Menentukan apakah seorang anak dengan disleksia juga memiliki gangguan pemrosesan visual atau pendengaran melibatkan penilaian komprehensif dari kemampuan pemrosesan sensorik mereka. Disleksia terutama ditandai oleh kesulitan membaca karena defisit pemrosesan fonologis, tetapi juga dapat dikaitkan dengan tantangan pemrosesan visual dan pendengaran. Memahami kejadian bersamaan dari gangguan ini memerlukan pemeriksaan gejala spesifik dan melakukan penilaian yang ditargetkan.
Gangguan Pemrosesan Pendengaran pada Disleksia
- Prevalensi dan Hubungan: Sekitar 2,5 juta siswa dengan disleksia di AS diperkirakan memiliki gangguan pemrosesan pendengaran (APD). Hubungan antara disleksia dan APD sangat kompleks, dengan perdebatan yang sedang berlangsung tentang apakah APD berkontribusi terhadap disleksia atau apakah itu adalah kondisi komorbid (Summe & McCoy, 2021).
- Teknik Penilaian: Anak-anak dengan disleksia mungkin menunjukkan waktu reaksi yang lebih lambat terhadap rangsangan pendengaran dan kesulitan dalam mengenali urutan nada, yang dapat dinilai melalui tes seperti tes Speech in Noise dan Dichotic Digits (King et al., 2008) (Ferraz et al., 2010).
- Wawasan Neurologis: Individu disleksia mungkin memiliki proses diskriminasi pendengaran awal yang utuh tetapi menunjukkan defisit dalam proses selanjutnya yang bergantung pada perhatian, mempengaruhi persepsi mereka tentang suara kompleks (Kujala et al., 2006).
Gangguan Pemrosesan Visual pada Disleksia
- Gangguan Penglihatan: Individu disleksia sering berjuang dengan tugas-tugas visual, terutama yang melibatkan pola visual baru dan memori kerja visuo-spasial, menunjukkan potensi defisit pemrosesan visual (Provazza et al., 2019).
- Teknik Penilaian: Tes seperti Subtes Keteguhan Bentuk dari Tes Perkembangan Persepsi Visual Frostig dapat membantu mengidentifikasi masalah pemrosesan visual, dengan anak-anak disleksia sering menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan rekan non-disleksika (Reddington & Cameron, 1991).
- Integrasi Crossmodal: Pembaca disleksia mungkin mengalami asinkron antara modalitas visual dan pendengaran, yang dapat dinilai melalui tugas-tugas yang memerlukan integrasi lintas modal, mengungkapkan kecepatan pemrosesan yang lebih lambat dalam modalitas visual ketika rangsangan pendengaran hadir (Sela, 2014).
Mengidentifikasi Gangguan yang Terjadi Bersamaan
- Variabilitas Individu: Tidak semua anak dengan disleksia akan memiliki gangguan pemrosesan visual atau pendengaran. Studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil penderita disleksia yang menunjukkan defisit ini, menunjukkan bahwa disleksia tidak ditandai oleh defisit pemrosesan sensorik inti tetapi mungkin melibatkan masalah nonsensorik umum dengan penyelesaian tugas (Gibson et al., 2006).
- Subtipe Disleksia: Penelitian menunjukkan adanya subtipe disleksia, dengan beberapa individu menunjukkan gangguan pemrosesan visual atau pendengaran yang lebih jelas. Ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan proses komponen yang berbeda dalam membaca ketika menyelidiki defisit pemrosesan sensori (McAnally et al., 2000) (Reddington & Cameron, 1991).
Sementara kehadiran gangguan pemrosesan visual atau pendengaran pada anak-anak dengan disleksia dapat mempersulit tantangan belajar mereka, penting untuk menyadari bahwa tidak semua individu disleksia akan menunjukkan gangguan tambahan ini. Heterogenitas disleksia berarti bahwa penilaian harus disesuaikan dengan individu, dengan mempertimbangkan kemungkinan subtipe dan tantangan pemrosesan sensorik spesifik yang mungkin mereka hadapi. Memahami nuansa ini dapat mengarah pada intervensi yang lebih efektif dan strategi dukungan untuk anak-anak dengan disleksia.