Mendiagnosis cerebral palsy (CP) melibatkan pendekatan multifaset yang menggabungkan penilaian klinis, neuroimaging, dan semakin banyak inovasi teknologi. CP adalah gangguan neurologis kompleks yang mempengaruhi fungsi motorik dan biasanya didiagnosis pada anak usia dini. Diagnosis dini dan akurat sangat penting untuk memulai intervensi tepat waktu yang secara signifikan dapat meningkatkan hasil untuk anak-anak yang terkena dampak. Bagian berikut menguraikan metode dan alat utama yang digunakan dalam diagnosis CP.
Penilaian Klinis
- Penilaian Gerakan Umum (GMA) : Ini adalah metode pengamatan non-invasif yang digunakan untuk menilai gerakan spontan bayi. Hal ini sangat efektif dalam mengidentifikasi bayi berisiko tinggi untuk CP sejak usia tiga bulan (Kim & Maitre, 2024) (Haataja, 2020).
- Pemeriksaan Neurologis Bayi Hammersmith (HINE) : Pemeriksaan neurologis standar ini digunakan untuk menilai fungsi motorik bayi dan direkomendasikan untuk digunakan sebelum dan setelah usia lima bulan yang dikoreksi (Haataja, 2020).
- Penilaian Motorik Standar: Ini termasuk alat seperti Timbangan Motor Perkembangan Peabody, yang digunakan untuk mengevaluasi keterampilan motorik dan mengidentifikasi potensi keterlambatan perkembangan (Hornby et al., 2024).
Teknik Neuroimaging
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI adalah alat penting dalam mendiagnosis CP, karena dapat mengungkapkan kelainan pada struktur otak di lebih dari 80% kasus. Ini sering merupakan langkah pertama setelah penilaian klinis dan sangat berguna dalam mengidentifikasi penyebab yang mendasari CP (Horber et al., 2021).
- Ultrasonografi tengkorak: Ini adalah alternatif untuk MRI, terutama dalam pengaturan di mana MRI tidak layak. Ini digunakan untuk mendeteksi cedera otak pada neonat(Haataja, 2020).
Inovasi Teknologi
- Pembelajaran Mesin dan Jaringan Saraf: Kemajuan terbaru termasuk penggunaan algoritma pencarian arsitektur saraf untuk mengembangkan model yang dapat mendeteksi CP dengan akurasi tinggi. Model-model ini sangat bermanfaat dalam pengaturan sumber daya yang terbatas di mana akses ke ahli medis terbatas (Tempel et al., 2024).
- Sistem Pakar: Sistem ini menggunakan metode seperti Penalaran Berbasis Kasus dan Teori Dempster-Shafer untuk mensimulasikan proses diagnosis ahli. Mereka menyediakan antarmuka yang ramah pengguna untuk mendiagnosis CP berdasarkan masukan gejala, menawarkan kemungkinan persentase CP dan menyarankan opsi pengobatan (Antoni, 2023) (Erkamim et al., 2023).
Analisis Genetik
- Pengujian Genetik: Meskipun bukan alat diagnostik utama, pengujian genetik semakin dipertimbangkan, terutama dalam kasus di mana temuan neuroimaging menunjukkan asal genetik. Hal ini sangat relevan ketika ada riwayat keluarga yang positif atau ketika faktor penyebab eksternal tidak tersedia (Horber et al., 2021).
Tantangan dan Pertimbangan
Terlepas dari ketersediaan alat diagnostik ini, beberapa tantangan tetap ada. Hambatan untuk diagnosis dini termasuk variabilitas gejala CP, kurangnya biomarker, dan akses terbatas ke alat diagnostik canggih di beberapa wilayah(Kim & Maitre, 2024) (Hornby et al., 2024). Selain itu, ada kebutuhan untuk perubahan kebijakan dan organisasi untuk mendukung penerapan pedoman deteksi dini (Hornby et al., 2024). Sementara kemajuan teknologi menawarkan solusi yang menjanjikan, integrasinya ke dalam praktik klinis memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap ketersediaan sumber daya dan kebutuhan pelatihan.
Singkatnya, mendiagnosis cerebral palsy melibatkan kombinasi penilaian klinis, neuroimaging, dan teknologi yang muncul. Meskipun metode ini memberikan pendekatan komprehensif untuk deteksi dini, tantangan seperti aksesibilitas dan variabilitas gejala tetap ada. Mengatasi tantangan ini melalui perubahan kebijakan dan integrasi teknologi dapat meningkatkan diagnosis dini dan meningkatkan hasil untuk anak-anak dengan CP.