Mengajar anak autis untuk bersosialisasi melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan berbagai strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap anak. Penelitian ini menyoroti beberapa metode yang efektif, termasuk penggunaan teknologi, simulasi, pelatihan kelompok, dan intervensi yang dibantu orang tua. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan menyediakan lingkungan yang terstruktur dan mendukung di mana anak-anak dapat belajar dan mempraktikkan interaksi sosial. Di bawah ini adalah pendekatan utama yang berasal dari makalah penelitian.
Intervensi Berbasis Teknologi
- Narasi dan Aplikasi Sosial: Kurikulum DISTNT mengintegrasikan narasi sosial dengan aplikasi seluler untuk membantu remaja usia transisi dengan ASD Level 1 mengembangkan keterampilan sosial, terutama dalam konteks pekerjaan. Pendekatan ini memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif (Klein et al., 2024).
- Chatbots dan Teman Virtual: Alat seperti “Amy,” pendamping berbicara virtual, menggunakan penceritaan untuk mempersiapkan anak-anak dengan ASD Level 1 untuk interaksi sosial. Chatbot ini menawarkan interaksi berbasis percakapan individual yang aman yang membantu anak-anak memahami isyarat dan emosi sosial (Gagan et al., 2023).
Simulasi dan Pemodelan Video
- Metode Simulasi: Pemodelan video, suatu bentuk simulasi, memungkinkan anak-anak dengan ASD untuk mengamati dan meniru perilaku dalam pengaturan yang terkontrol. Metode ini telah terbukti meningkatkan keterampilan sosial tertentu, seperti menyapa dan berbagi, dengan menyediakan skenario seperti aslinya untuk praktik (“Development of Social Skills by Using Simulation Method for Children with Autism Spectrum Disorder”, 2023).
Pelatihan Keterampilan Sosial Kelompok
- Intervensi Berbasis Kelompok: Pelatihan Keterampilan Sosial Kelompok (GSST) dan Intervensi Keterampilan Sosial Berbasis Kelompok (GSSI) efektif dalam mengatasi gangguan sosial pada anak-anak dengan ASD. Program-program ini menyediakan lingkungan terstruktur di mana anak-anak dapat mempraktikkan interaksi sosial dengan teman sebaya, meningkatkan keterampilan seperti kesadaran sosial, komunikasi, dan motivasi (Liao et al., 2024) (Gajre et al., 2024).
Program yang Dibantu Orang Tua
- Program Kolaborasi Berpusat di Rumah: Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran melalui program berbasis rumah dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan sosial. Program-program ini mendorong orang tua untuk terlibat dalam kegiatan dengan anak-anak mereka, membantu mereka mempelajari komunikasi yang tepat dan perilaku sosial (Parker, 2022).
- Intervensi Persahabatan yang Dibantu Orang Tua: Program seperti Pelatihan Persahabatan Anak melibatkan orang tua dalam mengajar keterampilan sosial, yang telah menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan permainan dan interaksi sosial di antara anak-anak dengan ASD (Tara et al., 2024).
Cerita Sosial dan Narasi
- Kisah Sosial: Ini digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pantas dan meningkatkan keterampilan sosial dengan membuat lingkungan sosial lebih menarik dan dapat dimengerti bagi anak-anak dengan ASD. Cerita sosial membantu anak-anak memahami niat di balik interaksi sosial, yang sangat penting untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang konteks sosial (Bălaș-Baconschi & Barbulescu, 2022)].
Meskipun metode ini menunjukkan harapan, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu setiap anak dengan autisme. Efektivitas intervensi ini dapat bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti tingkat autisme anak, usia, dan tantangan sosial tertentu. Selain itu, faktor budaya dan kontekstual, seperti yang diamati di berbagai negara, dapat mempengaruhi aksesibilitas dan implementasi program-program ini (Liao et al., 2024) (Akhmetzyanova et al., 2024). Oleh karena itu, pendekatan yang dipersonalisasi yang menggabungkan berbagai strategi dan melibatkan pengasuh dan pendidik sangat penting untuk mendorong sosialisasi pada anak-anak dengan autisme.