Berurusan dengan seorang anak dengan keterbelakangan mental yang mudah frustrasi ketika belajar membaca membutuhkan pendekatan multifaset yang membahas kebutuhan emosional dan pendidikan anak. Anak-anak dengan cacat intelektual, seperti mereka yang menderita sindrom Down, sering menghadapi tantangan dalam membaca karena keterbatasan kognitif, tetapi dengan strategi yang tepat, mereka dapat mencapai literasi fungsional. Kuncinya adalah menggunakan metode pengajaran yang disesuaikan yang memenuhi gaya belajar mereka yang unik dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung yang meminimalkan frustrasi dan memaksimalkan keterlibatan.
Memahami Tantangan
-
Hambatan Kognitif dan Emosional: Anak-anak dengan cacat intelektual mungkin mengalami kebingungan spasial, kesulitan dengan kesadaran fonemik, dan ingatan visual kata-kata yang buruk, yang dapat menyebabkan frustrasi saat belajar membaca (Jampolsky, 1951) (Singh & Singh, 1986)]. Tekanan emosional dapat semakin memperburuk tantangan ini, sehingga sangat penting untuk mengatasi kebutuhan kognitif dan emosional (Nicholls, 1962).
-
Gaya Belajar: Anak-anak dengan sindrom Down, misalnya, sering memiliki keterampilan memori visual yang kuat tetapi mungkin berjuang dengan fonik. Mereka mendapat manfaat dari strategi pembelajaran visual dan mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk mengembangkan keterampilan fonemik (Buckley, 2001) (Goetz et al., 2008).
Strategi Pengajaran yang Efektif
-
Intervensi Multikomponen: Menerapkan kombinasi instruksi kata penglihatan, fonik, dan strategi pemahaman bisa efektif. Pendekatan ini memungkinkan anak-anak untuk menggunakan kekuatan mereka dalam memori visual sambil secara bertahap membangun kesadaran fonem (Afacan et al., 2018) (Williams, 2012).
-
Program Berbasis Fonika Terstruktur: Program yang berfokus pada segmentasi dan pencampuran fonem, seperti pendekatan “Membuat Kata”, telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan keterampilan melek huruf pada anak-anak dengan sindrom Down. Program-program ini menggunakan seperangkat huruf terbatas untuk membuat kata-kata, yang membantu dalam mengembangkan keterampilan membaca dan mengeja (Williams, 2012) (Goetz et al., 2008).
-
Pendidikan Inklusif: Mendidik anak-anak penyandang cacat intelektual di ruang kelas utama dapat menyebabkan tingkat melek huruf yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah khusus. Pendekatan inklusif ini memberikan paparan ke berbagai kegiatan literasi dan interaksi sosial yang lebih luas, yang dapat meningkatkan pembelajaran (Buckley, 2001).
Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
-
Dukungan Emosional: Menyediakan lingkungan belajar yang mendukung dan bebas stres sangat penting. Guru dan pengasuh harus bersabar dan menawarkan penguatan positif untuk membangun kepercayaan diri anak dan mengurangi frustrasi (Nicholls, 1962).
-
Materi yang Disesuaikan: Menggunakan materi yang disesuaikan dengan tingkat kognitif dan minat anak dapat membuat membaca lebih menarik dan kurang membuat frustrasi. Ini termasuk menggunakan buku dengan teks sederhana dan ilustrasi yang jelas (Kirk, 1939).
-
Intervensi Dini: Memperkenalkan kegiatan literasi di awal kehidupan anak dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Program intervensi dini yang menggabungkan membaca sebagai kegiatan pengajaran bahasa dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan melek huruf (Buckley, 2001).
Meskipun strategi ini bisa efektif, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Penilaian berkelanjutan dan adaptasi metode pengajaran diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu setiap anak. Selain itu, sementara pendidikan inklusif dan intervensi dini bermanfaat, mereka membutuhkan sumber daya dan personel terlatih, yang mungkin tidak tersedia di semua pengaturan pendidikan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pendidik, orang tua, dan spesialis sangat penting untuk memberikan dukungan terbaik bagi anak-anak penyandang cacat intelektual.