Mengatur pola tidur anak dengan keterbelakangan mental melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan intervensi perilaku, praktik kebersihan tidur, dan, dalam beberapa kasus, perawatan farmakologis. Anak-anak dengan cacat intelektual sering mengalami gangguan tidur seperti resistensi tidur, tertunda tidur, dan sering terbangun di malam hari, yang secara signifikan dapat berdampak pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan dan keluarga mereka (“Sleep disturbance in children with intellectual and neurodevelopmental disabilities”, 2023) (Кельмансон, 2014). Manajemen yang efektif dari masalah tidur ini membutuhkan strategi yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan unik setiap anak.
Intervensi Perilaku
- Dukungan Praktisi Tidur: Melibatkan praktisi tidur terlatih dapat secara signifikan meningkatkan pola tidur pada anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan dukungan praktisi, anak-anak mengalami pengurangan waktu untuk tidur dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, dengan banyak mengurangi atau menghentikan penggunaan melatonin (Elphick et al., 2023).
- Pendidikan Tidur Berbasis Komunitas: Menerapkan intervensi pendidikan tidur berbasis komunitas telah terbukti efektif. Pengasuh yang terlatih dalam metode ini melaporkan peningkatan dalam tidur dan perilaku siang hari anak-anak mereka, menyoroti pentingnya keterlibatan pengasuh dalam manajemen tidur (Fitzpatrick et al., 2022).
- Waktu Tidur yang Memudar dengan Biaya Respon (FBRC): Metode ini melibatkan penundaan waktu tidur secara sistematis dan mengeluarkan anak dari tempat tidur jika tidur tidak dimulai dalam waktu yang ditentukan, secara bertahap meningkatkan waktu tidur saat tidur membaik. Pendekatan ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tidur dibandingkan dengan penjadwalan waktu tidur tradisional (Piazza et al., 2008).
Praktik Kebersihan Tidur
- Penyesuaian Lingkungan dan Penjadwalan: Menetapkan jadwal tidur yang konsisten dan mengoptimalkan lingkungan tidur sangat penting. Ini termasuk menjaga waktu tidur dan bangun yang teratur, meminimalkan kebisingan dan cahaya, dan memastikan pengaturan tidur yang nyaman (Jan et al., 2008).
- Adaptasi untuk Cacat Perkembangan Saraf: Praktik kebersihan tidur mungkin perlu dimodifikasi untuk anak-anak penyandang cacat, seperti menggunakan alat bantu visual atau pengulangan untuk memperkuat rutinitas waktu tidur (Fullwood et al., 2024).
Intervensi Farmakologis
- Penggunaan Melatonin: Meskipun melatonin biasanya diresepkan, penggunaannya harus dievaluasi dengan cermat dan berpotensi dikurangi demi intervensi non-farmakologis. Penelitian telah menunjukkan bahwa strategi perilaku dapat secara efektif mengurangi ketergantungan pada melatonin (Elphick et al., 2023) (Кельмансон, 2014).
- Obat Lainnya: Dalam beberapa kasus, obat lain dapat dipertimbangkan, tetapi obat tersebut harus digunakan sebagai upaya terakhir dan di bawah pengawasan medis yang ketat (Angriman et al., 2015).
Tantangan dan Pertimbangan
Terlepas dari efektivitas intervensi ini, tantangan tetap ada dalam menerapkannya secara konsisten. Keberhasilan intervensi perilaku sering tergantung pada kepatuhan pengasuh dan kemampuan untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan spesifik anak (Fitzpatrick et al., 2022). Selain itu, sementara perawatan farmakologis dapat memberikan bantuan jangka pendek, mereka tidak mengatasi masalah perilaku yang mendasarinya dan mungkin memiliki efek samping (Angriman et al., 2015). Oleh karena itu, pendekatan komprehensif yang menggabungkan strategi perilaku, lingkungan, dan, bila perlu, farmakologis sangat penting untuk mengatur pola tidur secara efektif pada anak-anak dengan keterbelakangan mental.