Family gathering indoors for chess and learning, capturing generations sharing moments together.

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Autis Yang Hiperaktif?

Berurusan dengan anak-anak autis hiperaktif membutuhkan pendekatan multifaset yang mengatasi tantangan sensorik dan perilaku yang mereka hadapi. Hiperaktif pada anak autis dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dalam mempertahankan perhatian, impulsif, dan gerakan berlebihan, yang dapat mengganggu pembelajaran dan interaksi sosial mereka. Strategi manajemen yang efektif mencakup kombinasi integrasi sensorik, fisioterapi, farmakoterapi, dan intervensi pendidikan, masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan individu anak.

Integrasi Sensorik dan Manajemen Kebisingan

  • Anak-anak autis sering mengalami hiperreaktivitas pendengaran, yang dapat memperburuk perilaku hiperaktif. Sistem pembatalan kebisingan aktif hibrida yang disesuaikan telah terbukti meningkatkan respons persepsi pendengaran pada anak-anak autis dengan menyesuaikan redaman kebisingan dengan sensitivitas pendengaran spesifik mereka (Kwong & Choy, 2024).
  • Pendekatan integrasi sensorik, yang melibatkan aktivitas sensorik terstruktur, telah efektif dalam mengurangi perilaku hiperaktif dengan membantu anak-anak memproses informasi sensorik dengan lebih efektif. Pendekatan ini telah menunjukkan penurunan perilaku hiperaktif di lingkungan sekolah (Rusiana, 2013).

Fisioterapi dan Aktivitas Fisik

  • Program fisioterapi terstruktur dapat secara signifikan meningkatkan aktivitas motorik, tonus otot, dan keadaan psiko-emosional anak-anak autis hiperaktif. Program ini mencakup senam terapeutik dan aktivitas fisik lainnya yang meningkatkan keterampilan motorik dan mengurangi hiperaktifitas (Mindova & Karaganova, 2024).

Farmakoterapi

  • Perawatan farmakologis, terutama antipsikotik, psikostimulan, dan naltrexone, telah ditemukan secara signifikan mengurangi gejala hiperaktif pada anak-anak autis. Methylphenidate, psikostimulan, telah menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan perhatian dan mengurangi hiperaktif tanpa efek samping utama pada anak-anak autis (Aman & Langworthy, 2000) (Millichap, 1988) (Birmaher et al., 1988).

Intervensi Pendidikan dan Perilaku

  • Strategi pendidikan seperti pengajaran terstruktur, intervensi yang dimediasi teman sebaya, dan teknik pemantauan diri bermanfaat untuk mengelola hiperaktif pada anak-anak autis. Intervensi ini membantu dalam meningkatkan fokus, keterampilan sosial, dan pengaturan diri (Huang & Wheeler, 2006).
  • Terapi perilaku, termasuk terapi musik dan bermain, serta bimbingan yang konsisten dari orang tua dan guru, sangat penting. Membangun komunikasi yang baik antara orang tua, guru, dan sekolah sangat penting untuk keberhasilan intervensi ini (Abidin, 2023)].

Alat Berbantuan Teknologi

  • Penggunaan teknologi, seperti kacamata pintar Brain Power Autism System (BPAS), telah menunjukkan harapan dalam mengurangi gejala hiperaktif pada anak autis. Alat-alat ini menyediakan bantuan komunikasi perilaku dan sosial, meskipun kemanjuran jangka panjangnya memerlukan penelitian lebih lanjut (Vahabzadeh et al., 2017).

Sementara strategi ini menawarkan pendekatan komprehensif untuk mengelola hiperaktif pada anak-anak autis, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan tanggapan individu setiap anak. Beberapa anak mungkin merespons integrasi sensorik dengan lebih baik, sementara yang lain mungkin mendapat manfaat lebih dari farmakoterapi atau intervensi pendidikan. Selain itu, potensi efek plasebo dengan teknologi baru dan kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka panjangnya harus diakui. Menyeimbangkan pendekatan ini dengan kesabaran dan pemahaman dari pengasuh dan pendidik adalah kunci untuk secara efektif mendukung anak-anak autis hiperaktif.

Kwong, T. C., & Choy, Y. S. (2024). A customized approach to hybrid active noise cancellation system design to address auditory hyperreactivity for children with autism spectrum disorder. Journal of the Acoustical Society of America. https://doi.org/10.1121/10.0034953
Rusiana, E. (2013). Pendekatan sensori integrasi untuk meminimalisasi perilaku hiperaktif padaanak autis.
Mindova, S., & Karaganova, I. (2024). Physiotherapy for children with autism and hyperactivity. Journal of IMAB. https://doi.org/10.5272/jimab.2024302.5574
Aman, M. G., & Langworthy, K. S. (2000). Pharmacotherapy for hyperactivity in children with autism and other pervasive developmental disorders. Journal of Autism and Developmental Disorders. https://doi.org/10.1023/A:1005559725475
Millichap, J. G. (1988). Methylphenidate in Hyperactive Autistic Children. Pediatric Neurology Briefs. https://doi.org/10.15844/PEDNEURBRIEFS-2-4-12
Birmaher, B., Quintana, H., & Greenhill, L. L. (1988). CASE STUDY Methylphenidate Treatment of Hyperactive Autistic Children. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. https://doi.org/10.1097/00004583-198803000-00020
Huang, A. X., & Wheeler, J. J. (2006). Effective interventions for individuals with high-functional autism. International Journal of Special Education.
Abidin, M. (2023). Analysis of hyperactive child behavior and handling efforts in education. Al-Iltizam. https://doi.org/10.33477/alt.v8i1.4489
Vahabzadeh, A., Keshav, N. U., Salisbury, J. P., & Sahin, N. T. (2017). Preliminary Report on the Impact of Smartglasses-based Behavioral and Social Communication Aid on Hyperactivity in Children and Adults with Autism. bioRxiv. https://doi.org/10.1101/165514
Scroll to Top