A child in a white lace dress holds a decorative number two, symbolizing birthdays or milestones.

Bagaimana Cara Mengajarkan Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Kepada Anak Dengan Diskalkulia?

Mengajar konsep penambahan dan pengurangan kepada anak dengan diskalkulia membutuhkan pendekatan multifaset yang menggabungkan strategi pembelajaran visual, sentuhan, dan konseptual. Dyscalculia, ketidakmampuan belajar tertentu, mempengaruhi kemampuan anak untuk memahami angka dan konsep matematika, membuat metode pengajaran tradisional kurang efektif. Oleh karena itu, strategi inovatif dan berbasis bukti sangat penting untuk memfasilitasi pembelajaran pada anak-anak dengan kondisi ini. Bagian berikut menguraikan metode dan alat yang efektif untuk mengajarkan penambahan dan pengurangan kepada anak-anak dengan diskalkulia.

Kerangka Beton-Semi-Konkret-Abstrak

  • Kerangka kerja ini melibatkan penggunaan objek nyata untuk mewakili angka dan operasi, secara bertahap pindah ke representasi yang lebih abstrak.
  • Tahap konkret: Gunakan objek fisik seperti balok atau penghitung untuk menunjukkan penambahan dan pengurangan, memungkinkan anak-anak memanipulasi item secara fisik untuk memahami konsep menggabungkan atau memisahkan kelompok (Rojo & Wakim, 2022)].
  • Tahap semi-beton: Transisi ke representasi visual seperti gambar atau garis angka, yang membantu menjembatani kesenjangan antara objek fisik dan angka abstrak (Rojo & Wakim, 2022)].
  • Tahap abstrak: Memperkenalkan simbol dan persamaan numerik setelah anak memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep melalui pengalaman konkret dan semi-konkret (Rojo & Wakim, 2022).

Teknik Visualisasi

  • Kisi angka dan citra spasial dapat efektif dalam mengajarkan penambahan dan pengurangan. Alat-alat ini membantu anak-anak memvisualisasikan hubungan numerik dan operasi (P et al., 2024).
  • Teknik grid angka melibatkan penggunaan grid untuk secara visual mewakili angka dan hubungannya, yang dapat membantu dalam memahami penambahan dan pengurangan sebagai gerakan pada grid (P et al., 2024).
  • Visualisasi membantu anak-anak maju dari enaktif (manipulasi fisik) ke ikon (representasi visual) dan akhirnya ke tahap pembelajaran simbolis (pemahaman abstrak) (P et al., 2024).

Penggunaan Manipulatif dan Alat Bantu Pengajaran

  • Alat seperti sempoa atau alat bantu pengajaran yang dirancang khusus dapat memberikan cara intuitif dan interaktif untuk mempelajari penambahan dan pengurangan (Lianjun, 2013).
  • Penggunaan sempoa nyata yang dikombinasikan dengan representasi virtual dapat membantu anak-anak memahami konsep ‘membuat sepuluh’ dan strategi aritmatika lainnya (Lianjun, 2013).
  • Alat bantu pengajaran yang menggabungkan elemen sentuhan dan visual dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan dapat diakses oleh anak-anak dengan diskalkulia (Xiaoya, 2016).

Metode Jarimatika

  • Metode ini menggunakan penghitungan jari untuk mengajarkan operasi aritmatika dasar, membuat pembelajaran matematika menyenangkan dan interaktif (Hasanah et al., 2022).
  • Dengan mengaitkan angka dengan jari, anak-anak dapat mengembangkan pemahaman yang lebih intuitif tentang penambahan dan pengurangan (Hasanah et al., 2022).
  • Metode ini menekankan kenikmatan dan keterlibatan dalam kegiatan matematika, yang dapat membantu mengurangi kecemasan dan membangun kepercayaan pada anak-anak dengan diskalkulia (Hasanah et al., 2022).

Intervensi Dini dan Instruksi Remedial

  • Diagnosis dan intervensi dini sangat penting untuk anak-anak dengan diskalkulia. Instruksi remedial yang disesuaikan dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan matematika mereka (Delgado et al., 2019) (Kumar & Raja, 2012).
  • Upaya kolaboratif antara guru, orang tua, dan spesialis sangat penting untuk memberikan dukungan yang konsisten dan menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan anak (Delgado et al., 2019)].
  • Instruksi remedial harus fokus pada pengajaran konsep yang eksplisit, menggunakan bahan instruksional yang beragam untuk memenuhi gaya belajar yang berbeda (Kumar & Raja, 2012).

Sementara strategi ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengajarkan penambahan dan pengurangan kepada anak-anak dengan diskalkulia, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik dan dapat merespons secara berbeda terhadap berbagai metode. Penilaian berkelanjutan dan adaptasi strategi pengajaran diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu setiap anak. Selain itu, menumbuhkan sikap positif terhadap matematika dan mengurangi kecemasan yang terkait dengan pembelajaran matematika dapat lebih mendukung anak-anak dalam mengatasi tantangan yang terkait dengan diskalkulia.

Rojo, M., & Wakim, N. (2022). Teaching Whole Number Addition and Subtraction to Students With Learning Disabilities. Intervention In School And Clinic. https://doi.org/10.1177/10534512221081240
P, K. V., Somagutta, V., Simha, K. K., & Herur, V. (2024). Addition and Subtraction of Numbers Through Visualisation Using the Number Grid Technique Among Primary School Students. Qeios. https://doi.org/10.32388/xfa4o3
Lianjun, H. (2013). Children addition and subtraction intuitive learning device.
Xiaoya, Z. (2016). Mathematics teaching aid applicable to addition and subtraction operation by child.
Hasanah, L., Sabrina, M. T., Nazmi, S. A., Anwar, F. A., & Izzati, N. (2022). Pengembangan konsep penjumlahan dan pengurangan melalui metode jarimatika pada anak usia dini. Incrementapedia : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. https://doi.org/10.36456/incrementapedia.vol4.no2.a6641
Delgado, M. A. C., Delgado, R. I. Z., Palma, R. P., & Moya, M. E. (2019). Dyscalculia and pedagogical intervention. International Research Journal of Management, IT and Social Sciences. https://doi.org/10.21744/IRJMIS.V6N5.710
Kumar, S. P., & Raja, B. W. D. (2012). Remedial Instruction to Enhance Mathematical Ability of Dyscalculics. Journal of Educational Psychology. https://doi.org/10.26634/JPSY.6.1.1880
Scroll to Top