Menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan menulis atau hanya membutuhkan lebih banyak latihan melibatkan memahami penyebab yang mendasari tantangan menulis mereka. Kesulitan menulis dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk gangguan perkembangan, gangguan kognitif, atau kurangnya latihan. Dengan memeriksa indikator spesifik dan menggunakan penilaian yang ditargetkan, pendidik dan dokter dapat membedakan antara skenario ini.
Gangguan Perkembangan dan Kognitif
- Gangguan Bahasa Perkembangan (DLD) : Anak-anak dengan DLD sering menunjukkan keterlambatan dalam proses transkripsi dan terjemahan, yang menyebabkan kesulitan menulis. Mereka mungkin menghasilkan lebih banyak kesalahan morfologi dan sintaksis dibandingkan dengan teman sebaya dengan perkembangan bahasa tipikal (“Sentence-Level Writing Skills in Children With and Without Developmental Language Disorders”, 2023).
- Disgrafia: Gangguan ini ditandai dengan kesulitan dalam tulisan tangan, seperti pegangan pensil yang buruk, keselarasan, dan pembentukan huruf. Hal ini sering didiagnosis melalui penilaian tulisan tangan dan dapat diidentifikasi menggunakan model pembelajaran mesin, seperti yang ditunjukkan dalam studi yang melibatkan skrip Devanagari (Mulakaluri & Girisha, 2021).
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) : Anak-anak dengan ADHD mungkin kesulitan dengan kecepatan dan keterbacaan tulisan tangan, terutama di bawah beban kognitif, yang dapat memengaruhi kinerja menulis mereka (Capodieci et al., 2018).
- Gangguan Koordinasi Perkembangan (DCD) : Anak-anak dengan DCD sering memiliki tulisan tangan yang buruk karena defisit keterampilan motorik, yang mengakibatkan sering jeda dan kesalahan dalam pembentukan huruf (Barnett & Prunty, 2021).
Strategi Penilaian dan Intervensi
- Jeda Tulisan Tangan: Penelitian menunjukkan bahwa penulis yang kesulitan cenderung memiliki jeda tulisan tangan yang lebih lama, yang dapat menjadi penanda kesulitan menulis. Ini dapat dinilai melalui tugas yang mengisolasi proses tulisan tangan (Pascual et al., 2023).
- Terapi Okupasi: Untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, terapi okupasi dapat mengatasi masalah motorik dan sensorik yang mendasari yang memengaruhi tulisan tangan. Aktivitas penulisan awal dan latihan motorik halus dapat meningkatkan keterampilan tulisan tulis (Kalaichandran, 2024).
- Teknologi Bantu: Platform seperti Writaupair menggunakan model seperti BERT untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan bantuan kontekstual, membantu anak-anak mengatur pikiran mereka dan meningkatkan keterampilan menulis (Anish et al., 2021).
Koneksi Menulis dan Membaca
- Kesulitan Membaca: Ada korelasi yang kuat antara kesulitan membaca dan menulis. Anak-anak dengan kesulitan membaca sering mendapat skor yang lebih rendah pada ukuran tulisan, termasuk kualitas, organisasi, dan ejaan (Graham et al., 2020).
- Model Kognitif: Model kognitif penulisan menyoroti proses kompleks yang terlibat dalam penulisan, seperti akurasi ejaan dan tata bahasa, yang dapat terganggu pada anak-anak dengan gangguan belajar tertentu (O’Rourke et al., 2017).
Sementara penilaian dan intervensi ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengidentifikasi kesulitan menulis, penting untuk mempertimbangkan bahwa beberapa anak mungkin hanya memerlukan lebih banyak latihan untuk mengembangkan keterampilan menulis mereka. Latihan rutin, dikombinasikan dengan umpan balik dan instruksi, dapat membantu anak-anak meningkatkan kelancaran dan akurasi menulis mereka. Namun, jika seorang anak terus berjuang meskipun berlatih, itu mungkin merupakan indikasi gangguan yang mendasari yang memerlukan evaluasi lebih lanjut dan intervensi yang ditargetkan.