Mengajar anak dengan cerebral palsy (CP) untuk menghitung tanpa menyebabkan kecemasan melibatkan penggunaan strategi yang disesuaikan, menarik, dan mendukung yang mengakomodasi kebutuhan unik mereka. Anak-anak dengan CP sering menghadapi tantangan dalam keterampilan motorik dan fungsi kognitif, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar aritmatika. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan metode yang efektif dan mengurangi kecemasan. Bagian berikut menguraikan berbagai strategi dan alat yang dapat digunakan untuk mengajarkan berhitung kepada anak-anak dengan CP, berdasarkan wawasan dari penelitian terbaru.
Alat Pembelajaran yang Disesuaikan
- Media Pembelajaran Kotak Hitung: Alat ini berfungsi sebagai bantuan visual dan nyata yang membantu anak-anak dengan CP menghitung angka dari 1 hingga 10. Telah terbukti meningkatkan keterampilan aritmatika dengan menyediakan cara konkret untuk memvisualisasikan angka, yang dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak yang berjuang dengan konsep abstrak (Rizky et al., 2024).
- Permainan Meja Berwujud: Game-game ini menggabungkan interaksi fisik dan dirancang untuk mendukung terapi untuk anak-anak dengan CP. Dengan menggunakan antarmuka yang nyata, anak-anak dapat terlibat dalam gerakan berulang yang bersifat terapeutik dan mendidik, membantu mereka belajar berhitung dalam lingkungan yang menyenangkan dan bebas stres (Li et al., 2008).
Pembelajaran yang Ditingkatkan Teknologi
- Instruksi Berbantuan Komputer: Project CALM (Hitung Dan Belajar Matematika) menggunakan instruksi berbantuan komputer untuk meningkatkan keterampilan menghitung dasar. Metode ini telah efektif dalam meningkatkan kinerja peserta didik dengan kebutuhan pendidikan khusus, termasuk mereka dengan CP, dengan menyediakan kegiatan interaktif dan menarik yang memenuhi kecepatan belajar mereka(Guañez, 2023).
- Pembelajaran Berbasis Gerakan dengan Realitas Virtual: Pendekatan ini memungkinkan anak-anak dengan CP untuk belajar menghitung melalui gerakan tubuh dan interaksi virtual. Sifat imersif dari realitas virtual dapat membuat pembelajaran lebih intuitif dan tidak terlalu menimbulkan kecemasan, karena memberikan umpan balik langsung dan rasa pencapaian(Lee, 2012).
Pemantauan Diri dan Intervensi Perilaku
- Teknik Pemantauan Mandiri: Menerapkan strategi pemantauan diri, seperti pemantauan diri berisyarat taktil dengan grafik diri, dapat membantu anak-anak dengan CP meningkatkan kompetensi matematika mereka. Metode ini mendorong kemandirian dan pengaturan diri, yang dapat mengurangi kecemasan dengan memberi anak-anak rasa kontrol atas proses belajar mereka (Sheehey et al., 2017).
- Hitung: Alat ini membantu anak-anak memantau perilaku dan kemajuan mereka sendiri dalam menghitung tugas. Dengan menggunakan alat bantu visual untuk melacak pencapaian mereka, anak-anak dapat mengembangkan kontrol diri dan motivasi, yang sangat penting untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan hasil belajar (Daly & Ranalli, 2003).
Pendekatan Kolaboratif dan Suportif
- Intervensi yang Dibangun Bersama: Melibatkan orang tua, terapis, dan pendidik dalam pengembangan rencana pembelajaran yang dipersonalisasi dapat memastikan bahwa kekuatan dan kebutuhan anak ditangani. Pendekatan kolaboratif ini dapat menghasilkan pengalaman belajar yang lebih efektif dan tidak terlalu menegang (Neveu et al., 2023).
- Strategi Kelas Terapeutik: Guru dapat mengadopsi pendekatan terapeutik yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan CP, memastikan bahwa lingkungan belajar mendukung dan mengakomodasi kebutuhan mereka (Dupont & Tucker, 1985).
Sementara strategi ini menawarkan cara-cara yang menjanjikan untuk mengajarkan berhitung kepada anak-anak dengan CP, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Penilaian berkelanjutan dan adaptasi metode pengajaran sangat penting untuk memenuhi kebutuhan setiap anak yang terus berkembang. Selain itu, sementara teknologi dan alat inovatif dapat secara signifikan membantu pembelajaran, mereka harus digunakan bersama dengan metode tradisional dan interaksi manusia untuk memberikan pengalaman pendidikan yang seimbang dan komprehensif.