Mengajar menulis kepada anak dengan keterbelakangan mental yang juga memiliki gangguan pendengaran memerlukan pendekatan multifaset yang mengatasi tantangan kognitif dan komunikasi. Integrasi strategi instruksional khusus, teknologi, dan upaya kolaboratif antara pendidik dan ahli patologi wicara-bahasa (SLP) dapat secara signifikan meningkatkan pengalaman belajar untuk anak-anak tersebut. Bagian berikut menguraikan metode dan pertimbangan yang efektif untuk mengajar menulis kepada populasi unik ini.
Strategi Instruksional
- Pemodelan Guru dan Praktik Terpandu: Instruksi menulis yang efektif untuk siswa dengan gangguan pendengaran menekankan pentingnya pemodelan guru dan praktik terpandu. Guru harus menunjukkan tugas menulis dan memberikan kesempatan terstruktur bagi siswa untuk mempraktikkan keterampilan ini secara mandiri, secara bertahap meningkatkan otonomi mereka dalam tugas menulis (Dunn et al., 2022).
- Instruksi Penulisan Strategis dan Interaktif (SIWI) : Pendekatan ini sangat bermanfaat bagi siswa tunarungu dan sulit mendengar. SIWI melibatkan penciptaan teks bersama dengan siswa, memungkinkan mereka untuk berlatih artikulasi dan keterampilan bahasa dalam konteks alami. Metode ini juga mendukung integrasi tujuan bicara dan bahasa dalam kegiatan menulis, mempromosikan generalisasi untuk tugas akademis (Secora et al., 2022).
- Instruksi Strategi Kognitif: Untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental, strategi kognitif yang berfokus pada pengembangan keterampilan motorik persepsi dan koordinasi visual-motorik sangat penting. Strategi ini membantu mengatasi kesulitan menulis yang umum, seperti pembalikan huruf dan tulisan tangan yang buruk, dengan meningkatkan kemampuan anak untuk memproses informasi visual dan mengontrol gerakan tangan (Baroody, 1988).
Penggunaan Teknologi
- Instruksi Berbantuan Komputer Mikro: Teknologi dapat memainkan peran penting dalam mengajar menulis kepada anak-anak dengan gangguan pendengaran. Penggunaan mikrokomputer memungkinkan pembelajaran eksplorasi, di mana anak-anak berinteraksi dengan teks, gambar, dan bahasa isyarat. Metode ini telah terbukti meningkatkan akurasi menulis dan keterampilan komunikasi umum (Prinz et al., 1985).
- Program Ejaan Berbasis Komputer: Program-program ini dapat membantu mentransfer keterampilan dari tugas berbasis komputer ke tugas menulis tradisional. Dengan mencocokkan gambar dengan kata-kata yang dicetak dan berlatih mengeja di komputer, anak-anak dapat meningkatkan akurasi ejaan tulisan mereka, yang penting untuk perkembangan tulisan (Stromer et al., 1996).
Upaya Kolaborasi
- Peran Ahli Patologi Bicara Bahasa: SLP dapat memasukkan prinsip-prinsip berbasis menulis ke dalam sesi terapi, menargetkan tujuan bicara dan bahasa di samping instruksi menulis. Kolaborasi ini memastikan bahwa kegiatan menulis selaras dengan Program Pendidikan Individual (IEP) anak dan memenuhi kebutuhan komunikasi spesifik mereka (Secora et al., 2022).
- Workshop Penulis yang Diperkaya: Kerangka kerja ini menggabungkan instruksi penulisan yang berbeda dengan komunikasi sosial dan instruksi strategi kognitif. Ini dirancang untuk siswa dengan cacat perkembangan, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan komunikasi yang kompleks, dan melibatkan kolaborasi antara guru pendidikan khusus dan SLPÂ (Sturm, 2012).
Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk mengajar menulis, penting untuk mengenali kebutuhan dan kemampuan individu setiap anak. Menyesuaikan instruksi untuk mengakomodasi perbedaan ini sangat penting untuk pembelajaran yang efektif. Selain itu, menumbuhkan motivasi dan efikasi diri dalam menulis dapat mendorong anak-anak untuk terlibat lebih dalam dengan tugas menulis, terlepas dari tantangan mereka (Graham et al., 2004).