Mengajar kesabaran kepada anak-anak autis melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan strategi perilaku, teknik komunikasi, dan intervensi terapeutik. Kesabaran adalah keterampilan penting bagi anak-anak autis, karena membantu mereka mengelola emosi, meningkatkan interaksi sosial, dan meningkatkan pengalaman belajar. Berbagai metode telah dieksplorasi untuk mengajarkan kesabaran secara efektif, masing-masing dengan kekuatan dan aplikasinya sendiri.
Intervensi Perilaku
- Pelatihan Komunikasi Fungsional (FCT) : Pendekatan ini melibatkan identifikasi fungsi perilaku anak, seperti amarah, dan pengajaran metode komunikasi alternatif. Penundaan waktu progresif dengan isyarat visual (PDVC) telah terbukti secara efektif meningkatkan waktu tunggu dan mengurangi amukan pada anak-anak autis, menjadikannya alat yang berharga untuk mengajarkan kesabaran (Lee, 2014).
- Pengajaran Presisi:  Metode ini berfokus pada peningkatan keterampilan khusus, seperti perhatian bersama, melalui latihan terstruktur dan berulang. Telah terbukti meningkatkan tingkat respons dan mempertahankan kinerja, yang secara tidak langsung dapat menumbuhkan kesabaran dengan membangun kemampuan anak untuk menunggu dan merespons dengan tepat (Vostanis et al., 2024).
Teknik Komunikasi dan Simulasi
- Metode Komunikasi dan Simulasi: Guru di SLB-C Silih Asih menggunakan komunikasi, simulasi, latihan, dan petunjuk untuk mengajarkan kesabaran. Metode-metode ini efektif bila diterapkan dengan kesabaran, memungkinkan anak-anak untuk secara bertahap mengejar keterlambatan perkembangan(“Implementasi Sabar dalam Mendidik Anak Tunagrahita”, 2023).
- Terapi Kelambatan:  Terapi ini melibatkan memperlambat presentasi rangsangan untuk membantu anak-anak autis memproses informasi dengan kecepatan mereka sendiri. Telah terbukti meningkatkan komunikasi dan mengurangi perilaku yang tidak pantas, yang dapat berkontribusi untuk mengembangkan kesabaran (Gepner et al., 2021).
Strategi Pendidikan
- Pembelajaran Perkembangan dan Berurutan: Model DS1-EI menekankan pembelajaran perkembangan dan berurutan, di mana aktivitas diubah setiap 10-15 menit untuk mempertahankan perhatian. Pendekatan ini membantu anak-anak belajar mengantisipasi dan menunggu transisi, sehingga menumbuhkan kesabaran( Tanet et al., 2016).
- Classroom Pivotal Response Teaching (CPRT) :Â Metode ini meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, yang dapat meningkatkan kesabaran saat anak-anak belajar menunggu giliran mereka dan menanggapi isyarat sosial(Stahmer et al., 2022).
Pendekatan Gameful dan Filosofis
- Strategi Permainan:  Memasukkan gamifikasi dan pembelajaran berbasis game dapat membuat proses pengajaran kesabaran lebih menarik bagi anak-anak autis. Strategi ini menyediakan lingkungan terstruktur di mana anak-anak dapat berlatih menunggu dan bergiliran dalam konteks yang menyenangkan (Honorato et al., 2024).
- Debat Filsafat dan Sastra: Â Menggunakan literatur anak-anak dan diskusi filosofis dapat membantu anak-anak memahami pentingnya kesabaran dan mengenali situasi di mana menunggu diperlukan. Pendekatan ini telah terbukti meningkatkan keterampilan mendengarkan dan interaksi sosial(Segond, 2016).
Sementara strategi ini menawarkan hasil yang menjanjikan, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu setiap anak. Beberapa anak mungkin merespons isyarat visual dengan lebih baik, sementara yang lain mungkin mendapat manfaat lebih dari pembelajaran berbasis permainan atau diskusi filosofis. Selain itu, peran pendidik dan pengasuh sangat penting, karena kesabaran dan pemahaman mereka dapat secara signifikan mempengaruhi efektivitas intervensi ini. Dengan menggabungkan pendekatan ini, pendidik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung yang mendorong pengembangan kesabaran pada anak-anak autis.