kelas pendidikan di sekolah yang mencakup jalur pendidikan formal, informal, dan non-formal dapat membantu mengintegrasikan anak-anak dengan sindrom Down dan mengurangi stigma di antara rekan-rekan (Widhiati et al., 2022)].
  • Representasi Media: Mempromosikan representasi positif individu dengan sindrom Down di media dapat membantu mengalihkan persepsi publik dari memandang disabilitas sebagai tragis menjadi merayakan keragaman dan martabat (Thomas, 2021).

Dukungan Soal dan Keterlibatan Keluarga

  • Dukungan Orang Tua dan Keluarga: Dukungan emosional dan informasi dari orang tua dan anggota keluarga sangat penting. Ini memberi anak-anak kepercayaan diri untuk terlibat dalam keterampilan hidup dan kegiatan pendidikan, membantu mereka merasa kurang berbeda dari rekan-rekan mereka (Widhiati et al., 2022).
  • Kolaborasi Keluarga-Sekolah: Memperkuat hubungan antara keluarga dan sekolah dapat memfasilitasi masuknya anak-anak dengan sindrom Down, membantu mengatasi hambatan dan tantangan dalam sistem pendidikan (Silva et al., 2022).

Perubahan Kebijakan dan Kelembagaan

  • Kebijakan Inklusif: Mengembangkan dan menegakkan kebijakan yang mempromosikan hak dan inklusi anak-anak dengan sindrom Down dalam semua aspek masyarakat sangat penting. Ini termasuk memastikan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan pekerjaan (Amorim & Shimizu, 2022) (Bartlett, 2017).
  • Program Anti-Stigma: Menerapkan program yang secara khusus menargetkan stigma di tingkat organisasi dan kelembagaan dapat membantu mengubah sikap negatif dan menumbuhkan lingkungan yang lebih inklusif (Smythe et al., 2020).

Mengatasi Hambatan Struktural dan Budaya

  • Menantang Neoliberal-Ableism: Orang tua dari anak-anak dengan sindrom Down sering menghadapi permusuhan struktural di institusi seperti perawatan kesehatan dan pendidikan. Mengatasi masalah sistemik ini membutuhkan pergeseran sikap masyarakat terhadap kecacatan, mengakui nilai dan kontribusi individu dengan sindrom Down (Thomas, 2021).
  • Sensitivitas Budaya: Memahami konteks budaya dan regional yang mempengaruhi stigma penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif. Menyesuaikan program agar sesuai dengan konteks ini dapat meningkatkan efektivitasnya (Eleptico et al., 2024).

Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk mengurangi stigma, penting untuk mengenali tantangan berkelanjutan yang dihadapi oleh keluarga dan anak-anak dengan sindrom Down. Terlepas dari kemajuan dalam dukungan medis dan pendidikan, penerimaan masyarakat tetap menjadi rintangan yang signifikan. Profesional kesehatan dan pemimpin masyarakat memainkan peran penting dalam membina masyarakat yang lebih inklusif dengan mengadvokasi hak dan martabat individu dengan sindrom Down (Jain et al., 2002).

Eleptico, J. M., Gil, T. O., & Gonzaga, V. C. L. (2024). Unveiling Shadows: Stigma Among Family Members of Children With Trisomy 21. International Journal of Social Science and Human Research. https://doi.org/10.47191/ijsshr/v7-i11-47
Jain, R., Thomasma, D. C., & Ragas, R. (2002). Down Syndrome: Still a Social Stigma. American Journal of Perinatology. https://doi.org/10.1055/S-2002-23553
Widhiati, R. S. A., Malihah, E., & Sardin, S. (2022). Dukungan Sosial dan Strategi Menghadapi Stigma Negatif Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Pendidikan. Jurnal Paedagogy : Jurnal Penelitian Dan Pengembangan. https://doi.org/10.33394/jp.v9i4.5612
Thomas, G. (2021). Dis-mantling stigma: Parenting disabled children in an age of ‘neoliberal-ableism’: The Sociological Review. https://doi.org/10.1177/0038026120963481
Silva, L. W. P., Fuzinelli, J. P. D., Moraes, R. A. de A., & Mangili, F. F. M. (2022). Inclusão de crianças com síndrome de down: um ensaio teórico sobre a importância da relação família-escola. Colloquium Humanarum. https://doi.org/10.5747/ch.2021.v18.h520
Amorim, B., & Shimizu, Y. (2022). Stigma, caregivers and the child with Down syndrome: a bioethical analysis. Revista Bioética. https://doi.org/10.1590/1983-80422022301508en
Bartlett, P. (2017). Stigma, Human Rights and the UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities. https://doi.org/10.1007/978-3-319-27839-1_12
Smythe, T., Adelson, J. D., & Polack, S. (2020). Systematic review of interventions for reducing stigma experienced by children with disabilities and their families in low- and middle-income countries: state of the evidence. Tropical Medicine & International Health. https://doi.org/10.1111/TMI.13388
Scroll to Top