Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Autisme Memahami Cerita?

Mengajar anak autis untuk memahami cerita melibatkan pendekatan multifaset yang memanfaatkan berbagai strategi instruksional yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar unik anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Strategi ini berfokus pada peningkatan pemahaman naratif, keterampilan bahasa, dan interaksi sosial melalui metode terstruktur dan adaptif. Bagian berikut menguraikan teknik dan intervensi yang efektif berdasarkan penelitian terbaru.

Teknik Mendongeng

• Metode Rantai: Penelitian yang membandingkan metode rantai reguler dan rantai back-to-front menemukan bahwa rantai reguler lebih efektif untuk mengajar anak-anak dengan ASD menceritakan kembali cerita. Metode ini melibatkan penyajian cerita secara berurutan dan secara bertahap mengurangi petunjuk, yang membantu anak-anak menginternalisasi struktur narasi (Matos et al., 2021).
• Pengajaran Presisi: Pendekatan ini menggunakan latihan berjangka waktu untuk meningkatkan frekuensi respons yang benar dalam mendongeng. Dengan secara bertahap meningkatkan kompleksitas dan interval waktu, anak-anak dapat meningkatkan kelancaran narasi mereka dan memasukkan deskripsi emosional ke dalam cerita mereka (Schirmer et al., 2007).

Dukungan Visual dan Interaktif

• Pemetaan Cerita dan Pemodelan Mandiri Video: Menggabungkan Teater Pembaca, pemetaan cerita, dan pemodelan diri video telah terbukti meningkatkan pemahaman bacaan naratif pada anak-anak dengan ASD. Intervensi ini membantu anak-anak memvisualisasikan elemen cerita dan memodelkan perilaku naratif yang sesuai (Drill & Bellini, 2021).
• Dukungan Visual dan Piktogram: Memanfaatkan alat bantu visual seperti piktogram dapat meningkatkan pemahaman dan retensi konten cerita. Metode ini memanfaatkan memori visual yang kuat yang sering ditemukan pada anak-anak dengan ASD, membuat konsep abstrak lebih konkret (Aguiar-Aguiar et al., 2020) (Guanoluisa et al., 2021).

Intervensi Teknologi

• Virtual Agent Story Interface (VASI) : Alat pembelajaran berbantuan komputer ini menggunakan karakter virtual dengan memori otobiografi untuk membantu anak-anak memahami struktur narasi dan mengingat peristiwa cerita. Sifat interaktif VASI memungkinkan anak-anak untuk terlibat dengan cerita secara dinamis, mendorong pemahaman yang lebih baik (Ho et al., 2009).

Pembelajaran Soal dan Kontekstual

• Cerita Sosus dan Permainan Peran: Menerapkan intervensi Cerita Soal dalam pengaturan kelas yang inklusif dapat meningkatkan pemahaman dan perilaku sosial. Metode ini melibatkan membaca cerita yang disesuaikan dan terlibat dalam permainan peran untuk mempraktikkan interaksi sosial yang tepat (Chan & O’Reilly, 2008).
• Pembacaan Cerita Dialogik: Pendekatan ini menekankan sesi membaca interaktif di mana anak-anak didorong untuk berdiskusi dan merenungkan cerita, meningkatkan keterampilan bahasa lisan dan hubungan sosial mereka (Lundy, 2020).

Pengembangan Bahasa dan Pemahaman

• Mendongeng Intraverbal: Mengajar anak-anak untuk menceritakan kembali cerita menggunakan petunjuk intraverbal (gema dan visual) dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengingat dan menceritakan kisah. Metode ini juga menggabungkan sistem penghargaan untuk memotivasi pembelajaran (Matos et al., 2017).
• Pelatihan Koherensi Pusat: Intervensi instruksional yang berfokus pada peningkatan koherensi pusat dapat membantu anak-anak dengan ASD menghubungkan elemen naratif dan meningkatkan pemahaman mereka tentang urutan cerita (Engel & Ehri, 2021).

Sementara strategi ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengajarkan pemahaman cerita kepada anak-anak dengan autisme, penting untuk mempertimbangkan perbedaan dan preferensi individu. Beberapa anak mungkin merespons alat bantu visual dengan lebih baik, sementara yang lain mungkin mendapat manfaat lebih dari intervensi interaktif atau teknologi. Menyesuaikan pendekatan dengan kebutuhan dan kekuatan unik setiap anak sangat penting untuk hasil pembelajaran yang efektif. Selain itu, penelitian dan adaptasi yang sedang berlangsung dari metode ini dapat lebih meningkatkan kemanjurannya dalam pengaturan pendidikan yang beragam.