Menentukan apakah seorang anak mengalami keterlambatan mental atau hanya membutuhkan lebih banyak stimulasi bisa menjadi tantangan, terutama bagi orang tua muda. Keterlambatan mental dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, termasuk kemampuan bicara, kognitif, dan motorik, dan sering dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan. Di sisi lain, kurangnya stimulasi juga dapat menghambat perkembangan anak, sehingga sangat penting untuk membedakan keduanya untuk memberikan intervensi yang tepat.
Mengidentifikasi Keterlambatan Mental
- Alat Diagnostik: Instrumen seperti ERIC (Pengakuan Awal Keterlambatan Kognitif Bayi) telah dikembangkan untuk membantu orang tua dan profesional mengidentifikasi keterlambatan kognitif pada bayi, terutama mereka yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah. ERIC telah menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam mendeteksi penundaan kognitif, menjadikannya alat yang berharga untuk diagnosis dini (Schafer et al., 2014).
- Karakteristik Keterlambatan Mental: Keterlambatan perkembangan mental bisa menjadi kompleks, dengan berbagai penyebab dan gejala. Mereka sering melibatkan keterlambatan dalam berbicara, yang selanjutnya dapat menghambat perkembangan kognitif. Sebaliknya, kondisi mental dan neurologis bawaan dapat menyebabkan masalah perkembangan bicara (Ələkbərova, 2024).
- Tindakan Penyaringan: Kuesioner Pemantauan Bayi/Anak (IMQ) adalah alat lain yang telah dievaluasi keefektifannya dalam skrining keterlambatan perkembangan. Ini telah menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk bayi berisiko tinggi, meskipun kinerjanya kurang dapat diandalkan untuk populasi umum (Dixon et al., 2009).
Pentingnya Stimulasi
- Peran Stimulasi: Stimulasi dini sangat penting untuk perkembangan kognitif. Penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua yang lebih tinggi dalam aktivitas perkembangan dan respons verbal secara signifikan memprediksi hasil kognitif yang lebih baik pada balita (Malhi et al., 2018).
- Strategi Stimulasi: Metode stimulasi yang efektif mencakup intervensi yang dipersonalisasi, identifikasi dini tantangan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung. Strategi ini sangat penting bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan kemandirian dan dapat menyebabkan peningkatan perkembangan yang signifikan (Afrini et al., 2023).
- Dampak Faktor Sosioekonomi: Efek stimulasi sangat terasa pada anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan, menunjukkan bahwa stimulasi kognitif yang ditargetkan dapat secara signifikan meningkatkan perkembangan pada kelompok ini (Barros et al., 2010).
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara alat dan strategi ada untuk mengidentifikasi dan mengatasi keterlambatan mental, penting untuk mempertimbangkan konteks perkembangan anak yang lebih luas. Faktor-faktor seperti kesehatan mental orang tua, status sosial ekonomi, dan akses ke sumber daya dapat secara signifikan mempengaruhi lintasan perkembangan anak. Misalnya, masalah kesehatan mental ibu sering dikaitkan dengan kompetensi pengasuhan yang lebih rendah dan dukungan sosial, menyoroti perlunya sistem dukungan komprehensif untuk keluarga (Thongthep et al., 2014). Selain itu, perbedaan dalam perkembangan anak dapat muncul sejak dini dan tidak semata-mata terkait dengan kesenjangan ekonomi, menggarisbawahi pentingnya intervensi pengasuhan berbasis bukti(Malhi et al., 2018). Memahami faktor-faktor yang lebih luas ini dapat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi anak dan keluarga.