Mengidentifikasi keterbelakangan mental, sekarang lebih sering disebut sebagai kecacatan intelektual (ID), pada anak-anak melibatkan pendekatan multifaset yang mencakup penilaian psikometrik, pengujian genetik, dan evaluasi komprehensif. Deteksi dini sangat penting untuk menerapkan intervensi tepat waktu yang secara signifikan dapat meningkatkan hasil untuk anak-anak yang terkena dampak. Proses mendiagnosis ID sangat kompleks dan membutuhkan integrasi berbagai alat diagnostik dan metodologi.
Skrining Psikometri dan Perkembangan
- Penggunaan alat skrining psikometrik, seperti Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan dan Evaluasi Status Perkembangan Orang Tua, dapat membantu mengidentifikasi cacat perkembangan saraf (NDD) pada anak-anak prasekolah. Alat-alat ini, bila dikombinasikan dengan tindakan lain seperti skrining penglihatan dan jenis kelamin biologis, telah menunjukkan kekuatan prediksi yang sangat baik dalam mengidentifikasi anak-anak yang berisiko mengalami NDD, termasuk IDÂ (Mujoo et al., 2023).
- Tes Reaksi Sosif adalah metode lain yang dapat mendeteksi keterbelakangan mental pada anak di bawah usia tiga tahun dengan menganalisis reaksi mereka terhadap rangsangan visual. Metode deteksi dini ini sejalan dengan penilaian tradisional seperti metode Enjoji (Sugiura & Kirana, 2004).
Pengujian Genetik dan Biokimia
- Faktor genetik adalah penyebab signifikan ID, dengan kemajuan dalam pengujian genetik, seperti microarray kromosom dan sekuensing seluruh eksom, meningkatkan akurasi diagnostik. Tes ini sangat penting untuk mengidentifikasi kelainan genetik seperti Fragile X dan sindrom Rett, yang terkait dengan IDÂ (Aldosari & Aldosari, 2024)].
- Skrining biokimia untuk kesalahan metabolisme bawaan (IEM) juga dapat menjadi indikasi ID. Meskipun jarang, kondisi seperti fenilketonuria dan mucopolysaccharidoses telah diidentifikasi pada anak-anak dengan ID melalui tes biokimia urin (Ramamoorthy & Sundaram, 2018).
Evaluasi Klinis Komprehensif
- Riwayat klinis terperinci dan pemeriksaan fisik sangat mendasar dalam mendiagnosis ID. Ini termasuk silsilah tiga generasi dan fokus pada penilaian dismorfologi dan neurologis (Topçu & Yalnizoglu, 2013).
- Studi neuroimaging dapat diindikasikan dalam kasus dengan ukuran otak abnormal atau temuan neurologis, memberikan wawasan lebih lanjut tentang etiologi ID (Topçu & Yalnizoglu, 2013).
Pendekatan Multidisiplin
- Tim multidisiplin, termasuk psikiater, ahli genetika, dan spesialis lainnya, sangat penting untuk diagnosis dan pengelolaan ID yang akurat. Pendekatan tim ini memastikan bahwa semua aspek perkembangan dan kesehatan anak dipertimbangkan (A, 2017).
- Program intervensi dini, didukung oleh konseling genetik dan sumber daya keluarga, sangat penting untuk meningkatkan prognosis dan kualitas hidup anak-anak dengan IDÂ (Dhande & Chhatre, 2013).
Sementara identifikasi cacat intelektual pada anak-anak rumit, penting untuk mempertimbangkan konteks gangguan perkembangan saraf yang lebih luas. Integrasi evaluasi psikometrik, genetik, dan klinis memberikan pendekatan komprehensif untuk diagnosis. Namun, tantangan tetap ada, seperti variabilitas dalam definisi dan kriteria diagnostik di berbagai wilayah dan kebutuhan akan metode pengujian yang lebih mudah diakses dan terstandarisasi. Faktor-faktor ini menyoroti pentingnya penelitian dan pengembangan berkelanjutan di lapangan untuk memastikan identifikasi ID dini dan akurat pada anak-anak.