Mengajar anak dengan autisme konsep berbagi melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan intervensi perilaku, pelatihan keterampilan sosial, dan lingkungan belajar yang ditingkatkan teknologi. Anak-anak dengan autisme sering menghadapi tantangan dalam interaksi sosial, termasuk berbagi, karena kesulitan dalam memahami perspektif orang lain dan isyarat sosial. Strategi pengajaran yang efektif dapat membantu anak-anak ini mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berbagi dengan teman sebaya, yang sangat penting untuk integrasi dan perkembangan sosial mereka. Bagian berikut menguraikan metode dan temuan utama dari penelitian tentang berbagi pengajaran kepada anak-anak dengan autisme.
Pelatihan Beberapa Contoh
- Pelatihan beberapa contoh melibatkan penggunaan berbagai rangsangan dan konteks untuk mengajarkan repertoar umum perilaku berbagi. Pendekatan ini telah terbukti meningkatkan perilaku berbagi pada anak-anak dengan autisme dengan menggunakan pemodelan video, mendorong, dan teknik penguatan.
- Dalam sebuah penelitian, anak-anak menunjukkan peningkatan penawaran untuk berbagi dan mempertahankan keterampilan ini dari waktu ke waktu. Pelatihan ini juga memfasilitasi generalisasi perilaku berbagi di berbagai pengaturan dan dengan berbagai rangsangan dan individu (Marzullo-Kerth et al., 2011).
Rencana Intervensi Multikomponen
- Rencana intervensi multikomponen dapat secara efektif mengajarkan berbagi dengan memasukkan pujian priming, dorongan, dan kontingen. Pendekatan ini digunakan di kelas prasekolah terintegrasi, di mana seorang anak dengan autisme berlatih berbagi dengan teman sebaya di bawah bimbingan seorang instruktur.
- Intervensi menyebabkan peningkatan berbagi verbal dan fisik, dengan anak mencapai tingkat berbagi yang sebanding dengan teman sebaya. Validitas sosial intervensi dikonfirmasi oleh staf kelas, menyoroti penerimaan dan efektivitasnya (Sawyer et al., 2005).
Pembelajaran yang Ditingkatkan Teknologi
- Lingkungan belajar yang ditingkatkan teknologi, seperti sistem komputer berbasis skenario, dapat mendukung pengembangan keterampilan berbagi pada anak-anak dengan autisme. Sistem ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi dan berlatih berbagi dalam pengaturan interaktif yang terkontrol.
- Teknologi semacam itu dapat meningkatkan kesadaran dan interaksi sosial, membantu anak-anak yang terisolasi secara sosial untuk menjadi lebih berjejaring sosial (Menzies, 2011).
Perkembangan Sosial-Kognitif
- Memahami aspek sosial-kognitif dari berbagi sangat penting. Anak-anak dengan autisme mungkin mengenali kebutuhan orang lain tetapi mungkin kurang termotivasi untuk menindaklanjutinya, terutama ketika biaya berbagi dianggap tinggi.
- Penelitian menunjukkan bahwa sementara anak-anak dengan autisme dapat membedakan antara situasi yang membutuhkan bantuan dan yang tidak, mereka mungkin masih berjuang dengan motivasi untuk terlibat dalam perilaku berbagi (Dunfield et al., 2019).
Analisis Perilaku Terapan (ABA)
- Teknik ABA, termasuk pemodelan, permainan peran, dan penguatan, efektif dalam mengajarkan keterampilan sosial seperti berbagi. Metode-metode ini dapat disesuaikan dengan kekuatan anak dan digunakan di lingkungan rumah dan sekolah.
- Orang tua dan pendidik dapat menggunakan permainan, cerita sosial, dan jadwal kegiatan untuk membuat pembelajaran menarik dan efektif (Weiss & Harris, 2001).
Meskipun metode ini menjanjikan, penting untuk mempertimbangkan perbedaan individu di antara anak-anak dengan autisme. Beberapa anak mungkin merespons intervensi tertentu lebih baik daripada yang lain, dan penilaian berkelanjutan dan adaptasi strategi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unik setiap anak. Selain itu, membina lingkungan inklusif di mana anak-anak dengan autisme dapat berlatih berbagi dengan teman sebaya yang biasanya berkembang dapat meningkatkan efektivitas intervensi ini.