Menggunakan cerita pendek untuk membantu anak-anak dengan keterbelakangan mental belajar membaca dapat menjadi strategi yang efektif, karena memanfaatkan sifat cerita yang menarik dan terstruktur untuk meningkatkan pemahaman bacaan dan kosa kata. Cerita pendek bisa sangat bermanfaat karena formatnya yang ringkas, yang membantu menjaga perhatian anak-anak dengan keterbelakangan mental, yang sering memiliki rentang perhatian yang lebih pendek. Penggunaan peta cerita dan teknik terstruktur lainnya dapat membantu pemahaman lebih lanjut dengan membantu siswa mengidentifikasi dan menghubungkan komponen kunci teks. Berikut adalah beberapa strategi dan pertimbangan untuk menggunakan cerita pendek dalam konteks ini:
Teknik Pemetaan Cerita
- Efektivitas: Teknik peta cerita telah terbukti meningkatkan keterampilan pemahaman membaca di antara siswa dengan keterbelakangan mental ringan. Metode ini melibatkan pemecahan cerita menjadi komponen-komponennya, seperti karakter, latar, dan plot, yang membantu siswa memahami dan mengingat konten dengan lebih baik (Isikdogan & Kargin, 2010).
- Implementasi: Guru dapat menggunakan alat bantu visual dan pengatur grafis untuk membantu siswa memetakan cerita, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mengikuti dan memahami struktur narasi (Isikdogan & Kargin, 2010).
Kosakata dan Pemahaman
- Peningkatan Kosakata: Cerita pendek dapat memperkenalkan kosakata baru dalam konteks, yang membantu dalam pemahaman dan retensi. Hal ini sangat berguna bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual, karena membantu mereka menghubungkan kata-kata dengan makna melalui narasi yang menarik. (Franchisca, 2021)
- Keterampilan Pemahaman: Dengan membaca cerita pendek, siswa dapat berlatih mengekstraksi makna dan memahami moral atau pelajaran cerita, yang merupakan komponen penting dari pemahaman baca (Franchisca, 2021).
Adaptasi dan Kustomisasi
- Adaptasi Material: Penting untuk menyesuaikan bahan bacaan dengan tingkat kognitif anak-anak dengan keterbelakangan mental. Ini termasuk menyederhanakan bahasa dan menggunakan ilustrasi untuk mendukung pemahaman teks (Kirk, 1939).
- Strategi Instruksi: Guru harus menggunakan strategi instruksional yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa ini, seperti menggunakan metode pengajaran yang berulang dan konsisten untuk memperkuat pembelajaran (Kirk, 1939).
Integrasi Rumah dan Sekolah
- Bimbingan Rumah: Memasukkan membaca cerita di rumah dapat memperkuat keterampilan yang dipelajari di sekolah. Orang tua dapat terlibat dalam sesi membaca, yang membantu dalam generalisasi keterampilan membaca di berbagai lingkungan yang berbeda (Wedel & Fowler, 1984).
- Instruksi Terprogram: Menggunakan prinsip-prinsip instruksi terprogram, seperti Headsprout Early Reading, dapat mendukung pengembangan keterampilan membaca dasar pada anak-anak penyandang cacat intelektual. Metode ini telah menunjukkan peningkatan kefasihan suara awal dan pengenalan kata (Herring et al., 2019).
Konteks Pendidikan yang Lebih Luas
Sementara cerita pendek adalah alat yang berharga, penting untuk mempertimbangkan konteks pendidikan yang lebih luas dan kebutuhan individu setiap anak. Beberapa anak mungkin mendapat manfaat dari intervensi tambahan, seperti program berbasis fonik atau rencana pendidikan yang berpusat pada keluarga, untuk lebih mendukung perkembangan membaca mereka. Selain itu, mengintegrasikan membaca dengan keterampilan lain, seperti kosakata dan peningkatan memori, dapat memberikan pendekatan yang lebih holistik untuk pembelajaran (Laws, 2010) (Sayyah et al., 2018).