A young boy runs joyfully on a rustic street in São Paulo, holding a paper plane.

Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Anak Saya Hiperaktif Atau Hanya Energik?

Menentukan apakah seorang anak hiperaktif atau hanya energik bisa menjadi tantangan, karena kedua kondisi tersebut melibatkan tingkat aktivitas yang tinggi. Namun, ada karakteristik dan kriteria diagnostik yang berbeda yang dapat membantu membedakan antara keduanya. Hiperaktif, sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), melibatkan lebih dari sekadar tingkat energi yang tinggi; itu termasuk kesulitan dengan perhatian, impulsif, dan terkadang tantangan sosial dan kognitif. Sebaliknya, seorang anak yang energik mungkin sangat aktif tetapi masih dapat fokus dan mengendalikan perilaku mereka bila diperlukan. Berikut adalah beberapa aspek kunci yang perlu dipertimbangkan ketika membedakan antara hiperaktif dan energi tinggi pada anak-anak.

Karakteristik Anak Hiperaktif

  • Defisit Perhatian: Anak-anak hiperaktif sering kesulitan mempertahankan perhatian dan mungkin mudah terganggu, yang merupakan komponen inti dari ADHD (Gittelman, 2009) (Abidin, 2023).
  • Impulsivitas: Anak-anak ini mungkin bertindak tanpa berpikir, mengganggu orang lain, dan mengalami kesulitan menunggu giliran mereka (Gittelman, 2009) (C, 2005).
  • Aktivitas Motorik: Sementara anak-anak yang energik dapat memfokuskan energinya, anak-anak hiperaktif menunjukkan aktivitas motorik berlebihan yang tidak diarahkan pada tujuan dan sering tampak tidak memiliki tujuan (“Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang anak aktif dan hiperaktif usia dibawah 12 tahun di desa suka negri”, 2022) (Montagu, 2008).
  • Dampak Sosif dan Kognitif: Hiperaktif dapat memengaruhi interaksi sosial dan kinerja akademik anak, yang mengarah ke perilaku maladaptif (Abidin, 2023) (C, 2005).

Alat Diagnostik dan Penilaian

  • Pengamatan Orang Tua dan Guru: Orang tua dan guru dapat memberikan wawasan berharga tentang perilaku anak, meskipun persepsi mereka mungkin tidak selalu akurat. Studi menunjukkan bahwa orang tua mengidentifikasi hiperaktif dengan benar pada sekitar 50% kasus (Hutchinson et al., 2001).
  • Penilaian Perilakuan: Alat seperti skala hiperaktif Weiss Werry Peters (WWP) dan Kuesioner Temperamen Emosionalitas, Aktivitas, dan Sosiabilitas (EAS) digunakan untuk menilai hiperaktifitas (Hutchinson et al., 2001).
  • Tes Laboratorium: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tes laboratorium, seperti yang mengukur perubahan mobilitas elektroforetik dalam sel darah merah, dapat membantu mendiagnosis hiperaktif, meskipun ini tidak banyak digunakan (Field & Joyce, 1984).

Faktor yang Mempengaruhi dan Skrining Awal

  • Faktor Demografi dan Lingkungan: Faktor-faktor seperti jenis kelamin, status perkawinan orang tua, dan lingkungan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku hiperaktif. Misalnya, anak perempuan umumnya lebih kecil kemungkinannya untuk menunjukkan perilaku hiperaktif daripada anak laki-laki (Yin et al., 2024).
  • Penyaringan Awal: Memanfaatkan platform cloud komputer untuk skrining dini dapat membantu mengidentifikasi perilaku hiperaktif pada anak prasekolah, memungkinkan intervensi tepat waktu (Yin et al., 2024).

Sementara hiperaktif sering dikaitkan dengan ADHD, penting untuk mempertimbangkan bahwa tidak semua anak dengan tingkat energi tinggi memiliki gangguan ini. Anak-anak yang energik biasanya dapat fokus dan mengendalikan perilaku mereka ketika diperlukan, sedangkan anak-anak hiperaktif berjuang dengan aspek-aspek ini. Selain itu, hiperaktif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kecenderungan genetik dan kondisi lingkungan(C, 2005) (Minde et al., 2008). Memahami perbedaan ini sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan dan intervensi yang tepat.

Gittelman, R. (2009). Assessment of the classroom behavior of hyperactive children. Nutrition Reviews. https://doi.org/10.1111/J.1753-4887.1986.TB07689.X
Abidin, M. (2023). Analysis of hyperactive child behavior and handling efforts in education. Al-Iltizam. https://doi.org/10.33477/alt.v8i1.4489
C, W. (2005). The hyperactive child. Revue Médicale de Bruxelles.
Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang anak aktif dan hiperaktif usia dibawah 12 tahun di desa suka negri. (2022). J-ABDI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. https://doi.org/10.53625/jabdi.v2i3.2949
Montagu, J. D. (2008). The hyperkinetic child: a behavioural, electrodermal and EEG investigation. Developmental Medicine & Child Neurology. https://doi.org/10.1111/J.1469-8749.1975.TB04666.X
Hutchinson, E., Pearson, D., Fitzgerald, C., Bateman, B., Gant, C., Grundy, J., Stevenson, J., Warner, J., Dean, T., Matthews, S., Arshad, H., & Rowlandson, P. (2001). Can parents accurately perceive hyperactivity in their child. Child Care Health and Development. https://doi.org/10.1046/J.1365-2214.2001.00214.X
Field, E. J., & Joyce, G. (1984). Laboratory test for hyperactivity (HA) in children: is childhood HA related to multiple sclerosis? https://doi.org/10.1007/978-94-011-6352-1_78
Yin, X., Shen, L., Wang, N., Zhang, J., Wu, J., Qiu, S., Lei, H., & Chen, Z. (2024). Hyperactive Behavior Screening and Its Influencing Factors in Preschool Children Based on a Computer Cloud Platform. 康复学报. https://doi.org/10.3724/sp.j.1329.2024.01003
Minde, K., Webb, G., & Sykes, D. (2008). Studies on the hyperactive child. VI. Prenatal and paranatal factors associated with hyperactivity. Developmental Medicine & Child Neurology. https://doi.org/10.1111/J.1469-8749.1968.TB02897.X
Scroll to Top