Berurusan dengan seorang anak dengan autisme yang menolak untuk belajar membaca membutuhkan pendekatan multifaset yang mengatasi tantangan dan kekuatan unik anak. Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering menghadapi kesulitan dalam perhatian bersama, timbal balik sosial, dan komunikasi, yang dapat menghambat perkembangan membaca mereka. Namun, dengan intervensi dan strategi yang disesuaikan, anak-anak ini dapat didukung dalam perjalanan membaca mereka. Kuncinya adalah menerapkan instruksi literasi komprehensif yang berfokus pada keterampilan decoding dan pemahaman, sementara juga mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu anak.
Memahami Tantangan
- Heterogenitas dalam Keterampilan Membaca: Anak-anak dengan ASD menunjukkan berbagai kemampuan membaca. Beberapa mungkin kesulitan dengan decoding, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan dengan pemahaman meskipun mampu memecahkan kode teks secara efektif (Whalon, 2018) (Whalon & Hart, 2011).
- Hambatan Sosus dan Komunikasi: Tantangan komunikasi sosial yang melekat pada ASD dapat mempengaruhi perkembangan membaca, karena keterampilan ini sering terkait dengan pembelajaran melek huruf (Paynter et al., 2016).
- Defisit Kognitif: Defisit dalam Teori Pikiran, Koherensi Pusat Lemah, dan Fungsi Eksekutif dapat menghambat pemahaman bacaan, sehingga penting untuk mengatasi bidang-bidang ini dalam instruksi baca (Nguyen et al., 2015) (Nguyen et al., 2018).
Intervensi dan Strategi yang Efektif
- Instruksi Literasi Komprehensif: Menerapkan pendekatan seimbang yang mencakup keterampilan yang berfokus pada kode (decoding) dan berfokus pada makna (pemahaman) sangat penting. Ini melibatkan penggunaan praktik berbasis bukti yang memenuhi kebutuhan spesifik anak-anak dengan ASDÂ (Whalon, 2018)Â (Whalon & Hart, 2011).
- Inklusi dalam Pengalaman Literasi yang Kaya: Anak-anak autis harus dimasukkan dalam kegiatan literasi yang bermakna seperti mendongeng, akting bermain, dan pencatatan jurnal, daripada dibatasi pada menghafal kata-kata penglihatan (Vacca, 2007).
- Penggunaan Teknologi dan Multimedia: Menggabungkan teknologi, seperti perangkat layar sentuh dan program seperti Headsprout, dapat melibatkan anak-anak dengan ASD dan memberikan pengalaman belajar individual yang memenuhi kebutuhan unik mereka (Yakkundi et al., 2017).
- Hubungan Tanya Jawab (QAR) : Strategi ini membantu meningkatkan pemahaman bacaan dengan mengajar anak-anak untuk mengkategorikan pertanyaan dan menemukan jawaban dalam teks, yang selaras dengan rekomendasi Panel Baca Nasional (Whalon & Hart, 2011).
- Dukungan Perilaku dan Emosional: Mengatasi tantangan emosional dan perilaku sangat penting. Menciptakan lingkungan yang mendukung yang mengurangi tekanan dan kecemasan seputar membaca dapat membantu anak-anak menjadi lebih reseptif untuk belajar (Robinson, 1939).
Peran Penilaian dan Individualisasi
- Penilaian Multidisipliner: Penilaian komprehensif oleh tim profesional dapat membantu mengidentifikasi tantangan dan kekuatan membaca spesifik anak dengan ASD, memungkinkan intervensi yang disesuaikan (Paynter et al., 2016).
- Instruksi Individual: Mengingat beragam kebutuhan anak-anak dengan ASD, program membaca yang dipersonalisasi yang mempertimbangkan minat dan gaya belajar anak sangat penting untuk pengembangan literasi yang efektif (Yakkundi et al., 2017) (Haslam, 2013).
Meskipun tantangan dalam mengajar membaca untuk anak-anak dengan autisme sangat signifikan, mereka tidak dapat diatasi. Dengan menggunakan kombinasi strategi berbasis bukti, praktik inklusif, dan dukungan individual, pendidik dan pengasuh dapat membantu anak-anak ini mengembangkan keterampilan membaca yang penting. Penting juga untuk menyadari bahwa setiap anak dengan autisme adalah unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak bekerja untuk yang lain. Oleh karena itu, penilaian berkelanjutan dan adaptasi metode pengajaran sangat penting untuk memenuhi kebutuhan setiap anak yang berkembang.