Mengajar anak autis untuk memahami aturan sosial melibatkan pendekatan multifaset yang memanfaatkan berbagai strategi dan intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap anak. Social Storiesâ„¢, pembelajaran berbasis aturan, metode simulasi, dan strategi pendidikan inklusif adalah salah satu metode efektif yang diidentifikasi dalam penelitian. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan interaksi sosial dengan memanfaatkan kekuatan anak-anak dengan autisme, seperti kemampuan mereka untuk mensistematisasikan dan belajar melalui pengulangan dan alat bantu visual. Di bawah ini adalah strategi dan wawasan utama dari penelitian tentang pengajaran aturan sosial kepada anak-anak dengan autisme.
Social Storiesâ„¢ dan Pembelajaran Berbasis Aturan
- Cerita Sosial: Intervensi ini melibatkan pembuatan narasi pribadi yang menggambarkan situasi sosial dan tanggapan yang tepat. Ini membantu anak-anak dengan autisme memahami isyarat dan harapan sosial dengan memecah interaksi sosial yang kompleks menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola. Akun teoritis berbasis aturan menunjukkan bahwa Social Storiesâ„¢ dapat diadaptasi untuk melibatkan semua pihak dalam pengembangan dan penyampaian, mengatasi ‘masalah empati ganda’ dengan memanfaatkan kekuatan autis dalam mensistematisasikan, atau memahami sistem melalui aturan ‘jika-dan’Â (Camilleri et al., 2023).
- Perilaku yang Diatur Aturan (RGB) : Mengajar anak-anak dengan autisme untuk mengikuti deskripsi verbal tentang kontinjensi dapat membantu mereka menavigasi situasi sosial tanpa pengalaman langsung. Pelatihan contoh ganda (MET) telah terbukti meningkatkan akuisisi dan generalisasi RGB, memungkinkan anak-anak untuk menerapkan aturan yang dipelajari dalam berbagai pengaturan dan dengan orang yang berbeda (“Rule-Governed Behavior: Teaching Essential School Readiness Skills via Rule-Following to Children with Autism”, 2022).
Simulasi dan Pemodelan Video
- Metode Simulasi: Ini melibatkan peniruan aktivitas kehidupan nyata yang diawasi di lingkungan yang terkendali. Pemodelan video, suatu bentuk simulasi, telah efektif dalam mengajarkan keterampilan sosial dengan memungkinkan anak-anak untuk mengamati dan meniru perilaku yang ditunjukkan dalam video. Metode ini memberikan pengalaman hidup untuk melatih keterampilan sosial, seperti menyapa dan berbagi, dan telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pencapaian tujuan di antara anak-anak dengan autisme (“Development of Social Skills by Using Simulation Method for Children with Autism Spectrum Disorder”, 2023).
- Augmented Reality (AR) dan Board Games: Menggunakan teknologi AR, cerita sosial dapat diubah menjadi permainan papan interaktif yang mengajarkan anak-anak untuk memprioritaskan situasi sosial dan merespons dengan tepat. Metode ini membantu anak-anak memahami urutan acara sosial dan meningkatkan keterampilan timbal balik sosial mereka (Hsu & Lee, 2020).
Pendidikan Inklusif dan Dukungan Rekan
- Pendidikan Inklusif: Mengintegrasikan anak-anak dengan autisme ke dalam pendidikan arus utama dengan dukungan yang tepat dapat meningkatkan keterampilan interaksi sosial mereka. Strategi seperti dukungan sebaya, intervensi individual, dan modifikasi lingkungan telah berhasil dalam mempromosikan keterampilan sosial dalam pengaturan inklusif (Xue, 2025).
- Kolaborasi Rumah-Sekolah: Kolaborasi antara pendidik dan keluarga sangat penting dalam memperkuat keterampilan sosial yang dipelajari di sekolah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemitraan ini memastikan konsistensi dan dukungan di berbagai lingkungan (Xue, 2025).
Tantangan dan Pertimbangan
Sementara strategi ini menawarkan hasil yang menjanjikan, penting untuk mengenali tantangan dalam mengajar keterampilan sosial kepada anak-anak dengan autisme. Setiap anak adalah unik, dan intervensi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan spesifik mereka. Selain itu, motivasi untuk terlibat dalam interaksi sosial dapat bervariasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang menarik sangat penting untuk menumbuhkan keinginan sosial (Bălaș-Baconschi & Barbulescu, 2022). Selain itu, kompleksitas rangsangan sosial dan ketergantungan pada memori kerja visual dapat mempengaruhi proses pembelajaran, menunjukkan perlunya strategi tambahan atau alternatif (Bettoni et al., 2022).
Kesimpulannya, mengajarkan aturan sosial kepada anak-anak dengan autisme membutuhkan pendekatan komprehensif yang menggabungkan berbagai strategi, termasuk Social Storiesâ„¢, pembelajaran berbasis aturan, simulasi, dan pendidikan inklusif. Metode-metode ini harus disesuaikan dengan kekuatan dan kebutuhan individu setiap anak, memastikan bahwa keduanya efektif dan menarik. Sementara tantangan ada, penelitian dan kolaborasi yang berkelanjutan antara pendidik, keluarga, dan peneliti dapat mengarah pada intervensi yang lebih halus dan berhasil.