Mengajar anak dengan autisme pengurangan sederhana melibatkan penggunaan strategi khusus yang memenuhi kebutuhan belajar unik mereka. Strategi ini harus terstruktur, konsisten, dan menggabungkan unsur-unsur penguatan dan manajemen diri untuk memastikan pembelajaran yang efektif. Proses ini harus disesuaikan dengan karakteristik pemrosesan kognitif dan sensorik anak, memastikan bahwa lingkungan belajar mendukung dan kondusif untuk kebutuhan mereka. Di bawah ini adalah beberapa strategi dan metode utama yang berasal dari makalah penelitian yang disediakan.
Penilaian dan Prasyarat
- Sebelum memulai instruksi, sangat penting untuk menilai keterampilan dan prasyarat anak saat ini. Alat seperti Assessment of Basic Language and Learning Skills (ABLLS) dapat digunakan untuk mengevaluasi bahasa dan perilaku belajar anak (Wiart, 2008)].
- Memahami fungsi kognitif anak, seperti kemampuan memori dan pemrosesan informasi mereka, sangat penting. Anak-anak dengan autisme mungkin memiliki memori jangka pendek yang buruk dan kesulitan dengan pemrosesan informasi berurutan (Wiart, 2008).
Pendekatan Pengajaran Terstruktur
- Pendekatan Percobaan Diskrit efektif untuk mengajar anak-anak dengan autisme. Metode ini melibatkan pemecahan tugas menjadi bagian-bagian kecil yang dapat dikelola dan menggunakan penguatan positif untuk mendorong respons yang benar (Din & McLaughlin, 2000).
- Rencana pelajaran tiga langkah dapat digunakan: menyajikan objek atau gambar baru, meminta anak untuk mengidentifikasinya, dan kemudian meminta anak menamainya. Pendekatan terstruktur ini membantu dalam memperkuat pembelajaran dan memastikan pemahaman (Wiart, 2008).
Teknik Manajemen Diri
- Strategi manajemen diri, termasuk pemantauan diri dan penguatan diri, dapat efektif dalam mengurangi perilaku bermasalah dan meningkatkan pembelajaran. Teknik-teknik ini memberdayakan anak-anak untuk mengendalikan pembelajaran dan perilaku mereka (Bonow, 2010) (Mancina et al., 2000).
- Menerapkan manajemen diri dalam pengaturan kelas dapat membantu mengurangi perilaku yang tidak pantas, seperti vokalisasi, dan meningkatkan fokus pada tugas belajar (Mancina et al., 2000).
Pertimbangan Sensorik
- Anak-anak dengan autisme sering mengalami kepekaan sensorik, yang dapat mempengaruhi pembelajaran mereka. Memahami dan mengakomodasi kepekaan ini, seperti intoleransi suara, penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung (Lawson et al., 2015).
- Strategi untuk mengelola sensitivitas sensorik termasuk meminimalkan gangguan dan menggunakan bahan dan pengaturan yang ramah sensorik (Lawson et al., 2015).
Keterampilan Komunikasi dan Sosus
- Mengajar keterampilan komunikasi, seperti pelatihan mand, dapat membantu anak-anak dengan autisme mengekspresikan kebutuhan mereka dan berinteraksi dengan orang lain. Ini melibatkan mengajar anak-anak untuk meminta tindakan dari orang lain, yang dapat meningkatkan interaksi sosial mereka dan mengurangi frustrasi (Terry, 2015).
- Pelatihan keterampilan sosial harus diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran untuk membantu anak-anak dengan autisme terlibat lebih efektif dengan teman sebaya dan orang dewasa (Ashcroft et al., 2009).
Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk mengajar anak-anak dengan autisme, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Pendidik dan pengasuh harus fleksibel dan mau menyesuaikan metode mereka untuk memenuhi kebutuhan individu setiap anak. Selain itu, kolaborasi dengan spesialis dan penilaian berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa strategi pengajaran tetap efektif dan relevan dengan perkembangan anak.