Parents and child enjoying drawing together on the floor, creating memories.

Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Menulis Namanya Sendiri?

Mengajar seorang anak untuk menulis nama mereka sendiri adalah langkah mendasar dalam pengembangan literasi awal, sering kali berfungsi sebagai kata pertama yang dipelajari seorang anak untuk menulis. Proses ini dapat didekati melalui berbagai metode, masing-masing disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan kebutuhan individu. Strategi berkisar dari program terstruktur hingga praktik yang lebih informal dan didorong secara sosial. Di bawah ini adalah beberapa metode dan pertimbangan yang efektif untuk mengajar anak menulis nama mereka.

Program dan Teknik Terstruktur

  • Tulisan Tangan Tanpa Air Mata (HWT) : Kurikulum ini dirancang untuk mengajar anak-anak menulis nama mereka dengan ukuran, bentuk, dan bentuk yang sesuai. Ini menggunakan prosedur imitasi, jejak, penyalinan, dan memori yang dimodifikasi, yang telah terbukti efektif bahkan untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan atau gangguan spektrum autisme (ASD) (Steele et al., 2015). Program ini menekankan pembelajaran multisensori dan memberikan dukungan terstruktur untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan tulisan tangan.

  • Pemodelan Video dan Rantaian Belakang: Untuk anak-anak dengan ASD, pemodelan berbasis video yang dikombinasikan dengan rantai mundur dan penguatan bisa efektif. Metode ini melibatkan menunjukkan kepada anak bagaimana menulis setiap huruf dari namanya melalui video, kemudian secara bertahap mengajari mereka untuk menulis seluruh nama dengan memulai dengan huruf terakhir dan bekerja ke belakang (Moore et al., 2013).

Perspektif Sosial dan Linguistik

  • Keterlibatan Keluarga dan Pengasuh: Mendorong anak-anak untuk mengenali dan menulis nama mereka seringkali merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan anggota keluarga. Interaksi sosial ini dapat meningkatkan minat dan motivasi anak untuk mempelajari nama mereka, karena seringkali merupakan kata pertama yang mereka kenali dan coba tulis (Levin & Aram, 2005). Kegiatan menulis bersama dengan orang tua dapat memanfaatkan pengetahuan anak yang ada tentang nama mereka untuk memfasilitasi pembelajaran (Levin & Aram, 2005).

  • Konteks Budaya dan Linguistik: Proses belajar menulis nama seseorang dapat bervariasi di berbagai bahasa dan budaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak sering menulis nama mereka pada tingkat yang lebih tinggi daripada kata-kata lain, menunjukkan pendekatan kognitif yang unik untuk menulis nama ( Levin et al., 2005). Ini menunjukkan bahwa penulisan nama dapat menjadi pintu gerbang ke keterampilan melek huruf yang lebih luas.

Pertimbangan Perkembangan

  • Keterampilan Literasi yang Muncul: Penulisan nama adalah komponen penting dari literasi yang muncul, memberikan wawasan tentang pemahaman anak tentang huruf, urutan, dan organisasi spasial (Haney, 2002). Ini sering merupakan langkah pertama menuju penulisan fonetik, ketika anak-anak mulai mengasosiasikan huruf dengan suara, dimulai dengan huruf dalam nama mereka sendiri (Anna & Bus, 2008).

  • Minat dan Motivasi:  Anak-anak secara alami menunjukkan minat untuk menulis nama mereka sendiri, yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran mereka. Kegiatan yang melibatkan minat ini, seperti membuat kenang-kenangan nama tertulis pertama mereka, dapat memperkuat pembelajaran mereka dan memberikan rasa pencapaian (Carlo, 2008).

Sementara program dan teknik terstruktur memberikan pendekatan sistematis untuk mengajar penulisan nama, penting untuk mempertimbangkan minat individu dan konteks sosial anak. Melibatkan anggota keluarga dan memanfaatkan praktik yang relevan secara budaya dapat meningkatkan pengalaman belajar. Selain itu, mengenali minat alami anak pada nama mereka dapat menjadi motivator yang kuat dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang beragam ini menyoroti sifat beragam dari pengajaran penulisan nama, menekankan pentingnya mengadaptasi metode agar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan unik setiap anak.

Leithwood, K., & Patrician, P. (2015). Changing the Educational Culture of the Home to Increase Student Success at School. https://doi.org/10.3390/SOC5030664
Ferizea, G. W., & Kumalasari, D. (2021). Psikoedukasi mendampingi anak belajar dari rumah melalui buku saku untuk orang tua. Batuah. https://doi.org/10.33654/batuah.v1i2.1362
Saputra, H. A., Fada, M. F., Amri, I., Yazyd, M. A., Alifah, N., Inasa, H. D., & Setyorini, A. P. A. (2024). Effective Learning Guidance Program in Improving the Calistung Ability of Children Aged 5-10 Years in Sudipayung Village. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dan Agama. https://doi.org/10.55606/semnaspa.v5i1.2082
Zeece, P. D., & Wallace, B. M. (2009). Books and Good Stuff: A Strategy for Building School to Home Literacy Connections. Early Childhood Education Journal. https://doi.org/10.1007/S10643-009-0325-0
Berkowitz, T., Schaeffer, M. W., Maloney, E. A., Peterson, L., Gregor, C., Levine, S. C., & Beilock, S. L. (2015). Math at home adds up to achievement in school. Science. https://doi.org/10.1126/SCIENCE.AAC7427
Suardi, S. (2017). Development of Potential Local-Based Edukative Book; A Child Stimulation Guide at Home.
McCormick, M. P., Weissman, A. K., Weiland, C., Hsueh, J., Sachs, J., & Snow, C. E. (2020). Time Well Spent: Home Learning Activities and Gains in Children’s Academic Skills in the Prekindergarten Year. Developmental Psychology. https://doi.org/10.1037/DEV0000891
Scroll to Top