Mengidentifikasi disgrafia pada anak-anak hiperaktif dapat menjadi tantangan karena gejala yang tumpang tindih dengan gangguan lain, seperti ADHD. Disgrafia ditandai dengan kesulitan dalam tulisan tangan, yang dapat bermanifestasi sebagai tulisan tangan yang tidak teratur, penanganan alat tulis yang tidak tepat, dan penulisan yang lambat atau sulit. Untuk menentukan apakah anak hiperaktif menderita disgrafia, penilaian komprehensif yang melibatkan metode tradisional dan teknologi direkomendasikan. Pendekatan ini dapat membantu membedakan disgrafia dari kondisi lain dan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kesulitan menulis anak.
Metode Penilaian Tradisional
- Evaluasi Ahli Medis: Secara tradisional, disgrafia didiagnosis melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh ahli medis yang menilai keterampilan tulisan tangan dan koordinasi motorik anak (Kunhoth et al., 2024).
- Protokol Pengamatan: Protokol pengamatan awal dapat membantu mengidentifikasi prediktor risiko disgrafia, seperti tulisan tangan yang tidak terbaca dan keterampilan grafomotor yang buruk, yang sangat penting untuk intervensi dini (Ceccacci et al., 2024).
Alat dan Metode Teknologi
- Tablet Digital dan Smart Pens: Perangkat seperti tablet digital dan pena pintar yang dilengkapi dengan sensor (misalnya, SensoGrip) dapat menangkap dinamika tulisan tangan, memberikan data terperinci tentang kecepatan penulisan, tekanan, dan pola goresan. Alat-alat ini memungkinkan evaluasi kemampuan menulis yang lebih realistis pada anak-anak (“Automated dysgraphia detection by deep learning with SensoGrip”, 2022) (Mekyska et al., 2017).
- Algoritma Pembelajaran Mesin: Sistem otomatis yang menggunakan pembelajaran mesin dapat menganalisis fitur tulisan tangan untuk mendiagnosis disgrafia dengan akurasi tinggi. Sistem ini dapat membedakan antara disgrafia dan kesulitan menulis lainnya dengan memeriksa aspek kinematik spesifik dari tulisan tangan (Kunhoth et al., 2024) (“Automated dysgraphia detection by deep learning with SensoGrip”, 2022).
Intervensi Perilaku dan Pendidikan
- Pelatihan Motorik Halus: Intervensi yang berfokus pada peningkatan keterampilan motorik halus dapat membantu anak-anak dengan disgrafia meningkatkan kemampuan menulis mereka. Program seperti Write-Rite menawarkan latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak disgrafis, meningkatkan integrasi visual-motorik dan kemahiran menulis (Yanjana et al., 2020) (Rahim & Jamaludin, 2019).
- Dukungan Pendidikan: Guru dan terapis dapat menggunakan kerangka kerja teknologi untuk memantau dan meningkatkan keterampilan grafomotor, memberikan dukungan yang ditargetkan kepada anak-anak yang berisiko disgrafia (Ceccacci et al., 2024).
Pertimbangan untuk Anak Hiperaktif
- Komorbiditas dengan ADHD: Disgrafia sering hidup berdampingan dengan gangguan belajar dan kejiwaan lainnya, seperti ADHD. Tumpang tindih ini dapat mempersulit diagnosis, karena gejala seperti perhatian yang buruk dan impulsif dapat memengaruhi kinerja tulis (Chung et al., 2020).
- Pengamatan Perilaku: Mengamati perilaku anak selama tugas menulis dapat memberikan wawasan tentang apakah kesulitan disebabkan oleh hiperaktif atau gangguan menulis tertentu. Misalnya, seorang anak dengan disgrafia mungkin menunjukkan posisi tangan yang tidak biasa atau kesulitan dengan pembentukan huruf, yang kurang umum pada anak-anak yang murni hiperaktif (Kunhoth et al., 2024) (Prasad & Pal, 2018).
Sementara penilaian tradisional tetap penting, mengintegrasikan alat teknologi dapat meningkatkan akurasi diagnosis disgrafia pada anak-anak hiperaktif. Alat-alat ini memberikan data objektif yang dapat membedakan disgrafia dari kondisi lain, memfasilitasi intervensi dini dan yang ditargetkan. Namun, penting untuk mempertimbangkan potensi tumpang tindih dengan gangguan lain, seperti ADHD, yang mungkin memerlukan pendekatan multidisiplin untuk memenuhi kebutuhan komprehensif anak.