Mengatasi stigma masyarakat terhadap anak-anak autis membutuhkan pendekatan multifaset yang melibatkan pendidikan, kesadaran, dan perubahan sistemik. Stigma dapat memiliki efek negatif yang mendalam pada individu autis, termasuk peningkatan perilaku penyamaran, penurunan penentuan nasib sendiri, dan hasil psikososial yang merugik (Scheerer et al., 2024). Untuk memerangi stigma ini secara efektif, penting untuk menerapkan strategi yang mempromosikan pemahaman dan penerimaan autisme di berbagai konteks masyarakat.
Pendidikan dan Kesadaran
- Kampanye Pendidikan Publik: Meningkatkan kesadaran publik tentang autisme melalui kampanye dapat membantu menghilangkan mitos dan kesalahpahaman. Informasi yang akurat tentang autisme dapat mengurangi stigma dan mempromosikan masyarakat yang lebih inklusif (Salsabila & Hamdhan, 2024).
- Program Sekolah: Menerapkan program penerimaan autisme di sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap rekan-rekan autis mereka. Misalnya, program penerimaan autisme virtual untuk anak-anak menunjukkan efektivitas dalam mengurangi stigma dan meningkatkan sikap (Davidson & Morales, 2023).
- Pelatihan untuk Pendidik dan Penyedia Layanan Kesehatan: Pendidik dan penyedia layanan kesehatan memainkan peran penting dalam membentuk persepsi autisme. Program pelatihan yang berfokus pada menyanggah stereotip dan meningkatkan pemahaman dapat mengarah pada praktik yang lebih inklusif (Scheerer et al., 2024) (KaravuÅŸ & Sarisaltik, 2023).
Dukungan untuk Keluarga
- Dukungan Orangtua: Orang tua dari anak-anak autis sering menghadapi stigma sendiri, yang dapat diperparah oleh harapan masyarakat dan kesalahpahaman tentang pengasuhan anak. Memberikan dukungan dan sumber daya bagi orang tua dapat membantu mereka mengatasi stigma dan mengadvokasi anak-anak mereka (Heyworth, 2024) (Sulaimani & Mursi, 2022).
- Jaringan Dukungan Komunitas: Membangun jaringan dukungan untuk keluarga dapat menyediakan platform untuk berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi stigma. Jaringan ini juga dapat berfungsi sebagai kelompok advokasi untuk mempromosikan perubahan kebijakan (Sulaimani & Mursi, 2022).
Perubahan Sistemik dan Kebijakan
- Kebijakan Inklusif: Mengembangkan kebijakan yang mempromosikan inklusi dalam pendidikan dan layanan sosial dapat membantu mengurangi stigma. Ini termasuk mengintegrasikan anak-anak autis ke dalam pengaturan pendidikan umum dengan dukungan yang sesuai (Scheerer et al., 2024) (KaravuÅŸ & Sarisaltik, 2023).
- Penelitian dan Advokasi: Peneliti memiliki tanggung jawab untuk mengatasi stigma dalam pekerjaan mereka dengan berfokus pada kekuatan dan kontribusi individu autis. Penelitian partisipatif yang mencakup suara autis dapat mengarah pada praktik penelitian yang lebih relevan dan etis (Scheerer et al., 2024).
Kompetensi Budaya dan Pendekatan Relasional
- Kompetensi Budaya: Kerangka kerja ini menekankan pentingnya kompetensi budaya dan kerendahan hati dalam mengatasi stigma. Penyedia layanan kesehatan dan pendidik dapat mengambil manfaat dari memahami konteks budaya individu autis dan keluarga mereka (Hotez et al., 2024).
- Etika Perawatan Relasional: Mengadopsi pendekatan relasional dalam penelitian dan praktik dapat membantu mengatasi stigma dengan mengakui pengalaman dan kebutuhan individu autis dan keluarga mereka (Heyworth, 2024).
Sementara strategi ini berfokus pada pengurangan stigma, penting juga untuk mempertimbangkan konteks sosial yang lebih luas yang melanggengkan persepsi negatif ini. Stigma sering berakar pada keyakinan budaya dan struktur sistemik yang memprioritaskan kemampuan tertentu daripada yang lain. Dengan menggeser sikap masyarakat ke arah perspektif yang lebih neurodiversitas-afirmatif, di mana perbedaan dihargai daripada dipatologis, masyarakat dapat bergerak menuju penerimaan dan inklusi yang lebih besar dari individu autis (Scheerer et al., 2024) (Kim et al., 2023).